Seorang gadis melihat sang kekasih bertukar peluh dengan sang sahabat. seketika membuat dia hancur. karena merasa di tusuk dari belakang oleh pengkhianatan sang kekasih dan sang sahabat.
maka misi balas dendam pun di mulai, sang gadis ingin mendekati ayah sang kekasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tulisan pena R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 31
Aku dan Om Arif banyak melakukan Kesalahan di meja makan saat makan malam kami bersama Papa dan Mama. Terlalu gugup, sendok di tangan ku sampai jatuh. Saat memungut sendok itu, sial sekali, kepala ku terbentur meja.
Om Arif yang kaget berusaha untuk menolong ku, tapi gerakan cepat nya malah membuat air dalam gelas ku tumpah dan mengenai celana pendek nya..
Sial, mataku malah kembali fokus menatap ke arah ular piton yang tersembunyi di balik celana pendeknya.
"Kendali kan mata kamu, Aurel," bisik Om Arif, membuat aku kaget.
"Aduh!!!" kepala ku kembali terantuk meja.
"Astaghfirullah,Kak. Kamu kenapa sih???" Tegur Mama.
"Ya Allah, Rif. Celana kamu basah, " Ujar Papa.
Aku dan Om Arif meringis sembari kembali duduk di kursi kami masing masing.
"tidak apa-apa,Pa, ini hanya ketumpahan air sedikit. Nanti juga kering.," ujar Om Arif berusaha tetap tenang.
"Mau ganti saja???"
"Tidak perlu, Pa," Tolak Om Arif.
Om Arif mengambil kan sendok baru untuk ku, kembali mengisi gelas ku dengan air di dalam teko.
"Terima kasih,Om.."
"Om???" Suara Papa dan Mama kompak kaget.
Eh, aku mengerjap kerjap mata ku cengo. Astaga, kebiasaan!!!
"Makasih,Mas," cengir ku.
Om Arif mengangguk, tersenyum tipis.
Aku menyuap makanan ku di bawah intimidasi tatapan Papa dan Mama. Mereka seperti nya masih terganggu dengan cara ku memanggil Om Arif tadi.
"Setelah ini, ada yang ingin Papa sampaikan ke kamu, Rif, juga kamu, Kak," Ujar Papa.
DEGH
"Tentang apa, Pa??" Tanya ku.
"Habis kan makanan kalian dulu," Perintah Papa.
Aku mengangguk patuh.
Kami duduk bersama di ruang tengah. Mama membuat dua cangkir kopi dan aku membawa cemilan.
"Sebelumnya, Papa minta maaf, Rif. Seharusnya, Papa mengatakan ini dari awal." ujar Papa sembari menatap intens ke arah Om Arif.
"Putri kami, Aurel, dia terlibat hubungan dengan seseorang. Maksud Papa, saat Papa meminta kalian menikah, Papa melupakan satu fakta. Aurel masih memiliki kekasih. Dan laki laki itu beberapa kali datang kesini mencari Aurel. Yang terbaru kemarin."
DEGH
Mata ku dan Om Arif langsung bertubrukan.
"Sebenarnya Aldo itu adalah..."
"Mas, " desis ku. Aku menggeleng kan kepala ku, memohon kepada Om Arif agar tidak mengatakan fakta tentang Aldo kepada Papa dan Mama. Om Arif termangu menatap ku.
"Aldo??? Bagaimana kamu tau nama kekasih Aurel, Rif???"
Jedueer!
Aku menyentuh tangan Om Arif, berharap dia tidak akan mengatakan secara gamblang kepada Papa. Papa belum saatnya untuk tahu, kerumitan hubungan kami. Apalagi hubungan kami yang masih abu abu.
Bagaimana jika Papa malah menyuruh Om Arif melepaskan aku?? Aku masih belum di sentuh. Pernikahan kami pun belum tercatat secara hukum negara. Bukan kah itu sangat mudah untuk mengakhiri hubungan kami.
Tidak!!!!
Aku tidak mau. Aku yakin, aku sudah jatuh cinta padanya.Pada Om Arif. Aku tidak ingin kehilangan cintaku sekali lagi. Apalagi laki-laki sebaik dan setulus Om Arif.
Om Arif menatapku dengan intens, sekali lagi aku menggelengkan kepalaku diam-diam agar tak sampai dicurigai oleh Papa.
"Aurel sudah memberitahu saya tentang laki-laki itu, Pa. Dia bilang, hubungan mereka telah berakhir." Sahut Om Arif.
Huft!!!
Rasanya batu besar yang menghimpit dadaku terangkat sudah. Om Arif pandai membuat alasan.
"Kak???" desis Papa.
Aku tersenyum mengangguk. "Iya, Pa. Aku dan Aldo sudah berakhir. Aku aku sudah mengatakan itu dan O-m eh Mas Arif juga sudah tahu. Aku putus sama Aldo juga di depan Mas Arif kok." tegas ku.
Papa menarik nafas panjang. " Aldo menjelaskan ke Papa, jika kalian ada kesalahpahaman dan kamu sangat sulit dihubungi. Dia meminta Papa membantunya untuk bertemu kamu dan menjelaskan semuanya. Tapi, Papa menolak mentah-mentah. Papa bahkan meminta secara terang-terangan agar Dia menjauhi kamu, Kak," ujar Papa.
Aku mengangguk. "Aku juga tidak ingin bertemu dengan Aldo lagi, Pa. Aku melihat sendiri bagaimana dia mengkhianati aku. Itu bukan salah paham, Pa," tandas ku.
"Meng-khianati...."
"Saya sendiri yang akan memastikan Aurel baik-baik saja, Pa," sela Om Arif cepat seakan tak ingin aku mengungkapkan tentang fakta penghianatan Aldo.
Dia masih saja melindungi mantan sialan ku itu.
Papa terdiam, menatap Om Arif intens. Lalu mengangguk. "Ya. Bagaimana pun Aurel memang sudah menjadi tanggung jawab kamu Arif. Bagaimana pernikahan kalian bermula, tapi hubungan kalian halal di mata Allah. Selama kamu tidak mengembalikan tanggung jawab itu pada Papa, maka kehidupan Aurel akan selalu menjadi tanggung jawab kamu." ujar Papa.
"Papa tidak menginginkan apapun selain kebahagiaan kalian, Rif. Kebahagiaan kamu dan juga kebahagiaan putriku. Kamu juga seorang ayah, Rif. Kamu pasti tahu bagaimana hancurnya hati seorang ayah melihat penderitaan anaknya."
DEGH
Tatapan ku langsung terlempar ke arah Om Arif. Om Arif hanya menunduk diam. Aku tahu ke gamangan hatinya. Tanpa sadar, Papa berhasil mengungkit nya.
Aldo putraku Aurel. Aku tak sanggup melihatnya kesakitan karena kehilangan kamu.
"Papa tahu, hubungan kalian tidak mudah. Selain belum mengenal sebelumnya, ada perbedaan jauh antara kamu dan Aurel. Tapi, Papa harap, perbedaan itu tidak membuat kalian menyerah. Papa sangat yakin dengan kamu Arif. Sungguh Papa sangat berharap hubungan kalian akan berhasil, " ujar Papa tulus.
Om Arif terkesiap, menoleh ke arahku. Aku tersenyum, mengangguk. Sungguh, Aku juga berharap demikian, Om.
"Insya Allah, Pa. Mohon doa kan kami." ucapnya dengan suara yang terdengar bergetar. Seperti nya kalimat Papa berhasil menyentuh hatinya.
"Aamiin, aamiin ya Allah," ucap Papa dan Mama kompak.
Papa menatapku penuh. "Bagaimana denganmu, Kak? Apa kamu juga sanggup menjalani pernikahan kalian dengan baik? Sebagai istri Arif. Artinya, kamu benar-benar sudah harus lepas dari masa lalu kamu, Kak. Aldo...."
"Bahkan bertemu Aldo adalah satu hal yang paling tidak ku inginkan, Pa. Jangan khawatir kan tentang perasaanku dengan Aldo, Pa. Aku sudah selesai. Dia hanya mantan yang tak akan pernah ku pungut lagi." tandas ku sangat yakin.
papa mengangguk mengerti. "Lalu tentang Arif bagaimana, kak?? Apa kamu sudah bisa menerimanya sebagai suami kamu??" tanya papa sembari menatap manik mataku lekat. pasti ingin memastikan tidak ada kebohonganku di sana.
"Iya, Om Arif suami ku, Pa. Dia satu-satunya tujuanku sekarang, " Ucap ku tegas, tanpa keraguan sedikitpun.
Om Arif terkesiap, dia langsung menatapku. Aku diam, membalas tatapannya lurus. Ku harap dia tahu, aku memang bersungguh-sungguh dengan kalimatku.
"Papa senang mendengar ini, Kak. Jadi, biasakanlah menghormati suami kamu dengan panggilan yang layak."
Eh, Itu tentang cara ku memanggil Om itu kan????