Terpenjara Dendam Pengacara Lin
Hujan deras mengguyur kota, suara petir yang saling bersahutan dengan kilatan cahaya yang semakin membuat malam ini mencekam. Seorang pria baru saja turun dari mobilnya dan dia harus melihat adiknya jatuh dari lantai gedung dengan mengenaskan. Lin menatap ke arah atas gedung itu, dan melihat seorang perempuan yang berada disana dengan membungkuk dan satu tangannya menggantung. Membuat Lin yakin jika dia adalah orang yang sudah mendorong adiknya jatuh.
Lin berlari menerobos derasnya hujan, dia melihat darah yang mengalir terbawa air hujan. Keadaan adiknya tentu sangat mengenaskan, dia segera menelepon ambulance dan juga polisi.
"Wen, kamu harus bertahan. Aku tidak akan biarkan dia hidup bahagia!"
Lin langsung berlari masuk ke dalam gedung dan menemui gadis yang mendorong adiknya itu. Gadis itu terlihat masih gemetar dengan tubuhnya yang basah kuyup.
"Dia pelakunya dan tangkap dia!"
Suara bariton itu membuatnya langsung tertegun, ketika dia menoleh pada sumber suara. Dua orang polisi sudah berjalan ke arahnya dan memborgol tangannya. Sementara pria tampan disana hanya menatapnya dengan dingin.
"Kita akan bertemu di pengadilan, hey gadis pembunuh!" tekan Lin pada gadis itu.
Tumbuhnya langsung membeku di tengah derasnya hujan. Bagaimana dia yang mendengar sebuah mimpi buruk kali ini. "Tidak! Aku tidak membunuhnya. Pak, tolong percaya pdaku. Aku tidak membunuhnya"
Terus berteriak meski dia tidak di dengar, derasnya hujan malah menenggelamkan suaranya. Saat dia di bawa oleh dua polisi itu dan melewati Lin, tatapannya begitu memohon padanya. Sejenak membuat Lin tertegun. Entah kenapa dia melihat tatapan minta tolong dari gadis itu. Namun, Lin langsung menggeleng cepat agar tidak terpengaruh dengan tatapan gadis itu.
"Bawa dia Pak, aku yang akan bersedia menjadi saksi" ucap Lin.
Tidak mungkin juga Lin akan diam saja saat melihat adiknya di dorong oleh gadis itu. Bahkan sekarang dia harus segera pergi ke rumah sakit untuk mengetahui keadaan adiknya.
*
Seolah menjadi mimpi buruk, Laras harus mendekam di dalam jeruji besi sekarang ini. Namun, hal yang lebih menyakitkan saat ini adalah ketika dia kembali mendapat kabar jika korban itu sudah meninggal. Padahal Laras sangat menunggu pria itu sadar dan akan menjelaskan semuanya, bisa membuat dia bisa terbebas dari tuduhan ini. Namun, pagi ini dia malah mendapatkan kabar yang sungguh sangat menyakitkan.
"Ya Tuhan, aku harus bagaimana sekarang? Jika benar dia telah meninggal, maka aku akan selamanya berada di dalam penjara ini"
Laras hanya bisa menangisi takdir yang tidak pernah berpihak padanya. Padahal dia sudah cukup menderita selama ini. Dia hanya menangis dengan memeluk lututnya sendiri di ujung ruangan. Sampai seorang polisi wanita datang dan memanggilnya.
"Ada yang ingin bertemu denganmu, ayo keluar"
Laras hanya mengangguk saja, dia berjalan keluar dengan langsung kedua tangannya di borgol oleh polisi itu. Saat Laras sampai di tempat jenguk, dia melihat Ayahnya dan Ibu tirinya disana. Laras langsung berjalan cepat menghampiri mereka.
"Ayah, Ibu, tolong aku. Aku tidak bersalah" ucap Laras, mempunyai harapan besar dengan kedatangan orang tuanya ini.
Plak.. Bukan sebuah jawaban yang Laras dapatkan, tapi malah sebuah tamparan keras dari Ayahnya itu. Air matanya menetes begitu saja ketika rasa panas di pipinya terasa begitu menyayat hatinya sendiri.
"Apa yang bisa kamu lakukan selain membuat malu keluarga? Aku tidak pernah menyangka akan mempunyai anak seorang pembunuh sepertimu! Mulai sekarang, jangan pernah anggap aku Ayahmu lagi. Karena aku tidak sudi mempunyai anak pembunuh sepertimu!"
Tess,, air mata mengalir deras di pipinya. Laras bahkan tidak menyangka akan mendengar perkataan seperti itu dari Ayahnya sendiri. Sehancur ini yang hatinya rasakan ketika orang tuanya sendiri, sudah men-cap dirinya sebagai pembunuh.
"Ayah, aku mohon bantu aku. Ayah, Laras tidak membunuh. Ayah!"
Laras berteriak dan ingin mengejar Ayahnya, namun segera di tahan oleh polisi yang berjaga. Hingga dia hanya menangis sambil menatap punggung Ayahnya yang berlalu menjauh. Bahkan saat ini tidak ada lagi yang bisa dia minta tolong. Laras sudah tidak tahu harus meminta bantuan pada siapa. Bahkan sudah beberapa hari dia disini, pacarnya pun tidak pernah datang menemuinya.
Laras hanya bisa terdiam dengan menangis di dalam jeruji besi itu. Semuanya seolah menjadi akhir hidupnya saat ini. Laras tidak akan bisa lagi mewujudkan semua mimpinya. Dia hanya akan menjadi seorang gadis dengan masa depan suram saat ini.
"Kenapa harus aku? Kenapa aku yang mengalami semua ini?"
Suaranya yang teredam dengan isak tangis yang begitu memilukan.
Satu bulan berada di dalam penjara, Laras bingung karena sidangnya belum di mulai. Dia belum mendapatkan jatuhan hukuman. Sampai hari ini, dia kembali di panggil oleh polisi jaga dan bilang ada yang ingin bertemu. Laras hanya berjalan gontai dengan kedua tangannya yang terpasang borgol.
Tubuh Laras langsung membeku saat dia melihat pria yang melaporkannya ke polisi sebagai pembunuh malam itu. Laras berjalan dan duduk di kursi depan pria itu. Terhalang meja.
Tatapan pria itu terlihat sangat tajam padanya. Membuat Laras tidak berani bersitatap dengannya. Dia hanya menundukan kepalanya.
"Aku akan membebaskanmu, tapi kau harus menikah denganku!"
Deg,, tubuh Laras langsung membeku mendengar itu. Apa maksudnya ini? Bukankah dia sendiri yang memasukan Laras ke penjara, tapi sekarang dia yang ingin membebaskannya tapi dengan syarat yang tidak masuk akal. Membuat Laras begitu kebingungan dan kaget.
"Mak-maksudnya?"
Lin tersenyum mengerikan saat menatap Laras. Membuat gadis itu semakin menunduk dalam. "Aku rasa untuk menghukum orang sepertimu, bukan dengan di penjara. Aku punya cara lain. Dan kau tidak mempunyai pilihan!"
Tuhan, apalagi ini?
Rasanya Laras ingin menjerit dan menangis saat ini. Mendengar ucapan pria di depannya barusan, jelas membuat Laras tahu, jika dia mempunyai rencana lain untuk menghukum Laras.
Lin berdiri dari duduknya, dia menatap Laras dengan tatapan yang begitu tajam. "Tunggu saja, kau akan segera bebas"
Setelah Lin berbalik dan berjalan pergi dari sana, Laras baru berani mendongakan wajahnya. Dia menatap punggung pria itu, dengan air mata yang mengalir di pipinya. Seolah Laras tahu, jika setelah ini hidupnya akan semakin hancur.
Ikuti saja takdirmu Laras, sampai Tuhan memanggilmu untuk kembali padanya.
Sepertinya saat ini, sudah tidak ada lagi yang bisa Laras lakukan. Mungkin dia hanya bisa pasrah pada semua yang telah terjadi dalam hidupnya. Karena Laras juga tidak bisa melakukan apapun saat ini.
"Kamu harus bersyukur karena Pengacara Lin bisa membebaskanmu. Apalagi ini menyangkut dengan adik kesayangannya yang kamu bunuh itu. Dia adalah pengacara yang tidak pernah membiarkan tersangka bebas begitu saja. Apalagi kasus pembunuhan seperti ini" ucap polisi wanita yang menggiring kembali Laras ke dalam sel tahanan.
Mungkin semua orang akan berpikir aku beruntung. Tanpa mereka tahu apa yang sebenarnya di inginkan pria itu. Hanya ingin menghukum ku.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Dewi deww
lanjuuttt
2024-06-23
0
Pujiyati Astuti
tetap semangat kak 💪💪💪
2024-04-16
1