NovelToon NovelToon
Rahasia Hati

Rahasia Hati

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Dikelilingi wanita cantik
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Yunsa

Sebuah Cinta mampu merubah segalanya.Begitulah kiranya yang akan dirasakan Mars dalam memperjuangkan cinta sejatinya.
gaya hidup Hura Hura dan foya foya berlahan mulai ia tinggalkan, begitu juga dengan persahabatan yang ia jalin sejak lama harus mulai ia korbankan.
lalu bisakah Mars memperjuangkan cinta yang berbeda kasta, sedangkan orang tuanya tidak merestuinya.
Halangan dan hambatan menjadi sebuah tongkat membuatnya berdiri tegak dalam memperjuangkan sebuah cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yunsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 34

"Kamu sedang bermain main, Amara." jawab Mars dengan mengurai pelukan Amara.

"Sudah lupakah kamu ketika memaki, menghindari aku. Aku rasa kamu perlu berpikir ulang untuk mengkaji hubungan kita, Amara." lanjut Mars

"Sebaiknya kamu turun, sebelum kakakmu menghajar ku lagi, ketika mendapati kamu berada di tempatku." perintah Mars dengan membukakan pintu untuk Amara.

Amara memandang wajah Mars yang mengacuhkannya, ia tidak percaya jika dirinya di usir, padahal baru tadi siang ia mengatakan bahwa, tidak ada satu wanita pun yang bisa menggantikan posisinya. Tapi kali ini ia mengusirnya untuk pergi. Walau Amara meneteskan air mata karena sakit, ia berjalan keluar apartemen Mars.

Amara menuruni tangga dengan sedih, ia sangat terluka karena Mars tidak menginginkan dirinya lagi. Teringat setiap wajah Mars yang meminta penjelasan, datang lagi Mars meminta maaf, namun amarah Amara membutakan cintanya waktu itu. Dan sekarang, yang terlintas hanya sebuah penyesalan.

Sepanjang hari ini Amara hanya di kamar tanpa beranjak dari ranjang, ia meringkuk menangis tanpa teman, karena sampai sore Ibunya baru kembali, begitu juga dengan Amar.

Selepas makan malam pun Amara langsung kembali ke kamar dengan alasan dirinya masih pusing, sama halnya dengan Amar yang terlalu letih bekerja, ia langsung tidur karena besok harus kembali bekerja. Dan karena kedua anaknya pergi ke kamar masing masing, ibunya pun ikut ke kamarnya untuk istirahat karena terlalu lelah untuk seharian ini.

Drtttt.....

Sebuah pesan masuk, namun Amara hanya melihat saja ponselnya yang menyala dan bergetar, tanpa ingin mengetahui siapa yang mengirimkan pesan. Lima menit berlalu, ponsel Amara kembali bergetar dan layarnya kembali menyala lama lebih lama menandakan sebuah panggilan. Amara meraih ponselnya di meja dan melihat siapa gerangan yang menghubungi dirinya di waktu malam.

"Mars...." guman Amara terkejut dan heran ternyata Mars masih menghubungi dirinya.

"Aku di taman depan jika kamu ingin memberiku penjelasan."

Amara yang tadinya hendak mengangkat panggilan ternyata sudah terputus terlebih dahulu sebelum menjawab, karena Amara tadinya enggan sebelum tahu itu adalah Mars, sehingga ia hanya membaca pesan dari Mars lima menit lalu.

Amara mengusap wajahnya yang sembab, kemudian mengambil jaket dan bergegas keluar tanpa membalas pesan terlebih dahulu, bahkan ia meninggalkan ponselnya di ranjang begitu saja, ketika ia memakai jaket langsung keluar. Dan ponsel itu terus menyala menandakan jika Mars kembali menghubungi nya, sayangnya Amara sudah pergi keluar kamar.

Dengan hati hati Amara membuka pintu kamar, dan berjalan pun sampai berjinjit agar tidak terdengar derap langkahnya. Amara membuka pintu rumahnya, dan menarik kuncinya, agar ia tidak terkunci dari dalam nantinya, sehingga ia mengunci dari luar dan membawa kunci itu pergi bersamanya.

Begitu sampai luar pintu utama, Amara bergegas berjalan cepat menuju taman depan Apartemen. Terlihat Mars beranjak dari kursi dan hendak kembali ke apartemen, namun langkahnya yang baru berapa langkah kembali terhenti, karena melihat Amara di hadapannya, sedang berjalan ke arah dirinya.

"Mars...." panggil Amara pelan dan langsung memeluk Mars.

"Aku seperti tidak ada semangat ketika kamu menyuruhku keluar dari apartemen mu. Aku takut Mars." ucap Amara masih mendekap Mars.

Mars ikut memeluk tubuh Amara dan mencium pucuk kepala Amara, tidak bisa di pungkiri jika Mars sebenarnya juga rindu dengan Amara.

"Aku juga tidak tahu kenapa aku bisa berada disini. Padahal sudah jelas aku tidak akan memaafkan sikapmu kemarin. Tapi aku memberi maaf itu ketika kamu memintanya." jawab Mars

Keduanya pun mengurai pelukan dan kembali duduk di kursi yang di tempati Mars tadi.

"Amara berjanjilah untuk tidak mudah mengatakan kata putus itu lagi. Aku sangat benci mendengarnya, dan aku tidak ingin mendengar lagi dari bibirmu." pinta Mars dengan menggengam kedua tangan Amara

"Mari kita berjanji." pinta Amara dan keduanya mengaitkan jari kelingking mereka sebagai isyarat janji mereka.

Amara duduk mendekat dan menyandarkan kepalanya di lengan Mars, karena Mars lebih tinggi darinya. Ia mulai bercerita betapa frustasinya ia mendengar dirinya di skorsing, ia merasa jika semua mimpinya akan hilang saat itu, dan ia merasa ia akan kehilangan arah.

Namun ternyata ia salah, ternyata kehilangan Mars itu jauh membuat hidupnya menjadi tidak ada gairah dalam hal apapun. Mendengar penjelas Amara tentang ia di hati Amara, Mars meraih tangan kanan Amara dan menciumnya.

"Aku mencintaimu Amara." ucap Mars

"Aku juga sangat mencintaimu, Mars." jawab Amara.

Pandangan mereka beradu, dan perlahan Mars menatap bibir Amara dan kembali menatap mata Amara seakan mencari persetujuan, bolehkah ia mencium bibitnya.

Perlahan Mars memiringkan wajahnya, dan dengan perlahan pula memajukan wajahnya membuat Amara menutup matanya. Kedua bibir mereka saling menyatu hingga saling berbalas sentuhan bibir, mereka menikmati sebuah ciuman bibir lembut menggambarkan perasaan mereka yang sedang melepaskan sebuah perasaan cinta, rindu, atau sebuah gairah bagi keduanya.

Amara kembali memundurkan wajahnya perlahan dan mulai membuka matanya, ia tersenyum ketika Mars menatapnya penuh dengan cinta.

Mars pun mengajak mereka untuk kembali, karena mengkhawatirkan keluarga Amara akan melihat sekalipun Amara sudah mengunci pintu dari luar, karena Amara tadi memberi tahu Mars sebelum mereka duduk, karena Amara yang mengajak mereka duduk bercerita tentang penjelasan. Akhirnya mereka berpisah di lantai dasar, karena Amara turun ke lantai bawah dengan menuruni tangga, sedangkan Mars akan naik lift ke lantai atas. Untuk malam ini keduanya sangat bahagia satu sama lain, membayang ciuman yang baru saja mereka lakukan di kamar masing masing, hingga keduanya tertidur dengan tersenyum di kamar masing masing.

...----------------...

Pagi ini Clara begitu bersemangat datang ke kampus, ia begitu tidak sabar ingin bertemu dengan Mars. Karena semalam Clara mencoba menghubungi Mars namun tidak diangkat, dan mencoba mendatangi rumah Mars namun rumah Mars semua gelap hanya lampu depan saja yang menyala, karena selama Mars pindah ke apartemen yang baru ini, ia tidak memberi tahu Clara, begitu juga dengan Bara yang tidak memberi tahu Clara.

Clara dan Bara datang menghampiri meja Jessica, yang duduk terlebih dahulu di kursi bawah tangga tempat biasa mereka sering bersantai sambil menikmati pemandangan luar yang tembus dari kaca pintu.

"Menurutmu,, Apakah Mars sudah benar benar putus dari Amara?" tanya Jessica pada Clara memulai percakapan, setelah kemarin mereka melihat Mars dan Amara tidak lagi pulang bersama, terlebih mereka saling membalas dengan pasangan lain.

"Aku berani bertaruh, Mars tidak akan kembali pada Amara lagi. Kemarin kamu juga lihatkan, bagaimana Mars tidak perduli dengan Steve yang mendekati Amara. Bagaimana Bara, kamu juga sependapat denganku kan?" tanya Clara menatap wajah Bara , yang sejak tadi menampakan wajah tidak tertarik dan tidak suka dengan arah pembicaraan para gadis di dekatnya.

Bersambung.....

1
Rusi Erviana
Bagus ceritax thor semangat d tunggu Bab selanjutx 😊👍👍💪💪
Yunsa: Terima kasih kak ♥️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!