Hazel nyasar masuk ke dalam novel sebagai karakter antagonis yang semestinya berakhir tragis dengan bunuh diri. Namun, nasib memihak padanya (atau mungkin tidak), sehingga dia malah hidup adem ayem di dunia fantasi ini. Sialnya, di sekelilingnya berderet cowok-cowok yang dipenuhi dengan serbuk berlian—yang terlihat normal tapi sebenarnya gila.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atikany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30. Pergeseran Peran
Di ruang tamu yang sebelumnya penuh dengan kehangatan dan keceriaan, kini terasa hampa dan tegang. Liliana duduk di ujung sofa, tatapannya mencari kepastian dari Ananta yang duduk dengan sikap acuh tak acuh di seberangnya.
Suaranya gemetar saat Liliana mencoba membuka percakapan yang tegang itu. "Nta, kenapa kita jadi kayak gini?" desisnya, mencoba menahan gelombang emosinya yang meronta-ronta di dalam dadanya. Udara terasa sesak, setiap napas terasa berat.
Ananta hanya melipat kedua tangannya di atas perutnya, tindakannya seakan mencerminkan jarak yang tiba-tiba tercipta di antara mereka. "Kayak gini gimana?" ucapnya dengan nada yang tak terdengar peduli. Tatapan dinginnya menyilang dengan tatapan Liliana yang penuh keraguan.
Liliana meraba-raba kata-kata dengan napas yang terengah-engah. "Hazel," ia akhirnya menyerukan nama itu, berharap suaranya tidak bergetar terlalu jelas. Ananta menoleh ke arahnya dengan kebimbangan yang dalam. "Lo benar-benar suka dia?" tanya Liliana, suaranya hampir tercekat di tenggorokannya.
"Sepertinya begitu," jawab Ananta dengan suara rendah, mencoba menemukan cara terbaik untuk menjelaskan perasaannya.
Tetapi ketika bayangan Hazel muncul di benaknya, seulas senyum tak terelakkan terukir di bibir Ananta. Dia berusaha menyembunyikan ekspresi itu, tetapi Liliana, dengan sensitivitasnya yang tajam, menangkapnya dengan segera.
"Lo bilang lo cinta sama gue. Satu-satunya orang yang paling istimewa. Tapi kenapa sekarang rasa cinto lo ke gue ilang gitu aja?" desak Liliana, tatapan matanya memohon jawaban yang mungkin lebih sulit dijawab daripada yang Ananta harapkan.
Liliana, dengan wajah yang dipenuhi rasa sesak dan ketidakpercayaan, mencoba mengekspresikan kebingungannya, "gue gak tahu sebenernya apa dilakuin Hazel ke lo sampe lo jadi kayak gini," ucapnya dengan suara yang gemetar, mencoba meredakan kegundahan dalam dirinya.
"Asal lo tau dia ngambil semuanya dari gue, dan sekarang dia mau ambil lo," lanjut Liliana, suaranya terdengar tercekik oleh emosi yang meluap-luap di dalam dirinya.
Ananta, yang sebelumnya diam, akhirnya angkat bicara dengan nada yang tajam. "Lil, lo dari tadi ngomong seolah-olah gue berkhianat sama lo, dan seolah-olah Hazel itu cewek paling jahat di dunia. Padahal di sini lo yang paling jahat," ucapnya tanpa ampun, matanya menatap lurus ke arah Liliana yang terisak di sofa.
"Gue memang cinta banget sama lo. Cinta banget malah. Tapi itu dulu," lanjut Ananta dengan suara yang terasa penuh dengan kekecewaan yang terpendam. "Jangan salahin gue yang beralih hati. Salahin aja diri lo sendiri," tambahnya dengan nada yang semakin meninggi.
"Lo sendiri bilang cinta juga sama gue, dan ngasih syarat bakalan nerima gue kalau gue berhasil mainin Hazel," lanjut Ananta, mencoba menahan amarahnya yang semakin memuncak. "Itu bukan cinta. Lo memanfaatkan cinta gue demi kepentingan lo sendiri," serunya dengan nada yang pahit.
"Kalau lo beneran cinta sama gue, lo harusnya gak nyuruh gue buat deketin cewek lain," ucap Ananta sinis, kekesalan dalam suaranya begitu terasa.
Dengan gerakan cepat, Ananta mengambil handphone yang terletak di meja, berdiri, dan berjalan menuju pintu. Tatapan tajamnya hanya sebentar menyapu ruangan sebelum ia melangkah keluar dari ruang tamu.
"Lo gak seharusnya bilang Hazel jahat sebelum lo ngaca sama diri lo sendiri. Lo udah baik belum?" ujarnya terakhir kali, tanpa melihat ke belakang, meninggalkan Liliana yang terdiam di sofa.
Tak ada keinginan untuk mengejar Ananta atau memberikan penjelasan lebih lanjut. Hanya air mata yang menjelaskan segalanya, bahwa di antara mereka, ada rasa sakit yang mendalam dan penyesalan yang tak terucapkan.
***
Kegelapan menyelimuti jalanan yang sepi, hanya terang redup dari lampu jalan yang sesekali menyinari mobil Liliana yang melaju perlahan. Di dalam mobil itu, Liliana duduk dengan pandangan kosong, tangisnya tidak dapat lagi ditahan. Dia menutup mata dengan erat, tetapi air matanya tetap saja mengalir tanpa henti, mengungkapkan betapa dalamnya rasa sedih yang merayap di dalam hatinya.
Setelah perjalanan yang penuh dengan keheningan yang menyiksa, mobil akhirnya berhenti di depan rumah Ivanka. Saat Liliana keluar dari mobil, Ivanka dan Enara sudah menunggunya di teras dengan ekspresi khawatir yang terpancar jelas di wajah mereka.
"Gimana, lo udah ngomong sama Ananta?" tanya Enara dengan suara yang terdengar penuh kelelahan dan kekacauan, mencoba mencari kepastian dari Liliana.
Liliana hanya diam, matanya masih basah oleh air mata yang tak kunjung berhenti. Dia tidak tahu bagaimana menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi tanpa memperburuk keadaan.
Tadi, ia seharusnya bertemu dengan Ananta untuk membicarakan masalah Antara grup, namun pertemuan itu berakhir dengan bahasan masalah pribadi yang rumit.
"Jangan diem aja dong, Lil. Jawab?" tekan Enara sambil memegang bahu Liliana dengan sedikit menekannya, ekspresi kekecewaan semakin terpancar di wajahnya.
"Bukan Ananta," jawab Liliana dengan ragu, suaranya serak oleh tangis yang tertahannya.
"Lo bohong!" teriak Enara dengan frustrasi yang meledak. Kesabaran dan kekecewaannya mencuat begitu kuat.
Ivanka mencoba menenangkan suasana dengan merangkul Enara. "Tenang, En," ucapnya dengan lembut, mencoba memberikan dukungan pada sahabatnya yang sedang hancur.
Enara menghela napas dalam-dalam, mencoba meredakan emosinya yang kian meruncing.
"Ananta itu gila. Dia gak berperasaan. Dari dulu gue gak suka sikap dia yang seolah penguasa, padahal dia bukan siapa-siapa tanpa orang tuanya," keluhnya dengan penuh kekecewaan, memeluk Ivanka erat sebagai bentuk pelampiasan emosinya.
"Kenapa harus keluarga gue sih yang dia incer? Kenapa? Gue gak salah apa-apa," tambah Enara dengan suara yang teredam oleh sedih yang mendalam. Kepahitan dan rasa frustasinya semakin terlihat jelas.
Liliana mencoba mengusulkan pemecahan masalah, "Kita cari cara lain," katanya dengan suara yang lembut, mencoba menenangkan situasi yang semakin tegang.
Enara melepaskan diri dari rangkulan Ivanka, menatap Liliana dengan tatapan kecewa dan sedih yang tak terucapkan. "Gimana? Kakak lo aja gak mau bantuin, keluarga Ivanka juga gak bisa bantu karena bukan ranahnya. Dan yang lebih gila, gue gak tahu sebenernya siapa yang udah main-main sama keluarga gue!" ucapnya dengan frustasi yang tak terbendung, membiarkan kekesalannya terlontar begitu saja di malam yang sunyi itu.
"Hazel? Bisa jadi Hazel," ucap Liliana, mencoba menghubungkan titik-titik dari kejadian yang baru saja mereka alami.
Enara, yang mencoba menahan tawanya, melihat Liliana dengan pandangan campur aduk, "lo gila? Gimana bisa lo mikir kalau itu dia? Sedangkan kakaknya aja kerja sama kakak lo," dengusnya dengan nada skeptis yang nyaris tidak bisa ditahan.
"Bisa jadi dia minta bantuan Tania," celetuk Ivanka, mencoba untuk menawarkan sebuah teori yang bisa menjelaskan kemungkinan terjadinya situasi ini.
Ketiganya terdiam sejenak, membiarkan kata-kata itu menggantung di udara. Pemikiran bahwa Tania bisa saja terlibat dalam urusan rumit ini mulai mengemuka di pikiran mereka.
"Iya, pasti Tania," ucap Liliana dengan suara yang penuh keyakinan, meskipun di dalam hatinya ada keraguan dan kekhawatiran yang tak terucapkan.
Tanpa Liliana sadari, perannya dalam cerita ini mulai bergeser dari yang semula sebagai protagonis menjadi sosok yang lebih mirip antagonis.
kalau gue jadi mereka sih,gue mungkin akan lakuin itu juga!,siapa sih yang terima sahabat nya di ambil?
dan juga hazel dia kan udah tau nih,kalau dia cuma di manfaatin dulu.
eh,malah di biarin,dia juga tau kalau mereka itu jodohnya Lilian tapi dia mah langsung embat-embat aja!
entah kenapa gue merasa Lilian sama gengnya dan hazel sama aja!
semangat terus author update nya ..😉