Ketidaksengajaan serta pengorbanan dalam sebuah kecelakaan membuat Alena langsung meninggal dan malah mengantarkan nyawa gadis itu dengan bertransmigrasi ke dalam salah satu novel favoritnya. Alena hanya menjadi adik dari salah satu teman protagonis pria—figuran. Dia hanya seorang siswi sekolah biasa, tanpa keterlibatan novel, dan tanpa peran.
Tapi, plotnya hancur karena suatu alasan, hidupnya tidak semulus yang dia bayangkan. Dia membantu masalah semua tokoh, namun di tengah itu, hidupnya tidak aman, ada orang yang selalu ingin mencelakainya.
____
"Aku memang bukan siapa-siapa di sini, tapi bukan berarti aku akan membiarkan mereka menderita seperti alurnya."—Alena.
~•~
note:
- author 'I Am A Nobody' di wp dan di sini sama
- Tokoh utama cerita ini menye-menye, lebay, dan letoy. Jadi, ga disarankan dibaca oleh org yg suka karakter kuat dan ga disarankan untuk org dewasa 20+ membacanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febbfbrynt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Prolog
"Alena, kakak ke toko kue dulu, yah. Cuma sebentar, kok. Jangan kemana-mana," ujar seorang wanita kepada adiknya seraya melihat-lihat isi dalam tas.
Alena hanya mengangguk sambil menjilat es krim yang dibeli kakaknya di supermarket.
Setelah mendapat persetujuan Alena, Alodie yang merupakan kakak Alena keluar mobil. Lalu, ia melangkahkan kakinya menuju toko kue yang ada di seberang mobil yang saat ini Alena duduki. Alena hanya melihat punggungnya sampai menghilang di pintu toko kue.
Alena tidak tahu untuk apa kakaknya itu membeli kue, ia hanya berfikir untuk cemilan di rumah saja.
Pada saat ini, Alena dan Alodie tengah berjalan-jalan berdua dengan mobil yang satu-satunya mereka punya. Hari ini adalah sama-sama hari libur mereka. Alena yang libur sekolah, sedangkan Alodie libur dalam pekerjaannya.
Alena melihat-lihat jalanan lalu lintas. Karena hari libur, banyak sekali mobil yang berlalu-lalang, tetapi tidak macet sama sekali.
Setelah lebih dari 15 menit, pandangan Alena kembali pada toko kue, berpapasan dengan seorang wanita cantik alias Alodie yang keluar dengan menenteng paper bag berisi kue.
Karena Alena merasa bosan, ia malah keluar mobil dan menghampiri Alodie yang berada di tengah jalan saat lampu lalu lintas berwarna merah.
Alena berlari ke arah Alodie dan berteriak memanggil. "Kakak!"
Alodie menoleh dengan raut terkejut saat melihat adiknya mendekat. Bukan apa-apa, masalahnya saat ini ia berada di tengah jalan. Tentu saja Alodie panik dan cemas. "Alena?! Kamu kenapa kesini? Disini banyak kendaraan! Cepat, pergi! Sebelum lampunya berganti warna!"
Alodie langsung meraih tangan Alena dan menarik adiknya itu ke sisi jalan dengan tergesa.
"Maaf, kak." Alena menunduk menyesal.
Tiin tiin!
Setelah beberapa detik, terdengar suara klakson di sebelah kiri mereka. Alena menoleh. Matanya langsung terbelalak saat melihat sebuah mobil sport hitam melaju kencang ke arah mereka.
"Kakak!! Awas!!" Alena langsung mendorong punggung Alodie ke depan.
Brukk!!
Setelah mendorongnya, Alena hanya merasakan dirinya melayang seakan jatuh dari ketinggian. Lalu, tubuhnya mendarat, kepala Alena terbentur benda keras. Ia merasa sangat kesakitan. Rasa tersakit yang belum pernah Alena rasakan datang bertubi-tubi. Rasanya semua tulangnya patah.
Alena bisa merasakan cairan kental berbau amis mengalir di kepalanya. Semua tubuh Alena mati rasa.
Di sekitar, samar-samar Alena mendengar banyak suara ribut yang datang menghampirinya, terutama suara kakaknya yang histeris.
"ALENA!!!!" Teriakan Alodie semakin dekat. Alena tak bisa bergerak sedikit pun. Rasanya semua tubuhnya meremuk.
"Ti-dak, tidak!! Jangan Alena! jangan tutup mata kamu!!"
Rasa shock dan panik yang luar biasa melanda hati Alodie. Hatinya seolah di sayat dan di tusuk saat melihat adiknya terbaring di aspal berdarah-darah. Sangat sesak sehingga Alodie berharap ini hanya mimpi buruk yang akan berlalu.
Tangisan memilukan Alodie memasuki telinga Alena. Lalu, ia merasakan kepalanya terangkat ke pangkuan Alodie
Alena terengah-engah dan mencoba membuka matanya sedikit. "Kak-ak ... hah ... hah ... ma-affin A-lena." Dengan susah payah Alena berusaha mengeluarkan suara.
Alodie menggeleng keras. Kedua tangan yang memegang Alena sangat gemetar. "Nggak, Alena! Hiks, ini salah kakak! Jangan tinggalin kakak, Alena!! Kak Alodie cuman punya kamu! Kakak udah beliin kue buat kamu, hiks. Besok ... besok kamu ulang tahun. Tolo-ng, Alenaaa! Jangan tutup mata! hiks ...." Alodie terus-menerus berteriak sambil menangis.
Alena lupa bahwa besok adalah hari ulang tahunnya. Ia merasa sangat senang karena Alodie selalu mengingat dan selalu merayakannya walaupun hanya mereka berdua.
Alena mencoba menarik sudut bibirnya dan tersenyum lembut pada Alodie. Ia berbisik lemah. "Te-rima kasih, Kak."
Penampilan Alodie terlihat berantakan. Darah Alena menempel di pipinya, tangannya yang berlumuran darah mengusap pipi adiknya lembut.
"Iya, sayang, sama-sama. Kamu harus kuat, oke? Kita rayakan ulang tahun kamu. Kakak udah nyiapin kado buat kamu." Alodie berusaha berkata tenang walaupun hatinya sangat sesak. Ia menghapus air matanya.
Alodie mengangkat kepalanya memandang orang-orang yang mengerumuni kami. Lalu ia berteriak keras. "Cepat panggilkan ambulans!!"
"N-nggak, ka-k. Hah ... a-ku gak kuat ... terima kasih ... hah ... u-untuk semuanya, Ka-k. Aku sayang kakak," ucap Alena terbata.
Rasanya tenggorokannya tercekik, dan setelah itu semuanya gelap.
"TIDAKKKKK!!! ALENAAAA...!!"
Teriakan kakaknya samar-samar masih terdengar di saat terakhir. Alena hanya berharap bahwa ia selamat dan masih bisa bertemu dengan Alodie. Tapi ... sepertinya itu tidak mungkin. Ia akan mati disini. Rasa sakit yang teramat itu meredupkan harapan Alena.
Ia pun berharap, semoga kakaknya mendapatkan pasangan yang sangat baik untuk menjaga di sisinya. Dan ...
... Semoga kak Alodie bahagia.