jadi laki laki harus bisa membuktikan kepada dirinya sendiri kalo ia bisa sukses, sekarang kamu harus buktikan kalo kamu gak mati tanpa dia, kamu gak gila tanpa dia, dan kamu gak kelaparan tanpa dia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jenos, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
"Caranya gimana Pak, kan Mbaknya bawa mobil sendiri." jawab Alvin.
"Ya kamu ikut aja nanti pulangnya naik ojek atau apa kek, jangan biarin pulang sendiri lah sekalian pede kate." goda Burhan
membuat Alvin melirik Dita sekilas yang tampak tidak nyaman dengan godaan Burhan.
"Em ... Ya sudah mau pulang kapan Mbak?" tanya Alvin.
"Sekarang aja biar gak kemalaman." jawab Dita yang dibalas anggukan oleh Alvin.
Setelah selesai makan mereka berdua keluar dari ruangan Guntur.
"AL ini baju kamu gimana?" tanya Dita.
"Gak apa-apa Mbak pake aja dulu." jawab Alvin membuat Dita mangut-mangut.
Di dalam mobil hanya ada keheningan diantara keduanya.
"Orang yang tadi siapa? Membuat Alvin menoleh.
"Itu bos saya Mbak, saya kerja sama mereka." jawab Alvin.
"Kerja apa?" tanya Dita lagi.
"Kuli bangunan." jawab Alvin berbohong membuat Dita mangut-mangut.
"Keren loh kamu, udah punya anak, kerja tapi masih mikirin kuliah, gak semua orang bisa kayak kamu." ujar Dita membuat Alvin sedikit bingung, ia mengira Dita akan ilfil pada dirinya tapi nyatanya tidak.
"Mbak kerja juga?" tanya Alvin yang dibalas gelengan oleh Dita.
"Kerja ya gitu lah saya mah kerjanya
online, saya online shop gitu nambah-nambah jajan." jawab Dita.
"Bukannya Mbak orang kaya kenapa malah kerja lagi?" tanya Alvin membuat Dita menaikkan alisnya sebelah.
"Tau darimana?"
"Ya dari gaya Mbak juga udah keliatan sih maksudnya Mbak punya mobil style Mbak juga Orang kaya." jawab Alvin, alih-alih membuat Dita terkekeh.
"Amin lah kalo orang tua saya iya mungkin orang kaya tapi kalo saya nggak sih, saya mah masih kuliah belum punya apa-apa.
Ini semua orang tua saya punya bukan punya saya." jawab Dita, Alvin tertegun
mendengar jawaban itu lalu ia senyum-
senyum.
"Orang tua kamu?" lanjut Dita.
"Em... Bapak sama ibu udah almarhum jadi saya anak satu-satunya." jawab Alvin membuat Dita kaget.
"Oh maaf... Maaf saya gak sengaja." jawab Dita yang dibalas anggukan oleh Alvin.
"Santai Mbak." jawabnya.
Sampai di rumah Dita, Alvin keluar dari dalam mobil karena dipaksa mampir oleh Dita.
"Gak usah kali Mbak gak enak udah
malam." tolak Alvin tapi tidak di hiraukan oleh Dita ia malah menarik Alvin masuk.
"Mbok ..."
"Iya non."
"Tolong buatin minum Mbok sama teman saya." suruh Dita yang dibalas anggukan oleh pembantu mereka tersebut.
"Mau apa Den, kopi kah? Teh atau apa?" tanya Mbok.
"Apa aja Mbok." jawab Alvin.
"Duduk dulu ya, saya ganti baju bentar keatas." ucap Dita yang dibalas anggukan oleh Alvin lalu ia duduk di sofa.
Matanya celingak-celinguk melihat kemewahan rumah Dita.
hati.
'The real anak sultan.' ucap Alvin dalam
[Heh dengar ya, kita udah putus lama gak
usah aneh-aneh !]
Alvin kaget mendengar Dita marah- marah, ia menoleh.
[Gak usah saya gak butuh coklat, hadiah
atau apapun darimu gak perlu!]
[Dengar ya saya gak akan pernah menjilat ludah kembali, sekali sampah tetap sampah,
Paham kamu!]
Tut!
Dita mengatur nafasnya berkali-kali sambil beristighfar, ia benar-benar muak dengan drama mantan pacarnya tersebut.
"Huh..."
Dita menghempaskan tubuhnya di sofa lalu ia menarik nafas dalam-dalam.
"Kenapa Mbak?" tanya Alvin membuat Dita menoleh.
"Biasa manusia monyet ngeganggu." jawab Dita ceplas-ceplos membuat Alvin langsung menahan tawa.
'Sadia banget mantan pacar berubah jadi monyet.' ucap Alvin dalam hati.
"Em... Kenapa gak diblokir aja sih Mbak?" tanya Alvin.
"Sudah berpuluh kali saya blokir tapi dia tetap kayak orang gila ngejar-ngejar saya, nauzubillah." jawab Dita membuat tawa Alvin akhirnya pecah.
"Ngapain kamu ketawa? Ada yang lucu?"
Tanya Dita membuat Alvin menutup mulutnya sejenak.
"Itu artinya dia masih sayang kayaknya sama Mbak." tebak Alvin membuat Dita melotot.
"Gak usah aneh-aneh, gak mau saya!" bantah Dita.
"Ini non minumnya."
"Makasih ya Bi." ucap Dita.
"Minum dulu." suruh Dita yang dibalas anggukan oleh Alvin.
"O iya Mbak besok sepertinya saya gak bisa ikut ospek lagi, bermasalah gak ya?" tanya Alvin membuat Dita menoleh.
"Kenapa lagi? Guntur kah?"
"Bukan Mbak, saya harus kerja udah beberapa hari ini saya gak kerja." jawab Alvin membuat Dita mangut-mangut.
"Mau nguli dulu?" tebak Dita.
"Hah?"
"Kamu bilang kamu kuli bangunan kan?
Kamu mau nguli dulu berarti?" tebak Dita membuat Alvin langsung sadar lalu
mengangguk.
"Eh iya Mbak, mau nguli dulu buat belanja anak saya." jawab Alvin membuat Dita
mangut-mangut.
"Ya sudah gak apa-apa, kerja aja nanti begitu kuliah lebih santai kok." jawab Dita yang dibalas anggukan oleh Alvin.
"Em... Ya sudah kalo begitu saya pamit pulang ya Mbak takut malam banget." pamit Alvin.
"Pulang naik apa?" tanya Dita.
"Pesan online aja kali Mbak." jawab Alvin yang dibalas anggukan oleh Dita.
Ia mengantarkan Alvin ke depan karena hujan juga sudah reda. Tidak lama kemudian ojek online yang di pesan Alvin sudah tiba.
"Saya pamit ya Mbak."
"Iya hati-hati ya, titip salam buat Guntur." jawab Dita yang dibalas anggukan oleh Alvin.
Begitu Alvin sudah menjauh tiba-tiba Dita Tersenyum dengan sendirinya sambio melipat
kedua tangannya.
"Eh astagfirullah! Apa sih Dita gak jelas deh." ucapnya sambil menepuk jidatnya.
Keesokan harinya Alvin benar-benar tidak datang lagi ospek sehingga mentor kelompoknya marah.
"Ini si Alvin kalian gak tau kemana dari kemaren loh dia gak datang-datang." omel mentor tersebut, Dita yang mendengar itu langsung berjalan menuju kelompok Alvin lalu membisikkan sesuatu ke telinga mentor tersebut.
"Dia izin sama Mbak?"
"Iya," jawab Dita yang dibalas anggukan oleh mentor tersebut.
"Ya sudah sayang banget maksudnya Mbak mana ini terakhir ospek kan."
"Udahlah biarin setiap orang punya
kesibukan yang berbeda-beda." jawab Dita.
Disisi lain Alvin sedang sibuk di kantor karena kerjaannya benar-benar numpuk dari beberapa hari yang lalu.
"Ya tuhan ini banyak banget." gumam Alvin sambil membuka berkas-berkas satu
persatu.
"Semangat Alvin, gimana kuliahnya lancar?" tanya Doni yang melihat Alvin suntuk.
"Baru sekali saya kuliah selebihnya bolos.* jawab Alvin membuat Doni menaikkan alisnya sebelah.
"Emang boleh begitu?" tanya Doni.
"Bisalah asal ada orang dalam." lanjut Alvin.
"Kamu emang punya orang dalam? Gaya- gayaan kamu tar di keluarin baru tau rasa." ucap Doni membuat Alvin Terkekeh.
"Ini bukan sekolah Don, tapi universitas namanya aja mahasiswa bukan siswa lagi." jawab Alvin membuat Doni menggedikkan bahunya.
"Terserahlah yang jalanin kan kamu." ucap Doni lalu meletakkan berkas didepan Alvin.
"Makan dulu yuk udah laper nih." ajak Doni yang dibalas anggukan oleh Alvin.
"Yuk."
Mereka keluar dari kantor mencari tempat makan di sekitar kantor. Begitu ingin menyeberang Alvin langsung berbalik.
"Kenapa AL?" tanya Doni, Alvin tidak menjawab ia malah berlari mencari tempat aman lalu ia mengintip dari balik tiang.
"Kamu kenapa sih?" tanya Doni bingung.
"Shut... Jangan berisik nanti dia lihat." ucap Alvin membuat Doni celingak-celinguk.
"Siapa?"
"Shut...!"
"Alvin ..."