NovelToon NovelToon
Ibu Palsu Untuk Anak-anak Ku

Ibu Palsu Untuk Anak-anak Ku

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / BTS / Blackpink / CEO / Percintaan Konglomerat / Ibu Tiri
Popularitas:12.2k
Nilai: 5
Nama Author: zahra xxx

Victor Winslow, seorang CEO sukses, terlibat dalam kecelakaan tragis saat terburu-buru menjemput anak-anaknya, menabrak seorang wanita yang kehilangan ingatannya dan tidak memiliki identitas. Sementara itu, putrinya Kayla mengalami penurunan kesehatan yang drastis dan menginginkan seorang ibu. Victor, dengan keputusan yang ekstrem, memberikan ingatan dan informasi palsu kepada wanita itu agar bisa menjadi ibu bagi anak-anaknya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zahra xxx, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

chapter 29

Daniel memasuki ruang rawat Jennie dengan hati-hati, menggenggam dua paperbag di kedua tangannya. Cahaya lembut dari jendela menerangi ruangan yang tenang, memberikan suasana hangat di tengah bau antiseptik yang khas. Wajahnya memancarkan campuran rasa gugup dan harapan. "Dia pasti senang dengan apa yang kubawa," pikirnya dalam hati, mencoba meyakinkan diri sendiri.

Di dalam ruangan, Jennie sedang berbaring di ranjang rumah sakit. Dia segera beranjak duduk ketika melihat Daniel masuk. Rambutnya yang cokelat lembut tergerai di bahunya, dan matanya yang biasanya cerah kini tampak sedikit letih. Daniel mengulum senyum, meski canggung. "Hai," sapanya dengan suara yang terdengar ragu.

Jennie hanya menatap Daniel dengan wajah datar, bibirnya tak bergerak sedikit pun untuk membalas senyuman itu. "Apa yang kau bawa?" tanyanya datar, matanya tertuju pada paperbag di tangan Daniel.

Daniel menelan ludah, mencoba menenangkan detak jantungnya yang berdebar kencang. "Ini makanan untukmu," ujarnya, suaranya sedikit gemetar. "Aku juga membeli beberapa buku."

Dia merasa gugup, seperti seorang anak kecil yang mencoba memberikan hadiah kepada temannya namun takut ditolak. Jennie hanya mengangguk pelan sebagai jawaban, ekspresinya tetap sulit dibaca. Tanpa berkata-kata lagi, Daniel melangkah ke arah nakas di samping ranjang Jennie dan meletakkan paperbag itu di atasnya.

Daniel mengeluarkan makanan dari paperbag yang dibawanya dengan hati-hati dan meletakkannya di atas nakas di samping tempat tidur Jennie. Makanan itu, ia pilih secara cermat. Makanan yang bisa membantu pemulihan Jennie agar lebih cepat bahkan butuh waktu 2 jam agar Daniel bisa menentukan makanan untuk jennie. Sebelum sempat berkata lebih banyak, tiba-tiba pintu ruangan terbuka dan dua anak kecil berlarian masuk.

"Mommy, Kay rindu Mommy!" ucap Kayla dengan semangat, sambil berlari memeluk Jennie erat-erat. Key mengikuti di belakangnya membawa paperbag yang juga berisi makanan, yang tadi dibeli Victor.

"Mommy juga rindu Kay dan Key," balas Jennie dengan suara lembut, mencium rambut kedua anaknya. Matanya yang tadi letih kini bersinar dengan kebahagiaan.

"Kami bawa makanan kesukaan Mommy," ujar Key sambil menunjukkan paperbag yang dibawanya. Wajahnya berseri-seri, bangga dengan kejutan yang mereka siapkan.

"Benarkah? Wah, Mommy senang sekali," Jennie mengusap pipi Key dengan penuh kasih sayang. Anak-anak ini adalah sumber kekuatannya, dan senyuman mereka adalah obat terbaik.

"Benarkah? Ini ide Kayla, Mom," Kayla menimpali dengan penuh semangat, matanya berbinar-binar.

Daniel berdiri di sudut ruangan, diam mendengar percakapan mereka. Perasaannya campur aduk. Di satu sisi, dia senang melihat Jennie bahagia bersama anak-anaknya, tapi di sisi lain, dia merasa tak berdaya. Makanan yang dia bawa seakan kehilangan makna. Dia menatap makanan itu dengan perasaan sedih, merasa tidak sebanding dengan kebahagiaan yang dibawa oleh anak-anak.

"Apakah anak-anak Mommy sudah makan?" tanya Jennie, perhatian penuh pada kedua anaknya.

Kedua anak itu menggelengkan kepala serempak. "Kami mau makan bersama Mommy," jawab Key dengan suara riang. Mereka terlihat begitu bersemangat, seolah makan bersama Jennie adalah momen yang sangat dinantikan.

Daniel merasa harus terlibat dalam percakapan itu. "Apa kalian berdua sendirian ke sini?" tanyanya, mencoba tersenyum untuk menyembunyikan rasa gugupnya.

"Tadi bersama Daddy, tapi dokter yang merawat Mommy ingin berbicara dengan Daddy," ujar Key, matanya baru saja menyadari keberadaan Daniel di ruangan itu.

"Untuk apa Paman ke sini?" tanya Kayla, menatap Daniel dengan rasa ingin tahu dan sedikit tajam.

Daniel merasa tatapan Kayla seakan menembus dirinya. "Aku hanya membawa buku dan beberapa makanan," jawabnya sambil mengangkat paperbag yang dia bawa, mencoba mengalihkan perhatian dari tatapan tajam Kayla.

"Mommy lapar, mommy belum makan siang. Apa kalian tega membuat mommy menunggu lebih lama lagi?" ujar Jennie, suaranya terdengar manja. Sebelumnya, seorang perawat memang sudah mengantarkan makanan untuknya, tapi Jennie enggan memakannya. Makanan rumah sakit selalu membuatnya tidak selera.

"Baiklah, ayo kita makan, Mom," sahut Kayla dengan semangat, melihat kesempatan untuk menyenangkan ibunya.

Key memberikan paperbag yang ada di tangannya kepada Jennie. Jennie menerima paperbag itu dengan senyuman, lalu membuka meja lipat yang terpasang di ranjangnya. Dia mulai mengeluarkan makanan satu per satu dari dalam paperbag, sementara Kayla meminta tolong pada Daniel, "Paman Daniel, bisa tolong angkat kami ke atas ranjang Mommy?"

Daniel tersenyum dan dengan hati-hati mengangkat Kayla dan Key ke atas ranjang Jennie. Kedua anak itu duduk di samping ibu mereka dengan antusias, melihat Jennie membuka makanan dengan penuh harap.

Jennie membuka satu persatu makanan itu dengan senyum lembut. Di sudut ruangan, Daniel menarik kursi dan duduk di samping ranjang Jennie, wajahnya terlihat sedikit tegang. Dia merasa canggung di tengah kebersamaan keluarga ini, namun tetap berusaha untuk tersenyum.

"Mom, Daddy bilang ini makanan kesukaan Mommy. Apakah benar?" tanya Kayla dengan nada khawatir. Dia takut jika ibunya tidak menyukai makanan yang mereka bawa.

Jennie mengambil sepotong mandu dan memakannya. Matanya berbinar-binar dan senyum terbit di wajahnya. "Emm, aku memang suka mandu. Dan mandu ini yang terbaik," pujinya dengan tulus.

"Mommy suka!" ujar Kayla dengan antusias. Jennie kemudian mengambil sepotong mandu lagi dan menyuapkannya ke mulut Kayla. "Cobalah," kata Jennie lembut.

Kayla mengunyah mandu itu dengan penuh semangat. Wajahnya berseri-seri saat dia menikmati rasa lezat makanan tersebut. Jennie kemudian menyuapkan sepotong mandu lagi ke mulut Key. Anak laki-laki itu tersenyum lebar, menikmati makanan favorit ibunya.

"Ini enak! Karena ini makanan favorit Mommy, berarti ini akan jadi makanan favorit Kay juga!" ujar Kayla dengan riang. Key mengangguk setuju, matanya berbinar senang.

Jennie merasakan kehangatan dalam hatinya. Melihat anak-anaknya senang dan bersemangat membuatnya merasa jauh lebih baik. Suasana di dalam ruangan menjadi lebih ceria dan hangat. Daniel, yang tadi merasa sedikit terpinggirkan, kini merasa lega melihat Kayla dan key bahagia.

"Kak, jika kau yang ada di sini, aku pasti akan lebih bahagia daripada mereka," ujar Daniel dalam hati, sambil mengamati ruangan di sekelilingnya. Hatinya terasa hampa dan penuh kerinduan akan kehadiran kakaknya.

Sementara itu, di ruangan lain di rumah sakit, Victor duduk dengan cemas di depan dokter Jack. Dokter Jack memutar rekaman CCTV dari ruang UGD pagi tadi di layar monitor.

Dalam video itu, terlihat Jennie yang mengenakan alat bantu berjalan dan masih terhubung dengan infus. Meski kondisinya belum sepenuhnya pulih, dia tampak bergerak dengan tujuan yang jelas. Pagi itu, terjadi kecelakaan hebat yang menimbulkan banyak korban. Jumlah dokter dan perawat yang ada tidak cukup untuk menangani semua pasien, sehingga beberapa dari mereka terlantar tanpa perawatan.

Jennie, yang merasa bosan di dalam kamarnya, memutuskan untuk keluar dan berjalan-jalan. Ketika melihat kekacauan di ruang UGD, dia tergerak untuk membantu. Meskipun kondisi fisiknya belum sempurna, Jennie menunjukkan keterampilan medis yang luar biasa. Dia mulai memeriksa pasien yang terlantar satu per satu, memberikan perawatan darurat dengan ketenangan dan keahlian yang mengesankan.

Victor menatap layar dengan mata terbelalak saat melihat Jennie menuliskan resep obat untuk beberapa pasien. Tangannya yang cekatan dan pengetahuannya tentang obat-obatan menunjukkan bahwa dia memiliki pemahaman yang mendalam tentang dunia medis.

Namun, yang paling mengejutkan adalah saat Jennie menghadapi pasien dengan luka parah. Tanpa peralatan yang lengkap, dia tetap mampu melakukan prosedur operasi darurat. Jennie menjahit luka-luka mereka dengan rapi, seolah-olah dia adalah seorang dokter yang berpengalaman. Setiap gerakannya menunjukkan dedikasi dan keahlian yang tak terbantahkan.

Kekagumannya terpancar jelas dari ekspresi wajahnya yang penuh pertanyaan.

"Dokter Jack, bagaimana mungkin? Apakah dia benar-benar seorang dokter?" desis Victor dengan nada suara yang bergetar, mencoba mencari jawaban yang meyakinkan.

Dokter Jack mengangguk, ekspresinya serius. "Sepertinya begitu. Kami telah melakukan pemeriksaan ulang terhadap pasien yang dirawat oleh nyonya beberapa kali, dan semua tindakan medis yang dia lakukan benar. Bahkan, resep-resep obat yang dia tulis juga akurat."

"Apakah perilaku seperti ini bisa membantu memulihkan ingatannya?" Victor bertanya dengan khawatir, mencoba memahami situasi yang rumit ini.

Dokter Jack menggeleng pelan. "Sepertinya kita tidak bisa membiarkan nyonya ini tetap dirawat di sini lebih lama lagi. Jika memang dia seorang dokter, maka lingkungan di rumah sakit ini mungkin dapat membantu memulihkan ingatannya yang hilang."

Namun, Victor terdiam sejenak, merenungkan kata-kata Dokter Jack. "Tapi, apakah Anda masih memberikan obat-obatan tersebut?" tanya Victor dengan hati-hati, menyadari potensi risiko yang ada.

Dokter Jack mengangguk seraya menjelaskan, "Kami masih memberikan obat-obatan tersebut, namun kami harus lebih berhati-hati. Jika memang nyonya ini seorang dokter, dia mungkin akan mengetahui kandungan dari obat-obatan yang dia konsumsi."

"Saya serahkan semua padamu dokter Jack, kau tau apa yang aku inginkan "ujar Victor segera meninggal ruangan dokter jack.

1
FeVey
wah... wah.... gak bahayata...??? ternyata victor punya niatan menjadikan korban kevelakaan mnjdi istrinya.... /Shy/
Dedi Aljufri
baru baca tp cerita nya buat penasaran .. . semangat Thor 😊
Dede Dedeh
okk masih nyimak!!
Anita Jenius
1 iklan buatmu
Mắm tôm
Mantap banget nih thor, jangan berhenti menulis ya!
Keyla: makasih, tenang aja gk bakalan berhenti
total 1 replies
Ryner
Ceritanya bikin nagih thor, terus lanjut ya!
Keyla: makasih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!