Shifa dan Ilham sepasang kekasih, yang semua orang di tempat lingkungan rumah dan lingkungan kerja sudah tahu. Kalau mereka berdua kekasih yang telah berjalan tiga tahunan. Jadi orang akan berfikir kalau mereka berdua merupakan pasangan romantis sampai ke pelaminan.
Tapi siapa sangka. Hanya karena uang.. dan bujukan orang tua dari Ilham mereka akhirnya berpisah. Dan memilih menikah dengan gadis anak pengusaha batu bara di daerahnya. yang bernama Adis.
Shifa sangat kecewa sekali dengan sikap dan pilihan Ilham. padahal mereka sudah berjanji akan lanjut ke pelaminan Tahun depan. Tapi apa daya. Kehendak orang tuanya Ilham, membuatnya tidak berdaya untuk menolaknya.
Dia berusaha memberikan pengertian pada ke kasih. agar tetap menunggunya. Suatu saat ia akan kembali lagi.
Apakah Shifa mau menerima janji Ilham. atau malah pergi meninggalkannya. Kita baca selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon husnel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pindah Rumah
Akhirnya Faris dan Shifa makan di luar, momen makan siang berdua masih tetap jalan walau di luar.
"Mas. kita nginap di hotel berapa lama.? terus biayanya gimana. kan besar biaya kita tinggal di hotel mas." Syifa merasa nggak enak pada suaminya. mungkin kalau di ajak ngontrak pun nggak masalah Bagis Syifa.
Faris merasa gemes dengan istrinya yang selalu bersikap sederhana. padahal Faris tahu , Syifa bukankah orang yang hidupnya pas-pasan semasa ia tinggal bersama orang tuanya.
"Anggap saja kita honeymoon yang tertunda sayang..he..he.." Goda Faris mengedipkan matanya
"Ih. Maunya.." Syifa merasa malu di goda suaminya seperti itu. Membuat Faris makin gencar menggodanya.
"Sepertinya Tuhan yang mengizinkan kita honeymoon sayang. buktinya.. saat kita tidak memikirkan, eh malah di kasih kesempatan."
Syifa hanya tersenyum saja mendengar jawaban suaminya. Bagaimana pun mereka memang belum pernah memikirkan hal demikian, karena sampai di sini selalu di beri kesibukan.
"Masalah biaya jangan khawatir. Mas sudah bilang sama mama kondisi kita. jadinya di berikan fasilitas deh sama mama untuk kita honeymoon berapa kita mau. tinggal minta sama bos. ha..ha.." Faris tertawa bahagia melihat ekspresi istrinya yang merona.
Untung saja tawa Faris tidak m ngundang tamu yang lain. karena mereka duduk di tempat yang private.
"Barang kita gimana Mas.?" Syifa memikirkan barangnya yang baru saja di beli. tidak mungkin di beli lagi, itu namanya pemborosan.
"Nanti Mas minta bantu sama Anggita Mas. Jangan kamu pikirkan itu. nanti kamu cukup beres-beres kan pakaian saja. dan keperluan pribadi lainnya."
Syifa menghela nafas dalam, karena ia tidak bisa lagi berbuat apa-apa kalau sudah suaminya memutuskan.
"Kok sedih gitu. nggak mau ya kamu pindah sayang..?" Faris menatap istrinya yang terasa berat.
"Bukan masalah pindahnya. Tapi aku kok merasa nggak enak sama mama nyusahin terus, nyusahin Anggita Mas semenjak kita pindah." Syifa menundukkan wajahnya
Faris menarik dagu istrinya." Sayang.. tidak ada yang merasa di susahkan. apalagi buat menantu kesayangan mama. kalau mas menelpon atau di telpon mama bukan nanya keadaan ku malah menanyakan menantunya. Mas terasa jadi anak teori deh sekarang he..he... " Faris mencubit pipi istrinya lembut
"Jadi gemes. nggak sabar pindah ke hotel."" Faris pun menoel hidung istrinya yang mancung kecil.
Syifa pun membalas mencubit lengan suaminya kesal." Dasar nyebelin." Syifa pura-pura merajuk. Dalam hatinya ia merasa bahagia. ia merasa beruntung sekali di pertemukan dengan suaminya saat ia sengaja di buang oleh mantan suaminya dulu.
"Nah. melamun lagi kan. kok mas merasa cemburu deh. akhir-akhir ini Mas lihat kamu sering melamun.?"
Syifa memejamkan matanya, dan menarik nafas dalam. " Aku merasa nggak percaya saja Mas dengan kondisi sekarang. aku merasa bersyukur telah di pertemukan dengan laki-laki yang sekarang jadi suami aku. Mas membawa keberuntungan buat aku di saat aku sedang terpuruk. Kamu itu Dewa penyelamat bagi aku Mas." Ada embun di mata Syifa. Faris mengusap mata istrinya dengan lembut.
"Aku juga beruntung sayang.. kalau Mas tidak ketemu kamu. mungkin sampai sekarang mas masih bujangan." Seloroh Faris.
Itu yang selalu membuat Syifa kesal. Faris tidak pernah serius jika ajak bicara. kecuali jika masalah pekerjaan. Namun ia makin cinta sama suaminya yang resek tersebut.
"Nah. melamun lagi." Faris mengagetkan istrinya hingga Syifa terkejut.
"Mas...." Syifa mencubit lengan suaminya dengan cukup keras.
Faris kembali tertawa. sangat jarang momen seperti ini. karena tinggal di asrama dekat tetangga. takut mengganggu. Jadi mereka tidak bermanja sebebas seperti ini. Mungkin akan ia lanjutkan saat tinggal di hotel beberapa hari ke depan.
Setelah makan siang yang romantis tersebut. Faris pun membawa istrinya ke hotel di mana tempat mereka akan menginap. mereka akan check In nanti malam. Jadi mereka pesan tempat dulu dan beberes.
"Di sini kita tinggal Mas.?" Tanya Syifa tidak percaya. hotel yang di maksud sangat bagus. Gateway Hotel. Hotel yang terkenal di Papua.
"Ia Sayang. Mas udah minta cuti Dia hari. Setelah itu nggak apakan Mas tinggal di sini sendiri. Ntar kalau makan siang mas ke sini."
"Nggak apa Mas. Kan aku bisa kerja juga. Sambil kerja aku akan telpon Ghina." Syifa tersenyum bahagia mengingat adik iparnya.
Sudah hampir satu bulan Syifa pindah, hanya dua kali ia menghubungi adik iparnya tersebut karena ia sering sekali sibuk tak menentu.
Setelah Check in. Faris mengajak istrinya pulang untuk berkemas. Ia tidak sabar untuk kembali ke hotel. Ia bahagia sekali akhirnya kesempatan itu datang sendiri. padahal ia sudah memikirkan kemarin. Tapi Tuhan memberikan jalan lain pada mereka.
Sampai di asrama. Syifa langsung saja beberes. Takut nanti terlambat. Karena suaminya. pasti akan memberikan saja apa yang merasa tidak penting dan bisa di beli lagi. Syifa tidak mau itu. Ia akan mem peking barang yang di rasanya perlu. biar besok tinggal di pindahkan Anggita suaminya.
Baru saja ia memberes pakaiannya. Datanglah si pengganggu siapa lagi kalau bukan tetangga centil Syifa yaitu mbak Rina.
"Assalamualaikum Mbak.. mbak Syifa...." Teriak Mbak Rina di depan pintu yang sengaja Syifa tutup.
Syifa awalnya Malas melayani. karena ia tidak punya waktu banyak. Jadi ia harus bekerja cepat.
"Mbak..mbak . mbak Syifa.. ada di dalam kan..?" Teriak Mbak Rina. Syifa akhirnya membuka kan pintu. sebelumnya ia mencuci muka dan tangannya seolah ia dari kamar kecil
"Eh. mbak. ada apa ya mbak..?" Tanya Syifa Sok Kaget. Karena ia malas melayani.
Mabuk Rina melihat muka Syifa yang masih basah, tersenyum. " Maaf mbak.. ganggu ya. saya mau nanya aja tentang kabar mbak mau pindah..?"
"Oh.. itu. gimana ya mbak. saya mau sholat." Hindar Syifa agar ia punya kesempatan untuk berkemas cepat
"Oh. maaf. kalau gitu nanti saya datang lagi.. silahkan mbak sholat dulu.." Mbak Rina pun pamit.
Dengan cekat Syifa menutup pintu rumahnya. ia cepat menyelesaikan pekerjaan nya. Semua pakainya sudah masuk ke koper. Tinggal barang pribadi. seperti perlengkapan mandi dan lainnya. Semuanya sudah masuk ke dalam dus yang masuk ia simpan rapi. hingga bisa ia gunakan lagi.
Tak lama. terdengar suara pintu dibuka, Syifa menoleh ke arah pintu. Terlihat suaminya sudah pulang.
"Loh Mas. bukannya sore ya baliknya.?" Heran Syifa menyalami suaminya.
"Mas di kasih cepat pulang sama komandan untuk bantu kamu beres-beres." Jab Faris yang melihat beberapa dus telah tersusun serta koper.
"Oh.. Ini besok tinggal pindahin aja Mas. Oh ya. makanan ini gimana ya mas.?" Tanya Syifa bingung
"Kasih aja pada kedua tetangga kita. bungkus aja dulu. jadi tinggal kasih aja saat kita pamit." Usul Faris yang di setujui Syifa
Mbak Puji pun datang. melihat Faris yang baru saja pulang. berbarengan dengan mbak Rina. Faris langsung masuk kamar menghindari.
"Nah. kebetulan mbak berdua datang. ini di luar rencana saya ya mbak. mbak pasti sudah dapat kabar kepindahan kita. Jadi kita nggak punya waktu untuk menjelaskan lebih diteil ya mbak. intinya. kita pindah karena keadaan."
Syifa menjelaskan sebelum keduanya bertanya.
" Oh.. jadi benar ya mbak.?" Tanya Mbak Rina.
Syifa hanya mengangguk, Tania menjawab. Sedangkan mbak Puji tersenyum. ". Mbak.. makasih ya.. saya nggak bayar untuk semua nya. kalau masalah barang mbak titip aja dulu mbak. sampai rumah dinas mbak selesai. Biar nanti kami susun aja di sudut sini dulu. Jadi nggak dua kali angkat mbak barangnya." Usul mbak Puji
"Apa nggak merepotkan mbak?" Syifa merasa sungkan.
"He..he.. nggak lah mbak.. Kan cuma beberapa hari. biar saya bantu Peking mbak. Kebetulan di rumah dus yang kosong. Jadi besok saya juga sudah di perintah untuk pindah. karena mau di renovasi secepatnya kata komandan. Suami saya tadi bilang." Mbak Puji memberitahu.
Mabuk Rina hanya diam. ia hanya jadi pendengar saja. Karena yang memutuskan adalah komandan. Jadi ia tidak bisa berkata apa lagi. Mereka berdua pun akhirnya membantu mengepak semua barang Syifa tak butuh lama semuanya beres.
Hari sudah masuk Ashar. " HM selesai deh. Oh ya nanti pas mbak pindah. nggak apa kan kalau saya langsung membawa barang saya ke sini. biar lebih cepat. Ucap Mbak Puji antusias sekali. Karena ia bahagia dpat rumah yang sangat rapi karena baru saja di renovasi Faris saat ia mau pindah.
"Oh silahkan mbak. ini sudah hak mbak. ini kuncinya. "Syifa memberikan kunci rumah yang di tempati nya. sekarang berpindah ke tangan mbak puji.
jangan lama" up-nya ya Thor,makasih