Dibunuh demi selingkuhan, hartanya di rampas dan dia dipisahkan dengan anaknya, dia kembali ke masa lalu dan mengubah takdirnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon To Raja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12. Senyuman penghapus kesedihan.
Setelah perjalanan selama 10 menit, mereka akhirnya tiba di sebuah gedung besar yang merupakan sebuah hotel.
Melinda langsung menatap managernya dengan rasa tak percaya karena ternyata pria itu membawanya ke sebuah hotel.
Penilaian yang baik tentang manajernya langsung memburuk mengetahui niat pria itu hingga membawanya ke hotel.
"Anda tidak salah membawa saya ke tempat ini kan?" Tanya Melinda dengan wajah yang memperlihatkan rasa tidak sukanya pada pria yang duduk di sampingnya.
Sementara Dilan, pria itu mematikan mesin kendaraannya lalu menatap Melinda, "Memangnya kau pikir apa yang akan kita lakukan? Kau tidak sedang memikirkan hal yang aneh-aneh bukan?" Tanya pria itu langsung membuat pipi Melinda menjadi merah.
"Tentu saja tidak!!" Tegas Melinda langsung membuka pintu mobil dan bergerak untuk keluar.
Tetapi perempuan itu sangat terkejut ketika tubuhnya terpental kembali karena ternyata sabuk pengamannya masih terpasang dengan erat.
Hal itu membuat Dilan menahan tawanya lalu dia segera mendekatkan diri ke Melinda dan melepaskan sabuk pengamannya.
"Terima kasih!!" Ucap Melinda lalu perempuan itu segera keluar menahan rasa malunya yang sudah mencapai ubun-ubunnya.
Dilan yang melihat tingkah Melinda hanya bisa tersenyum kecil, lalu pria itu juga keluar dari mobil dan bergerak menghampiri Melinda dengan tangannya yang langsung memegang tangan Melinda.
"Ayo," ucap pria itu langsung menarik Melinda ke dalam lobi lalu mereka memasuki lift dan naik ke lantai paling atas.
Melinda tidak mengatakan apapun, dia hanya diam di dalam lift sampai akhirnya lift mereka berhenti.
Ting!
Kedua orang itu segera keluar dari dalam lift dengan Dilan yang kembali memegang tangan Melinda dan membawa perempuan itu menaiki tangga kecil, lalu membuka pintu atap hotel.
Begitu keluar dari pintu, Melinda langsung tercengang melihat pemandangan di depannya.
"Ayo," ucap Dilan saat melihat wajah tercengang perempuan itu lalu dia menarik Melinda untuk naik ke atas sebuah menara kecil yang diletakkan di atap hotel.
"Ahhh,,," Melinda tanpa sengaja memeluk Dilan karena perempuan itu terkejut oleh hembusan angin yang sangat kencang di atas menara kecil itu.
"Jangan cemas, aku ada aku disini," ucap Dylan merangkul perempuan itu sembari melihat ke arah pemandangan kota yang terlihat begitu menakjubkan.
Melinda mendongak menatap pria itu lalu perlahan dia melepaskan tangannya dan kemudian mengikuti arah pandangan Dilan.
"Ini,,, aku baru pertama kali melihat pemandangan seperti ini," ucap Melinda langsung tersenyum menatap gedung-gedung tinggi dengan lampu-lampu yang menghiasi tempat itu.
Bahkan perempuan itu sangat terpesona ketika melihat ke atas langit di mana bintang-bintang bertaburan menghiasi langit yang sangat cerah di malam hari itu.
Tanpa sadar perempuan itu tersenyum dan suasana hatinya menjadi sangat baik.
"Kau sangat cantik jika tersenyum seperti itu," ucap Dilan mengejutkan Melinda hingga perempuan itu balik menatap pria yang masih merangkulnya.
Perempuan itu sangat terkejut saat melihat manajernya yang selalu kaku dan dingin ternyata sedang tersenyum ke arahnya.
"Manajer juga tampan jika tersenyum seperti itu," ucap Melinda langsung membuat Dilan memudarkan senyumnya lalu pria itu membuang muka karena merasa malu mendapat pujian dari Melinda.
Hal itu membuat Melinda menahan tawanya, lalu dia kembali menikmati pemandangan malam itu.
"Tadi siang hatiku begitu bahagia, lalu beberapa jam yang lalu hatiku sangat kacau. Namun sekarang aku merasa bahwa segala hal yang terjadi pada hari ini membuatku sangat bahagia." Ucap Melinda kini merasakan kedamaian di hatinya.
"Aku juga sama," ucap Dilan kembali mengingat ketika tadi siang dia melihat Melinda dan Niko bertemu dengan orang tua Niko.
Dan tidak menyangka bahwa dia akan kembali bertemu di kafe dan melihat kejadian di mana calon suami perempuan itu lebih perhatian terhadap perempuan lain dibanding calon istrinya sendiri.
Dia merasa sangat kesal, tapi untungnya di malam hari ini dia sudah menghapus semua kemarahannya itu dengan sebuah senyum yang berasal dari Melinda.