NovelToon NovelToon
Rahasia Hati

Rahasia Hati

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Dikelilingi wanita cantik
Popularitas:638
Nilai: 5
Nama Author: Yunsa

Sebuah Cinta mampu merubah segalanya.Begitulah kiranya yang akan dirasakan Mars dalam memperjuangkan cinta sejatinya.
gaya hidup Hura Hura dan foya foya berlahan mulai ia tinggalkan, begitu juga dengan persahabatan yang ia jalin sejak lama harus mulai ia korbankan.
lalu bisakah Mars memperjuangkan cinta yang berbeda kasta, sedangkan orang tuanya tidak merestuinya.
Halangan dan hambatan menjadi sebuah tongkat membuatnya berdiri tegak dalam memperjuangkan sebuah cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yunsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 24

"Amar apa yang kamu lakukan...!!" teriak Ibunya berlari menghampiri Amar dan menarik agar berhenti memukul Mars.

"Ibu Ingat, dia adalah orang yang sudah membuat hidupku berantakan. Semua mimpiku hancur. Jadi biarkan, setidaknya dia merasakan sedikit luka batin yang aku rasakan." kata Amar dengan langkah maju ingin memukul lagi.

"Amar... Apa kamu mau di penjara? Ingat Amar ayahmu bisa kehilangan pekerjaan karena ulahmu." kata Ibu Amar yang tidak berhasil menghentikan anaknya.

Namun begitu mendengar kata kata ibunya, Amar mulai mereda emosinya. Amar di tarik ibunya masuk ke dalam, meninggalkan Mars yang mengelap sudut bibirnya yang berdarah.

Mars maju hendak mendekati Amara, namun Amara berbalik segera masuk menyusul Ibu dan Amar.

Mars menghentikan langkahnya, ia berdiri tertegun menatap kepergian Amara yang tidak perduli padanya.

Hari yang menurut Mars akan indah, nyatanya justru membuat luka di tubuh juga hatinya. Ia merasa kecewa melihat Amara yang tidak perduli padanya, bahkan ia tidak di beri kesempatan untuk menjelaskan, bahwa Amarlah yang memulai semua ini. Jika di bandingkan dengan luka di wajah, juga hidungnya yang berdarah, hatinya lebih merasakan sakit saat ini.

Dengan langkah pelan dan tak bersemangat seperti tadi, Mars masuk ke dalam lift dan masuk ke dalam apartemennya.

"Broo??"

Bara begitu heran dan terkejut melihat wajah Mars, yang berantakan juga berdarah. Karena Bara memang masih di apartemen Mars, membantu merapikan sedikit barang.

Semula Mars ingin mengambil sesuatu yang masih tertinggal di dalam mobil, namun ketika kembali masuk, Bara begitu heran dengan apa yang ia lihat.

"Siapa yang melakukan ini??" tanya Bara mendekat pada Mars, dan melihat wajah Mars dengan seksama.

"Aku rasa Amar itu maniak." ucap Mars dengan memegang sudut bibirnya yang mulai terasa perih.

"Amar??" tanya Bara memperjelas nama yang baru ia dengar.

"Saudara kembar Amara." jawab Mars.

Mars pun menjelaskan pokok permasalahan antara dirinya dengan Amar, yang bermula dari salah paham. Bara pun manggut manggut mendengar cerita Mars.

"Jadi, pria yang menjemput Amara waktu itu, saudara kembarnya?" tanya Bara dan di jawab anggukan oleh Mars.

"Aku rasa hidupmu seperti di telenovela bro." ucap Bara yang menganggap hidup Mars sekarang rumit setelah mengenal Amara.

"Biarkan aku beri judul, Perjuangan sang casanova menaklukan keluarga cinderela." kata Bara, dengan sebuah cengkok puisi, membuat Mars hanya tersenyum terpaksa melihat tingkah konyol sahabat karibnya.

Di lantai bawah Amar sedang di nasehati oleh Ibunya, Ibunya sangat khawatir jika Mars melaporkan kembali Amar ke kantor polisi. Terlebih saat ini Ayah mereka sedang tidak ada di Jakarta. Ibunya menyalahkan Amar, seharusnya ia lebih menahan diri, karena bagaimana pun Mars sudah menjadi salah satu penghuni apartemen itu, karena Ibunya yang menyerahkan kuncinya.

Amara yang ikut duduk di kursi ruang tamu bersama Ibu dan Amar hanya diam saja tidak berkomentar. Di dalam hati Amara, sebenar ia juga kasihan dengan Amar, karena hadirnya Mars semua masalah mulai bermunculan. Hanya saja hati Amara tidak bisa berbohong, bahwa saat ini ia sangat khawatir dengan keadaan Mars saat ini.

"Istirahatlah, aku akan keatas meminta maaf pada anak muda itu."

"Jangan bicara lagi. Ini semua demi kebaikanmu." sentak Ibunya ketika Amar hendak menjawab sesuatu, membuat Amar masuk kamar dengan segera, karena kesal dengan Ibunya yang harus meminta maaf.

"Ibu aku ikut." kata Amara begitu saja, hatinya yang cemas dn khawatir ingin sekali melihat keadaan Mars walau sebentar.

"Tidak perlu, kamu istirahatlah juga. Ibu akan langsung ke tempat Rebbeca setelah meminta maaf." kata Ibu Amara dengan mengambil kunci di gantungan yang menunjukan nomor delapan, yaitu nomor tempat Rebbeca tinggal. Walaupun tidak di huni, keluarga Rebbeca tetap menggunakan jasa kebersihan,.agar ketika kapan pun ia pulang, apartemen dalam kondisi bersih.

Amara pun akhirnya tidak berani menjawab lagi, ia kembali duduk di kursi, namun beberapa menit berikutnya ia kembali bangkit dan keluar rumah.

Tok.... Tok.....

Ting.... Tung.....

Mendengar ada suara ketukan pintu dan bunyi bel, Mars bangun dan melihat siapa tamu yang datang, dan ia sangat nyakin jika itu adalah Amara. Namun ia sedikit kecewa begitu tahu yang datang justru ibu Amara.

"Selamat sore nak."

"Begini, Ibu mau minta maaf atas kelakuan anak ibu tadi." ucap Ibu Amar.

Setelah terjadi perbincangan sedikit, Ibu Amara ijin pamit pergi, ia juga memohon agar Mars tidak membawa kasus ini ke polisi juga melaporkan pada pemilik apartemen, dan Mars pun menyanggupi.

Begitu melihat ibunya pergi, Amara segera berlari turun tangga lagi, agar tidak terlihat ibunya yang juga akan turun kelantai bawah di mana Rebbeca tinggal. Begitu melihat Ibunya masuk ke dalam apartemen Rebbeca, Amara sedikit berlari kecil menaiki tangga dan berdiri ke lantai di mana Mars tinggal.

Di depan pintu yang bertuliskan sepuluh, Amara mengetuk pintu dan membunyikan bel sama seperti yang di lakukan ibunya tadi. Mars mengira ibu Amara datang kembali, ia pun kembali membuka pintu tanpa melihat lagi dari kaca pengintai siapa gerangan yang hadir.

"Amara....." gumam Mars

Amara segera masuk dan menutup pintu Mars, agar keberadaannya masuk ke tempat Mars tidak terlihat orang lain.

"Mars... Kamu baik baik saja?" tanya Amara dengan melihat wajah Mars yang berdarah belum di bersihkan.

"Semua baik baik saja jika kamu bersamaku Amara." kata Mars

Amara hendak menyentuh sudut bibir Mars, namun ia terkejut dengan suara Bara yang datang dari dapur dengan membawa mangkuk dan handuk kecil di ruang tamu Mars.

"Hoho sang cinderella akhirnya datang juga. Aku rasa sudah ada Amara yang akan merawat mu Bro. Jadi sebaiknya aku pulang saja." ucap Bara sembari menaruh mangkuk dan handuk ke meja, kemudian ia meraih jaket dan kunci mobilnya. Bara pun memeluk Mars berpamitan dan juga Amara.

Amara mengikuti Mars menuju ruang tamu yang sudah ada sovanya, Amara sendiri tidak tahu, sejak kapan furniture itu masuk ke gedung, karena ia tidak menyadari.

Amara meraih mangkuk yang sudah di persiapkan Bara tadi berikut handuknya.

"Sakit...??" tanya Amara ketika Mars sedikit mendesis kerena ia menyeka sudut bibirnya, namun Mars hanya diam dan menatap Amara dengan penuh cinta.

"Mars aku minta maaf. Amar memang memiliki emosi yang tidak terkontrol, itulah sebabnya aku segera pergi tadi. Aku takut Amar akan lebih menyakitimu, jika melihat kita saling berbicara." kata Amara merasa bersalah, karena semua ini terjadi karena ulahnya dulu.

"Aku akan memaafkan, selama kamu selalu di pihak ku, Amara." jawab Mars sambil memegang jemari tangan Amara yang sedang menyeka wajahnya.

Bersambung.....

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!