mengabdi pada imamnya dengan sepenuh hati tetapi Justru derai air mata dan darah yang Inara terima.
Suami yang sangat ia cintai ternyata menghianatinya, hancur hati Inara mengetahuinya dan semakin membuatnya terpuruk saat kehancuran rumah tangganya ternyata ada campur tangan ibu mertuanya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yu odah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Siapa Yang Kau Pilih
"Selamat sore ? ada yang bisa saya bantu Mas" sapa Sari dengan ramah.
"S siang Mbak, apa pak Lurah dan keluarganya ada di rumah?"
"Maaf Mas, pak Lurah belum pulang dari kampus Mbak Elic, mungkin nanti malam baru pulang, apakah ada pesan yang ingin Mas sampaikan?."
"Ehm ..tidak perlu Mbak, biar besok saja di kantor."
Rusdi kembali menstarter motornya namun Sari menahan.
"Mas..nama Mas siapa ya ..biar nanti saya sampaikan ke pak Lurah."
"Saya Rusdi mbak...terima kasih."
Dengan hati kecewa Rusdi melajukan motor ke rumahnya, dan seperti biasa, rumah terasa sepi tanpa Inara.Meski lelah Rusdi harus tetap mencuci baju kotornya karena jika tak ia lakukan maka akan semakin menumpukk.Ia masih merasa kesal pada Kesya yang belum bisa di hubungi.
Rusdi tiba-tiba berlonjak girang saat nomor Inara yang ia dapat dari Toni berhasil ia hubungi.
"Ya Mas...ini benar nomorku Mas" pesan yang Inara kirim membuat semangat Rusdi menyala.
"Na..apa kabarmu Na? apa benar kamu tinggal di rumah Pak Lurah? Maafkan aku yang kemarin meninggalkanmu Na, sungguh aku tak bisa menolak perintah dari ibunya Kelvin."
Inara menghela nafas panjang, entah kenapa rasa kesal dan sakit di hatinya menghilang saat bicara dengan Rusdi, ia seakan tak ada daya meski sekedar untuk mengeluarkan keluh kesah yang ia rasakan.
"Kabarku baik Mas" Inara menjawab singkat tanpa mengatakan di mana sekarang ia tinggal.
"Bisakah kita bertemu Na? aku kangen kamu Ina....rumah terasa sangat sepi tanpa kamu."
"Terasa sepi atau kau merasa lelah karena harus mengerjakan semua pekerjaanku Mas?" tanya Inara yang hanya sanggup ia ucapkan dalam hati.
"Maaf Mas...mungkin untuk sekarang ini aku belum bisa Mas."
"Kenapa Na? Apa kau masih marah padaku? sungguh aku tak bisa menolak perintah ibunya Kelvin karena ia sudah sangat baik pada kita Na, dan Kelvin pun hanya bisa dekat denganku, dia tak mau jika di ajar oleh guru pembimbing lain."
"Iya Mas..aku mengerti, maaf aku harus bantu Bu Endah dulu Mas, ponsel mau aku simpan dulu."
"Tapi Na, kapan kita bisa bertemu Na...Inara...please Na."
Dengan loyo Rusdi menaruh ponsel kembali ke atas ranjang setelah melihat ponsel Inara off.
Inara berjalan cepat menuju dapur karena Egi memanggilnya.
"Ada apa?" tanya Inara datar.
"Ck galak sekali kau padaku Na" ucap Egi dengan wajah sedih.
"M maaf...ada apa?"
"Hhh...kau mau tidur di sini atau kembali ke Mes, kalau mau ke Mes ..ayo sekarang aku antar."
"Oh ya..aku kembali ke Mes..tunggu sebentar aku mau ambil tas dulu."
Inara kembali ke kamar tamu untuk mengambil tas nya, sementara Egi hanya bisa mengusap dadanya, entah sampai kapan Inara menjaga jarak darinya sedang Rusdi masih terus mengejarnya, beruntung ia tahu lebih dulu dari Sari kalau sore tadi Rusdi datang ke rumah tersebut dan pastilah ia datang untuk mencari Inara.
Sebenarnya Endah sudah menyiapkan kamar untuk Inara tapi ia tak mau mengekang wanita itu untuk menginap di rumah tersebut terlebih lagi ada putra sulungnya yang kini pun tinggal di rumah.
"Ayo kita berangkat."
"Apa kau tidak pamit dulu sama tante?"
"Semua sudah tidur, nggak enak aku bangunin mereka, biar nanti lewat telepon saja."
Egi mengangguk setuju lalu berjalan menuju garasi sedang Inara mengekor dengan langkah hati-hati agar tidak mengganggu tidur sang pemilik rumah yang mungkin sudah tertidur, tanpa mereka sadari sepasang telinga tengah mencuri dengar pembicaraan keduanya dari dalam kamar.
"Apa kau tidak marah padaku?" tanya Inara tiba-tiba membuat Egi terkejut.
"Kenapa aku harus marah padamu, apa kau punya salah denganku?" tanya balik Egi yang tetap menatap lurus jalan di depannya.
"Setelah kegiatan sepanjang siang tadi, apa kau tidak lelah apalagi harus mengantarku ke Mes."
"Tidak...aku baik-baik saja."
Inara menghirup nafas lega lalu menyandarkan tubuhnya di kursi.
"Apa kau tidak ingin kembali ke rumahmu?" pancing Egi yang sedikit penasaran namun jawaban Inara hanya gelengan kepala.
"Tadi siang suamimu datang mencarimu."
"Hm..aku tahu."
Dua alis Egi terangkat, ia sedikit terkejut melihat Inara yang tetap cuek saat tahu Rusdi mencarinya.
"Apa kau ti...."
"Maaf Gi ..aku ngantuk, boleh aku tidur sebentar sampai kita di Mes?" tanya Inara penuh harap karena ia sebenarnya sedang tak ingin membicarakan Rusdi.
"Oh b boleh ..tentu saja, kau tidurlah, nanti aku bangunkan kalau kita sudah sampai."
Jika biasanya Egi akan murka kalau sahabatnya tidur saat ia menyetir namun kali ini hati Egi justru berbunga-bunga, dengan tidurnya Inara maka ia bisa lebih leluasa memandang wajah cantiknya tanpa takut akan tertangkap basah.
Waktu yang seharusnya hanya empat puluh lima menit namun Egi sengaja melambatkan laju mobilnya hingga ia harus membutuhkan waktu saju jam lebih, namun itu justru membuat Egi puas bahkan enggan rasanya membangunkan Inara meski tujuan sudah sampai.
"Na...Inara, kita sudah sampai" panggil Egi lembut.
Namun wanita mungil itu justru semakin meringkukan tubuhnya di samping Egi, membuat pemuda tampan itu tersenyum gemas.
"Kau bagai malaikat kecil tanpa dosa, tapi kenapa masih ada orang yang tega menyakitimu Na."
Egi membatin sambil memandang lekat wajah Inara yang masih terpejam, perlahan tanpa sadar tangan Egi menjulur lalu mengusap pipi halus Inara dengan lembut.
"Hoaammm...sudah sampai rupanya?" cicit Inara santai setelah mengerjapkan matanya, membuat Egi tergagap.
Bergegas Inara melepas seat belt yang melekat di tubuhnya dan membuka pintu mobil.
"Terima kasih sudah mengantarkanku, hati-hati di jalan."
Egi mengangguk lalu melambaikan tangan sambil tersenyum manis, entah kenapa hatinya merasa begitu bahagai saat Inara minta padanya untuk hati-hati.
"Apakah kau mengkhawatirkanku?" tanya Egi dalam hati sambil tersenyum masam.
"Lupakan lelaki itu, tinggalkan dia, kau berhak bahagia Na..."ucap Egi pasti, sambil menjalankan mobil meninggalkan halaman kantin.
Tok tok tok.
Cklek, dahi Inara mengerut saat membuka pintu yang ternyata tak terkunci.
"Cieee cieee ciee.....yang baru di antar berondong ganteng."
Inara mengusap dadanya saat melihat Mery yang bersembunyi di belakang pintu tengah meledeknya.
"Ah kau ini Mer...bikin aku kaget saja, kau belum tidur?."
"Belum Na...aku baru mau ke kamar mandi eh..kebetulan kau datang" bohong Mery yang sebenarnya terbangun karena telepon dari bos pemilik kantin yang mengatakan kalau Inara sedang dalam perjalanan pulang, Mery akhir-akhir ini cukup di buat bingung dengan para lelaki di sekitar Inara, ia meninggalkan rumah namun suaminya masih datang mencarinya, namun di sisi lain ada dua pria tampan yang bersamaan juga mengawasi dan memperhatikannya secara sembunyi-sembunyi.
"Sebenarnya siapa pria yang kau pilih Ina..."