NovelToon NovelToon
SEKEPING HATI UNTUK SAHABAT

SEKEPING HATI UNTUK SAHABAT

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Ketos / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:6.5k
Nilai: 5
Nama Author: Anggun

Gue sebenarnya suka sama Lo, Lo mau gak jadi pacar gue?

Mata Zea terbelalak rasa bahagia tak terkira saat mendengar ucapan Fero
Namun hanya seketika rasa bahagia itu hilang saat mendengar kelanjutan ucapan Fero
Kira-kira kalau gue ngomong begitu diterima apa gak ya sama Shena?"
"Hah, Shena?"
"Iya gue suka sama Shena, Ze. Gue mau jadiin dia pacar gue. Gimana menurut Lo?"
Zea menelan salivanya dengan susah payah. Lagi-lagi dia tertipu dengan ucapan sahabatnya yang selalu menggantung itu.
Zea gadis cantik berhidung mancung yang mencintai sahabatnya sendiri. suatu hari dia pernah tidak sengaja mengucapkan perasaannya tapi malah ditertawakan oleh Fero.
Sahabat tetaplah akan menjadi sahabat tidak pernah berubah menjadi cinta. itu yang selalu Fero usapkan pada Zea
Fero yang tidak peka terhadap perasaan Zea malah berusaha mengejar cinta Shena

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

SAHABAT 16

Motor yang dikendarai Fero itu berhenti tak jauh dari gerbang mewah SMA Antariksa, mereka tidak jadi mendekat karena saat ini gerbang sekolah itu terbuka dan sebuah mobil Roll-Royce masuk diikuti beberapa buah mobil dan motor lainnya.

“Buset, Presiden datang ke sekolah kita, Fer!” seru Nando takjub, ia bahkan sampai menggeleng-gelengkan kepala.

“Fer, Presiden ya itu?” tanya Nando pada Fero.

“Presiden kelapa lo! Itu Kakek gue, anjir”

Nando terbelalak, dia tidak kepikiran kesana saking takjubnya melihat serentetan mobil dan motor yang seperti sedang mengawal Presiden.

“Mati gue, kalau sampai kakek tahu gue gak di dalam, bisa-bisa digantung gue,” kata Fero panik. Kalau masuk lewat gerbang, pasti dia ketemu Kakeknya. Bisa panjang urusannya

“Lewat belakang saja, Fer”

Fero mengangguk dan segera menarik gas menuju tembok belakang sekolah. Motor Nando mereka letakkan saja di belakang sekolah itu, mereka harus cepat jika tidak mau ketahuan kakek Fero.

“Bangke, susah banget naiknya,” kata Nando, dia kesulitan memanjat tembok, sementara Fero sudah berhasil dan berdiri di atas.

“Lo duluan saja, Fer. Entar gue menyusul,” suruh Nando.

Fero menggeleng. “Enggak, gue gak bakalan ninggalin lo. Kalau nanti lo gak bisa naik, bagaimana?”

“Gampang lah itu, bilang saja gue sakit perut di rumah sakit. Saking sakit perutnya gue sampai cepirit, bilang saja begitu”

“Serius nih Ndo?” tanya Fero lagi.

Nando mengangguk dengan susah payah karena saat ini tangannya kesakitan memegang ujung tembok agar bisa naik.”Nggak apa, gue rela lo tinggal Fer.”

“Oke, selamat tinggal Nando,” kata Fero penuh drama. Tak hanya itu, dia juga sempat-sempatnya jongkok dan menendang pelan bahu Nando, sehingga membuat tangan Nando terlepas dari tembok.

“Sialan lo, Fer! Memang anak setan!” pekik Nando, bisa-bisanya Fero melakukan itu padanya. “Awas saja lo Fer. Gue tendang pantat lo biar nyungsep ke got.”

...ΩΩΩΩΩΩ...

Setelah berhasil mendarat dengan sempurna ke tanah, Fero berjalan mengendap-endap, jangan sampai ada yang melihatnya.

Tadi dia hanya ijin sebentar pada pak Ari, katanya tidak sampau bel masuk berbunyi dia sudah kembali ke sekolah. Tapi, sampai hampir pelajaran berakhir pun Fero tak kunjung kembali.

“Dor!”

Fero terperanjat dan hampir mau menonjok kalau tidak melihat siapa yang mengejutkannya tadi.

“Anjir lo, Ze. Apa lo disini?” tanya Fero seraya menurunkan kepalan tangannya.

Zea hampir saja tergelak kalau tidak ingat dia sekarang ada dimana.

“Malah ketawa. Gue tanya, lo apa disini? Bolos?”

“Biasa lah Fer. Kayak gak tahu saja”

Fero menyentil kening Zea dan membuat gadis itu mendelik. “Hal buruk jangan di jadiin kebiasaan”

“Ngaca dong, lo saja bolos masa sih gue nggak boleh,” protes Zea tak terima.

“Ck! Susah ngomong sama lo, ya”

Zea ingin kembali protes, tapi tidak jadi karena mendengar suara langkah kaki beberapa orang mendekat. Fero segera menarik Zea bersembunyi di balik bak besar tempat pembuangan sampah.

“Ssttttss...jangan gerak-gerak,” Kata Fero, karena saat ini posisi Fero dan Zea begitu dekat. Kalau saja ada yang melihat mereka, pasti mereka tuduh sedang berbuat mesum.

Brak!

Suara benturan nyaring yang membuat Zea meringis ngilu, dia tahu betul bahwa yang menghantam bak yang terbuat dari semen tersebut adalah tubuh seseorang, bukan plastik sampah.

“Gue gak mau tahu, lo harus berhasil bawa dia ke acara nanti malam.”

Zea mengernyit begitu juga dengan Fero. Suara itu tak asing di telinga mereka.

“Jawab, sialan!”

“Hajar saja, Bos!”

“Iya Bos. Dia kalau gak dihajar gak bakalan mau ngomong ini kayaknya,” sahut yang lainnya.

“Buat apa lo ada di sekolah ini kalau gak bisa gue manfaatin. Sekarang gue mau dengar lo bilang iya!”

Bugh!

Zea kembali meringis mendengar suara pukulan

“Lo gak mau, hah? Coba ngomong, gue mau dengar suara lo, ngomong, brengsek!”

Bugh!

Satu kali tinju itu mendarat, mungkin di pipi kanan dan kiri sang korban. Fero yang mendengar itu rasanya ingin keluar dan membantu, tapi jika dia keluar sekarang, bisa jadi dia tidak akan mendapatkan informasi lainnya. Jadi, biar saja dahulu.

“Memang sialan lo ya. Di suruh ngomong gak mau ngomong, kayaknya memang bisu ni anak,” ucap pemuda yang di panggil bos tadi.

“Cariin gue kayu, mulutnya mau disiksa dulu biar mau ngomong kayaknya,” perintahnya lagi.

“Ja-jangan kak”

Zea dan Fero saling pandang, kening mereka sama-sama mengernyit. Mereka tahu betul suara siapa itu.

“Bantuin Fer.” Bisik Zea. Saking dekatnya gadis itu sampai helaan napasnya dapat Fero rasakan.

“Sabar Ze. Kita denger jawaban dia dulu”

“Lo mau dia mati gara-gara dipukulin?”

Fero menggeleng. “Nggak bakalan mati. Mereka juga pasti mikir mau ngebunuh di sekolah”

Zea gelisah, tal tenang dan kepikiran.

“Jadi lo mau kan bawa dia malam ini?” suara itu kembali terdengar setelah puas tertawa.

“Nggak! Gue gak mau ngorbanin teman gue lagi demi kalian!”

“Oh, berani ngelawan Lo sekarang ya. Nggak takut mato lo?”

“Gue lebih baik mati daripada jadi penghianat lagi! Bunuh gue, bunuh gue sekarang!”

Suara gelak tawa dari bos dan teman-temannya itu terdengar memuakkan di telinga Fero dan Zea.

“Fer ayo keluar saja kasihan Boni”

Ya sikorban adalah Boni. Entah “Dia” siapa yang dimaksud lawan bicara Boni tadi.

“Biar Gue yang keluar, lo tunggu saja disini”

Zea mengangguk setuju. Tapi, baru saja Fero akan keluar, terdengar suara teriakan pak Ridwan sepertinya ada yang melapor pada guru BK itu.

Si bos dan antek-anteknya kabur meninggalkan Boni yang mungkin saja kini sudah bonyok.

“kamu gak apa-apa?” tanya pak Ridwan pada Boni.

“Saya nggak apa-apa, Pak”

Tak berapa lama kemudian sudah tak terdengar lagi suara Boni dan Pak ridwan, sepertinya mereka sudah pergi.

“Keluar, Ze.” Ajak Fero.

“Ayo. Eh, tapi tolongin gue dulu, kaki gue kram” keluh Zea sambil meringis.

Fero berdiri terlebih dulu dan menarik tangan Zea “Bisa gak lo jalan?”

Zea mengangguk kikuk, tak berani menatap mata Fero. “Bisa kok, bisa lebay banget kalau gue sampai gak bisa jalan. Gue Cuma kram doang, bukan lumpuh”

Fero berdehem dia pun menjadi kikuk dan salah tingkah. Tak ingin lama- lama dalam situasi canggung ini, Fero pun akhirnya berjalan terlebih dahulu meninggalkan Zea.

...ΩΩΩΩΩ...

Meninggalkan kisah Fero dan Zea yang sedang salah tingkah, kini kita beralih pada Boni yang sedang duduk di ranjang pesakitan UKS. Dia baru saja diobati oleh dokter Hana.

Kata dokter Hana tadi Boni diminta untuk pergi ke rumah sakit untuk periksa hidung. Dokter Hana takut hidung Boni retak, dan itu harus di tangani secara khusus oleh dokter yang lebih ahli.

“Aw....” ringis Boni saat tangannya tanpa sengaja menyentuh hidung bengkaknya.

“Kenapa?” tanya Dokter Hana

“Nggak, Nggak papa kok Dok”

Dokter Hana berjalan mendekati Boni dan memberikan selembar kertas pada pemuda gemuk itu. “Ini resep obatnya. Tebus di apotek ya, soalnya di sini obatnya gak ada”

Boni mengangguk “Iya Dok, makasih ya Dok”

Dokter cantik itu tersenyum. “Jangan lupa ke rumah sakit ya. Periksain itu hidung kamu.”

“Iya Dok”

Pintu UKS terbuka, Zea dan Fero masuk. Tak lama kemudian Rini dan Evan ikut masuk. Sementara Nando tidak tahu dimana rimbanya, sepertinya pemuda itu tidak berhasil memanjat tembok belakang.

“Bon, lo gak papa? Gue kaget banget pas tahu lo di keroyok,” kata Zea panik, ia sengaja pura-pura tidak tahu karena ingin melihat apa Boni jujur apa nggak.

“Siapa yang sudah ngeroyok lo Bon? kasih tahu gue” sambung Fero.

Evan mengangguk, ia geram karena bisa-bisanya di sekolahnya tercinta ini ada pembullyan yang jelas-jelas dilarang keras. “Iya, kasih tahu kita, Bon. Lo gak usah takut, ada kita yang bakal ngelindungi lo”

Rini mendekati Boni dan langsung menekan hidung Boni yang diberi perban.

“Aaaa...sakit, Rin. Gila lo Rini!”

Gadis itu merasa bersalah dan meminta maaf berkali-kali. “Eh sorry, sorry, Bon. Abis perbannya lucu banget, makanya gue pencet”

Boni mendengus dan mengusap pelan batang hidungnya.

“Siapa sih yang sudah ngelakuin ini ke lo Bon? Kok bisa begitu lo, emangnya lo punya musuh ya di sekolah ini?” tanya Evan.

Tak hanya hidung tapi sudut mata Boni pun ikut melebam, kasihan sekali Boni.

Boni menghela napas lalu memandang pada Zea. “Gue gak masalah bonyok kayak gini yang penting teman gue gak kenapa-kenapa”

“Ma-maksud lo apa mandang gue kayak begitu, Bon?” tanya Zea gugup

Boni memaksa untuk tersenyum meskipun sulit., karena bibirnya sulit ketika di gerakkan.

“Maafin gue Ze” ucap Boni pelan, suaranya seperti menahan tangis.

Zea mengernyit bingung, apa sebenarnya yang di maksud Boni ini. “Bon lo jangan buat gue takut deh, maksud lo apaan?”

“Maaf karena hampir bawa lo ke dalam masalah. Gue diancam Ze.” Kini Boni benar-benar menangis, dadanya bahkan sesak membayangkan hal yang buruk pada Zea teman barunya karena Boni adalah murid pindahan juga di kelas Zea.

Zea dan Fero saling pandang, sepertinya mereka mengerti arah pembicaraan Boni, pasti ada hubungannya dengan kejadian di belakang sekolah tadi.

“Maksud lo diancam kayak gimana? Siapa yang sudah ngancem lo?” desak Rini. Boni benar-benar membuat semua penasaran.

“Gue di ancam.....”Boni mengusap air matanya menggunakan punggung tangannya. “Gue di ancam sama kak Rey,”

“Rayyan maksud lo?” tanya Evan memastikan.

Boni mengangguk, hal yang sangat mengejutkan untuk semuanya, terutama Rini. Crush-nya yang dia tahu manusia super baik itu ternyata bisa mengancam orang.

“Terus hubungannya sama Zea apa? Kenapa lo minta maaf ke Zea?” tanya Fero

Boni tak serta merta menjawab pertanyaan Fero, ia menelan ludahnya dengan susah payah, barulah kemudian berbicara. “Kak Rey itu sepupu gue. Mungkin kalau gue tahu dia sekolah disini, gue gak bakalan pindah kesini. Seinget gue kak Rey itu sekolah di SMA Tunas Bangsa, bukan di SMA antariksa. Nah, karena dia tahu gue sekelas sama Zea, dia minta Gue bawa Zea ke acara ulang tahun adiknya dia nanti malam. Gue tahu kak Rey pasti mau menjebak Zea, makanya gue gak mau pas dia minta tolong”

“Terus?”

“Tersu gue di hajar dan ini hasilnya,” kata Boni sambil menunjuk wajahnya.

Zea tercekat, ternyata ini alasan kenapa Fero tidak pernah setuju jika dia dekat dengan Rayyan. Pemuda itu tidak sebaik yang Zea kira

1
Mukmini Salasiyanti
😂🤣
Mukmini Salasiyanti
putus meneh


😅😆😂
Mukmini Salasiyanti
😂🤣
Mukmini Salasiyanti
😂😅manipulatif???
Mukmini Salasiyanti
hadehhh
bls dendam kykny si shena
Mukmini Salasiyanti
yaa beginilah kl
sahabatan ma cowok 🙃
Mukmini Salasiyanti
hadehhh....
sakitnya tuh disiniii...
wkwkwk
Mukmini Salasiyanti
salken, thor
ZeNa: salken balik KK. terimakasih sudah mampir ❤️❤️❤️
total 1 replies
ZeNa
🥰❤️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!