(Dalam Revisi)
Setelah mengalami pelecehan, dan mengalami depresi, serta dalam keadaan mengandung, Latifa diasingkan ke suatu tempat oleh keluarganya ke kampung halaman sang nenek.
Empat tahun kemudian, Latifa kembali ke kota dan mendapatkan pekerjaan di sana demi sang putra semata wayang. Ketika sesekali sang putra di bawa ke kota, Latifa harus dihadapkan pada pertemuan kembali dengan lelaki yang pernah merenggut kesuciannya sekaligus ayah biologis dari putra semata wayangnya.
Latifa berusaha menghindar dan menyembunyikan identitas sang anak. Namun sia-sia.
Setelah gagal menghindari pria yang pernah merenggut kesuciannya, Latifa terpaksa menerima tawaran pernikahan dari lelaki itu demi sang anak.
Lalu apakah akan hadir cinta setelah pernikahan itu, dan mampukah Latifa diterima dengan baik oleh keluarga lelaki yang pernah merenggut kesuciannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deyulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30 Jebakan Sihni
Latifa menuruni mobil Dika yang sengaja mengantarnya ke depan Salina Restoran. Tanpa pamit, Latifa segera pergi dan meninggalkan mobil Dika. Dika tersenyum miring, kali ini dia mengalah dengan sikap Latifa yang masih belum bisa menerimanya, tapi lain kali dia berjanji akan bisa meraih hati Latifa sampai dia bisa mencintai dirinya sepenuh hati.
Latifa tiba di dalam mess, tapi belum sampai kakinya berselonjor dan tubuhnya bertumpu pada kursi untuk beristirahat, bunyi pesan WA tiba-tiba berdenting.
Latifa segera meraih Hp nya dan melihat siapa yang mengirimkan pesan. "Dika," serunya seraya membuka pesan itu
"Sayang, dompet kamu ketinggalan di mobil. Makanya jadi istri itu yang nurut dan bersikap ramah pada suami, supaya tidak kualat seperti ini."
Pesan WA itu sangat menyebalkan bagi Latifa, bahkan dia melemparkan Hp itu setelahnya. Latifa sangat kesal dengan Dika.
"Mulai sok ngatur lelaki licik itu," rutuknya kesal.
***
Di apartemen,
Setelah tadi mengantar Latifa ke Salina Restoran, Dika kembali ke apartemen. Hari ini dia agak siang ke kantor Javilen Elektronik, berhubung perusahaan itu sedang dalam kondisi stabil.
Dika meraih kembali dompet milik Latifa. Lantas Dika memberanikan diri melihat isi dari dompet itu. Satu per satu isi dari dompet itu ia keluarkan. Ada KTP, beberapa kartu serta foto masa bayi Gaza dan Latifa yang tampak baru beberapa hari melahirkan.
Hati Dika sedikit tercubit ketika ia menatap foto itu. Bayangan rasa sakit hati dan sedih kala itu yang dirasakan Latifa saat harus berjuang sendiri melahirkan Gaza, sungguh terbayang dalam kepala Dika.
Dika berdecak sedih dan menyesali kenapa peristiwa itu terjadi, Dika sungguh-sungguh menyesal. Dika kembali merapikan dompet dan memasukkan benda-benda yang tadi dikeluarkan sesuai tempatnya.
"Maafkan aku Fa, aku sungguh-sungguh menyesal. Aku berjanji akan membahagiakan kamu dan Gaza, anak kita," sesalnya.
***
Siangnya, Dika memutuskan ke kantor. Sebetulnya dia malas ke kantor. Tapi berhubung ada salah satu berkas yang harus ia tanda tangani, terpaksa Dika ke kantor dan menyelesaikan semua.
Tiba di dalam ruangannya, Dika segera menuju meja kerjanya dan memeriksa map yang sudah diletakkan Sekretarisnya, Mira.
Selesai membaca dan menandatangi berkas dalam map itu, Dika berdiri kembali dan merapikan mejanya.
Tepat Dika keluar dari meja, tiba-tiba pinggang Dika dirangkul seseorang, gilanya lagi dia seorang perempuan yang tanpa malu mencium bibir Dika.
Dika terkejut dan berontak sekuat tenaga sembari menepis perempuan itu yang ternyata Sihni. Dika berang dan emosi melihat kelakuan Sihni yang tersenyum culas kepadanya.
"Akhirnya aku bisa mencium bibir kamu Dika. Ternyata bibir kamu itu kenyal dan enak, harum rokok lagi," ocehnya seraya berusaha meraih lengan Dika dan kembali merangkulnya.
"Sialan, berani-beraninya kamu masuk ruanganku tanpa ijin. Apa kepentinganmu di sini? Aku tidak butuh binal seperti kamu," umpat Dika seraya meraih telpon di atas mejanya untuk memanggil Mira dan Karim sang Asisten.
"Tidak perlu panggil Sekretaris atau Asisten bodohmu itu, sebaiknya kita senang-senang saja. Aku akan puaskan kamu, ayolah Dika. Kamu pasti mau dengan apa yang ada dalam diriku," rayu Sihni seraya tanpa malu memperlihatkan aset kembarnya di hadapan Dika.
"Shitt, kurang ajar." Dika mengumpat seraya menghindar rangkulan tangan Sihni yang liar. Jantung Dika cukup dibuat berdetak kencang melihat kenekatan Sihni.
"Kamu jangan pura-pura, lagipula kita sebentar lagi akan bertunangan. Apa salahnya kita coba sekali saja, nanti setelah sekali kamu bahkan akan minta berkali-kali," goda Sihni lagi.
"Sialan, dasar binal. Pergi, atau aku panggil Satpam," bentak Dika seraya berjalan dengan cepat menuju pintu ruangannya.
"Miraaa, Karimmmm, kemarilah," teriak Dika memanggil Sekretaris dan Asisten pribadinya. Kedua orang yang dipanggil Dika berlarian memburu ruangan Dika, tidak biasanya Dika berteriak seperti itu sehingga membuat Mira dan Karim terkejut.
"Kenapa Bos?" kompak Mira dan Karim seraya menatap heran wajah Dika yang merah penuh amarah.
"Apa bos apa bos. Kenapa kalian biarkan perempuan binal itu masuk ke dalam ruangan saya? Saya hampir diperkosanya. Kalau kalian tidak percaya, cepat panggil Pak Sukma untuk segera mengamankan CCTV," kesal Dika tidak lupa gerak cepat mengamankan CCTV yang tersembunyi dari penglihatan Sihni.
"Kami sungguh-sungguh tidak tahu akan kedatangan Mbak Sihni, Bos. Sepertinya Mbak Sihni datang saat kami sedang beristirahat. Kami mohon maaf atas ketidaktahuan kami," ujar Karim sangat menyesalkan kejadian yang menimpa Bosnya ini.
"Mira, tolong usir wanita licik itu dari ruangan saya. Atau kalau kamu tidak bisa mengusirnya, cari bantuan Satpam untuk mengusir wanita itu," geram Dika benar-benar marah.
"Baik Bos," sahut Mira dan Karim bersamaan.
"Buat apa kamu menyuruh Satpam untuk mengusir aku. Toh aku mau pulang juga kok." Sihni berjalan ke samping Dika santai lalu keluar dari ruangannya dan pergi tanpa dosa.
Bersamaan dengan itu, Mira membawa Satpam ke hadapan pintu ruangan Dika. Dika geleng-geleng kepala melihat Mira dan Satpam berlarian menuju ruangannya.
"Apa yang kalian hampiri dan berlari kecil itu ke ruanganku? Wanita ularnya sudah pergi menuju lift."
"Maafkan saya Bos, saya terlambat. Jadi bagaimana ini, apa dikejar saja wanita itu?"
"Tidak perlu, aku sudah tidak mood membahasnya jika kalian semua kerjanya lelet seperti ini. Bubar dan pergi dari hadapan saya," usir Dika yang menganggap kerja Mira dan Satpam itu lambat.
Tidak lama dari itu Karim datang dan melaporkan rekaman hasil CCTV di dalam ruangan Dika beberapa menit yang lalu saat kejadian Sihni melakukan pelecehan yang dikatakan bosnya itu.
"Ini Bos hasilnya."
"Koneksikan ke dalam HP ku dan kirim bukti CCTV itu ke dalam pesan WA ku," titah Dika pada Karim. Karim patuh, lalu segera mengirimkan hasil CCTV pada Dika lewat pesan WA.
"Karim, lain kali jangan lalai dan membiarkan siapa saja tiba-tiba masuk ke dalam ruanganku. Aku tidak mau hal barusan terulang," tandas Dika mendengus kesal. Karim manggut dan permisi meninggalkan Dika yang dilanda marah akibat kelakuan Sihni.
"Benar-benar kurang ajar si Sihni ini. Untung saja aku sudah mengantongi bukti CCTV atas kemunculan dia. Ini bisa sebagai bukti akurat untuk Kakek Danial," bisik Dika kesal sekaligus tersenyum simpul.
***
Malam tiba, Dika sudah tidak sabar ingin segera sampai di messnya Latifa untuk mengantar dompetnya yang tertinggal di mobilnya tadi pagi.
Kedatangan Dika disambut masam oleh Latifa.
"Mana dompetku?" tanyanya ketus seraya menyodorkan tangannya pada Dika.
"Apa yang kamu lakukan, kenapa ketus menyambut kedatangan suami?" herannya.
"Tidak perlu basa-basi dan sok romantis. Aku tidak butuh rayuan gombal lelaki brengsek dan bajingan seperti kamu. Setelah melihat semua ini, aku yakin kamu adalah laki-laki paling murahan yang hanya mengobral janji," tekan Latifa sembari memperlihatkan sebuah vidio Dika bersama seorang wanita tengah berciuman mesra.
Dika cukup terhenyak. Siapakah wanita itu? Komen ya.
eeelahdalaahhh konflik lagi 😁