Shea dianggap sebagai istri tidak berguna, bahkan pembawa sial, hingga ditinggalkan oleh Delon demi wanita lain. Tanpa perceraian, Shea disingkirkan karena dianggap jelek dan memalukan keluarga. Namun, setelah dua tahun, Shea kembali sebagai model ternama dengan kekayaan melimpah.
Kehadiran Luis, paman angkatnya, membantu menyembuhkan luka masa lalunya. Luis begitu perhatian dan menjadikan Shea sebagai prioritas utamanya. Namun, perasaan rumit tumbuh di antara mereka.
Kini, Shea harus memilih antara masa lalunya yang pahit dan masa depan yang cerah dengan Luis. Di tengah pertarungan batin antara cinta dan keterikatan, Shea harus menemukan keberanian untuk menghadapi konsekuensi dari keputusannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lusica Jung 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hukuman Untuk Miranda (REVISI)
Luis melangkah perlahan menuju tempat tidur di mana Shea terbaring tak berdaya. Dengan hati yang berdebar, dia mendekati sosok yang sangat dicintainya itu. Setelah melihat Shea dalam keadaan kritis, lega rasanya melihatnya kini dalam keadaan stabil.
Dengan hati penuh kekhawatiran, Luis mengamati setiap gerakan Shea yang lemah. Tangannya dengan lembut meraih tangan Shea, mencoba mencari kehangatan yang hilang. Rasanya, saat ini semua beban yang dia bawa telah terangkat dari pundaknya.
Sambil menatap wajah tenang Shea yang terbaring di tempat tidur, Luis melepaskan benda hitam bertali dari mata kanannya. Itu adalah pelindung mata yang digunakan sebagai perban matanya yang mengalami iritasi.
Luis meraih tangan Shea lalu menggenggamnya. "Shea, bangun," pinta Luis memohon dengan suara yang sangat lirih dan nyaris tak terdengar. Dia menggenggam dan mencium jari-jari lentik Shea yang terasa dingin.
Tiba-tiba, mata Shea terbuka dan sebuah kalimat ringan terucap dari bibirnya. "Paman, aku lapar..." Ucapan itu membuat Luis tersenyum lega, membuyarkan kecemasan dan kesedihan yang telah menghantuinya sebelumnya. Rasa geli menghampiri pikirannya melihat sikap Shea yang benar-benar diluar dugaan.
"Shea, kau sudah sadar, bagaimana keadaanmu? Apa ada yang terasa kurang nyaman?" tanya Luis memastikan, suaranya penuh perhatian.
Shea menggeleng lembut. "Tidak ada, Paman. Aku merasa baik-baik saja. Tapi aku lapar dan hanya ingin makan, cepat belikan makanan untukku, ya?" rengeknya dengan manja.
Luis mendengus geli melihat tingkah Shea yang seperti bocah, meskipun dalam situasi yang tidak biasa. Dengan hati yang lega, dia meninggalkan ruangan untuk memenuhi permintaan makanan Shea.
Luis bergegas meninggalkan ruangan untuk membeli makanan yang Shea minta. Dia berjalan cepat melintasi lorong rumah sakit, pikirannya dipenuhi berbagai perasaan, rasa lega karena Shea telah bangun dan baik-baik saja. Namun, di balik rasa lega itu, masih ada rasa cemas dan kemarahan yang membakar dalam dirinya.
Sementara itu, Shea tetap terbaring di tempat tidurnya, merasa sedikit lemas tapi juga lega karena telah melewati masa kritisnya. Dia menghela nafas dalam-dalam, merenungkan insiden yang baru saja terjadi. Meskipun tubuhnya mulai pulih, pikirannya masih memikirkan siapa pelaku di balik upaya pembunuhan tersebut.
Saat Luis kembali dengan sepiring makanan hangat, wajah Shea langsung berseri-seri. "Terima kasih, Paman," ucapnya sambil tersenyum manis.
Luis meletakkan makanan di atas meja yang ada di dekat tempat tidur Shea. "Tidak perlu berterima kasih. Ayo, cepat makan. Kau butuh istirahat dan nutrisi yang cukup untuk pulih," ucap Luis sambil menepuk lembut tangan Shea.
Shea mengangguk dan mulai menyantap makanannya dengan lahap. Luis duduk di samping tempat tidur Shea, memperhatikan wanita itu dengan penuh perhatian. Hatinya masih gelisah dengan apa yang terjadi, dan dia pasti menemukan pelaku di balik kejadian itu dan memberikan pelajaran yang setimpal untuknya.
"Bagaimana perasaanmu sekarang? Apakah masih ada yang membuatmu khawatir?" tanyanya dengan lembut.
Shea menggeleng. "Aku merasa lebih baik sekarang, Paman. Tapi aku masih memikirkan siapa pelaku di balik semua ini. Aku tidak bisa memahami kenapa seseorang akan melakukan sesuatu yang begitu jahat," ucapnya dengan nada sedih.
Luis menggenggam tangan Shea dengan lembut. "Kita akan mencari tahu siapa pelakunya, Shea. Dan aku akan memastikan bahwa dia mendapat hukuman yang setimpal atas perbuatannya. Kau tidak perlu khawatir, aku akan selalu ada untukmu," ucapnya dengan tulus.
Shea tersenyum lembut, merasa terharu oleh kata-kata perhatian dari Luis. "Terima kasih, Paman. Aku sangat beruntung memilikimu," ucapnya sambil menatap mata pria yang duduk di sampingnya itu.
Shea dan Luis saling tersenyum lalu dia membawa wanita itu ke dalam pelukannya dan memeluk tubuhnya dengan erat. Dia lega karena Shea baik-baik saja. Hampir saja Luis menghancurkan rumah sakit tempat Shea di rawat jika dokter dan petugas medis tidak bisa menyelamatkan nyawanya.
...🌺🌺🌺...
Luis duduk dengan tenang di kursi penumpang mobil mewahnya, dia terus menatap ke luar jendela. Dengan informasi yang telah dia kantongi, menemukan pelakunya hanya masalah waktu bagi Luis, yang memiliki kekuasaan dan sumber daya yang cukup untuk menangani masalah ini.
Arya, asisten pribadinya, mengemudikan mobil dengan kecepatan sedang, mematuhi setiap aturan lalu lintas saat mereka menuju apartemen Miranda, tempat tinggal pelaku. Dalam hati Luis, dia memastikan bahwa pelaku akan menerima hukuman yang setimpal atas perbuatannya yang keji terhadap Shea.
Sementara itu, di sepanjang perjalanan, suasana di dalam mobil terasa hening. Tak ada obrolan diantara mereka dan sibuk dengan kesibukan masing-masing. "Arya, apa kau sudah melakukan apa yang aku perintahkan?" tanya Luis pada sang asisten, suaranya penuh dengan otoritas dan ketegasan.
Arya mengangguk dengan mantap. "Sudah Tuan," jawabnya, "wanita itu akan di-blacklist dari industri hiburan dalam dan luar negeri. Dia juga akan segera di-deportasi dari negara ini dan dikirim ke Afrika Selatan."
Mendengar itu, Luis mengangguk puas. "Bagus sekali. Aku ingin dia hancur sehancur-hancurnya," ucapnya dengan nada tegas, sementara tangannya terkepal kuat, menunjukkan keputusannya yang tak tergoyahkan dalam memberikan hukuman kepada pelaku yang telah mencoba mencelakai Shea.
...🌺🌺🌺...
Semua agenda yang telah disusun dengan cermat oleh Miranda tiba-tiba dibatalkan secara sepihak. Telepon demi telepon masuk dengan berita pembatalan acara-acara besar yang telah direncanakan dengan teliti.
Dari wawancara media hingga penampilan di acara televisi, semuanya lenyap tanpa jejak. Setiap pintu yang biasanya terbuka lebar untuknya, kini terasa seperti ditutup rapat, meninggalkannya dalam kebingungan.
Rasa keterkejutan dan kebingungan merayapi hati Miranda ketika dia mengetahui bahwa dia telah di-blacklist dari dunia hiburan. Ia tidak mengerti apa yang telah dilakukannya untuk mendapat perlakuan sedemikian rupa. Namun, keputusan ini telah diambil, dan sekarang dia harus menghadapinya dengan segala konsekuensinya.
Dia merasa terkejut, kesal, dan juga frustasi karena situasi ini. Semua cita-citanya, impian untuk menjadi yang terbaik dalam industri hiburan, hancur berantakan di hadapannya.
Rasa tak percaya itu mendera setiap inci jiwanya, dan pertanyaan tanpa jawaban berputar-putar di kepalanya: Mengapa ini terjadi? Apa yang telah dilakukannya? Bagaimana dia bisa keluar dari situasi ini?
"Kau Miranda Smith?" tanya seorang pria tampan namun ekspresinya terlihat mengerikan saat mendekati Miranda yang baru saja keluar dari apartemennya.
"Ya, kau siapa?" tanya Miranda, menatap pria itu yang tak lain adalah Luis.
Tanpa berkata-kata, Luis langsung mencekik leher Miranda hingga dia nyaris tak bisa bernapas. "Siapa kau, lepaskan aku!" desak Miranda, mencoba membebaskan diri dari cengkeraman Luis.
Bukannya melepaskan, Luis malah memberikan bogem mentah yang mendarah ke wajah Miranda, tepat di mata kanannya. Rasa sakit menusuk langsung ke dalam pikiran dan tubuh Miranda, membuatnya berteriak kesakitan. Matanya seketika memar dan dia kesulitan membuka mata itu.
Miranda kesakitan. Dia menangis histeris sambil memegangi matanya yang terasa sangat-sangat sakit. Dia berteriak karena rasa sakit yang tak tertahankan.
"Kau tahu apa yang akan terjadi jika kau masih berani muncul di dunia hiburan," ancam Luis dengan suara menggertak. "Aku tidak akan ragu untuk membuat hidupmu menjadi neraka di dunia ini. Kau akan menyesal karena telah melanggar batas-batas yang tidak seharusnya kau langgar."
Miranda merasakan kepanikan melanda dirinya. Rasa sakit dan ketakutan memenuhi setiap serat tubuhnya saat dia berjuang untuk menghindari pukulan berikutnya. Tanpa menghiraukan Miranda yang terus menangis kesakitan, dia pergi begitu saja. Itu adalah konsekuensi karena berani mencelakai Shea.
...🌺🌺🌺...
...BERSAMBUNG...