Ipar Tapi Maut Bagiku

Apa sekarang suamiku sudah gila karena mengakui perbuatan bejatnya sendiri pada istrinya?

"Kamu paham betul soal jamu sari rapet, karena kamu pasti sering melihat Mbak Lisa mengkonsumsi itu, kan? Kamu juga pasti udah di cekok'in sama obat kuat tiap malam, kan? Ngaku aja, Mas!"

Mas Chris diam, napasnya naik turun. Ia tampak berusaha menahan ledakan amarahnya. Apa dia pikir hanya dia yang tidak puas selama ini?

"Aku udah berusaha keras buat bikin kamu senang, tapi kamu nggak ada usaha sama sekali. Kamu pikir aku juga nggak kecewa tiap malam, Mas? Kamu cuma bisa tegang sebentar, sementara aku belum apa-apa, kamu udah l3m3s dan l0y0!"

"Itu kan salahmu! Harusnya kamu berusaha bikin aku lebih berselera lagi. Lihat kamu aja, aku sebenarnya udah nggak n4f*su!"

Udahlah, Mas. Ceraikan aku. Nggak perlu basa-basi lagi!"

"Nggak! Jangan harap kita bercerai."

"Terus maumu apa, Mas? Kamu jadiin aku pembantu di rumah ini? Jadi tukang masak, bersih-bersih, sekaligus ngurus kedua adikmu? Apa gunanya aku jadi istrimu kalau nafkah batin aja kamu nggak mampu ngasih aku! Sementara kamu enak-enak sama janda sana, aku jadi pajangan di atas kasur!"

"Mas, aku juga butuh di beri nafkah secara batin, Mas. Uang aja nggak bisa buat aku bahagia! Apa kamu rela kalau aku di beri nafkah oleh laki-laki lain?" tanyaku.

"Hah! Siapa memangnya yang mau sama kamu? Tiap keluar rumah penampilanmu jelek banget. Lagian satu kampung satu desa ini semua tahu kamu istriku. Nggak ada yang berani dekat-dekat sama kamu!" ucapnya meremehkanku.

Wah, benar-benar!

Mas Chris sudah benarbenar memandang rendah istrinya sendiri.

"Mas, kamu udah dibutakan sama cinta sesatmu ke janda itu. Jadi, bagaimanapun aku berusaha tampil cantik, aku bakal kelihatan jelek di matamu!"

"Kau pikir nggak akan ada laki-laki yang mau sama aku? Kamu terlalu meremehkanku, Mas."

Mas Chris mengangkat sebelah sudut bibirnya, ia tersenyum mengejek.

"Udahlah, Ketty! Nggak usah bertingkah. Aku berjanji aku tetap penuhi semua kebutuhanmu. Tetapi soal urusan r4nj4ng, maaf, kamu udah bukan lagi seleraku.

Kita pertahankan rumah tangga kita demi menjaga perasaan orang tua kita. Pikirkan baik-baik." jelas Mas Chris.

Aku hanya diam melongo menatapnya. bagaimana bisa dia berpikir seperti itu? Rumah tangga macam apa ini? Apa dia sudah hilang kewarasan?

Selepas Mas Chris keluar dari kamarku, hatiku benar-benar merasa kesal. Apa dia pikir aku benar-benar tidak bisa membalas perbuatannya?

Mas Chris pikir hanya dia yang bisa meninggalkan aku dengan kejam. Dia salah besar! Dia menghancurkan hidupku tanpa belas kasih, dia memilih wanita lain dibandingkan istrinya sendiri. Mana mungkin aku membiarkannya begitu saja.

Semalam penuh, aku tidak bisa tidur hanya karena memikirkan perkataannya.

Seharusnya, bercerai adalah jalan terbaik untuk rumah tangga kami. Mengalah untuk menang, itulah yang akan aku lakukan.

Sejujurnya, bisa saja aku sendiri yang datang ke pengadilan agama setempat untuk mengajukan gugatan cerai. Hanya saja, semua itu membutuhkan uang yang tak sedikit. Dari mana aku mendapatkan uang untuk hal seperti ini jika uang belanja bulanan ku saja terhitung pas-pasan.

Lagi pula, mengajukan gugatan cerai juga membutuhkan bukti-bukti yang akurat. Aku ragu bisa memenangkan gugatan dan hanya membuang-buang tenaga dan waktuku.