"Apa yang kita lakukan ini adalah sebuah kesalahan dan aku sangat menyesal sudah menghianati Abram, suamiku. Jadi setelah hari ini jangan pernah mengungkitnya lagi,karena kamu bukan lagi kekasihku seperti 5 tahun lalu, tapi statusmu sekarang adalah adik ipar ku, Arga."
" Bagaimana kalau kamu hamil? Aku pastikan itu adalah darah dagingku. Apakah status kita tetap akan masih sama hanya sebatas ipar?"
Arga Anderson mantan kekasih yang 5 tahun lalu meninggalkannya, tiba tiba kembali dalam status sebagai adik iparnya dan tanpa sengaja masuk kedalam kehidupan pernikahan Anisa, karena keteledorannya. Sampai membuat mereka berdua tidak sengaja menghabiskan malam panas bersama, yang membuat Anisa ternyata hamil.
Tapi apakah benar bayi yang ada didalam kandungannya adalah anak Arga seperti yang dikatakan pria itu. Atau anak Abram, suaminya.
Hidup Anisa yang semula damai berubah menjadi rumit dan pelik.
Apalagi setelah satu persatu rahasia dari Abram, Arga dan keluarga mereka terungkap.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bundew, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30. Part 30
Mana ada gila yang benar, batin Anisa heran bercampur kesal mendengar istilah yang dikatakan Arga, mengenai sikap egoisnya yang tidak mau dibantah atau ditolak olehnya.
Dan sikap pria itu yang seperti ini, benar benar membuat tekanan darah Anisa rasanya terus menjadi naik. Kalau dibiarkan bisa bisa dirinya akan terus berada di rumah sakit seperti sekarang, bukan karena gejala morning sick kehamilan.
Tapi karena sikap memaksa Arga yang tidak mau mendengarkan pendapatnya. Jadi sepertinya cara satu satunya lepas dari jerat pria ini sekarang adalah membiarkan saja apa yang dilakukan oleh pria itu dan sebaiknya dia menjauh sejauh mungkin saja dari Arga sekarang dengan kembali lagi ke Jakarta karena diBandung juga tidak ada yang dia tinggi atau lakukan.
Saat di Jakarta nanti, dia akan meminta pengacara yang dulu biasa membantu keluarganya.Untuk mulai membantu dia mengurus berkas pemisahan, antara harta warisannya dengan harta keluarga Abram.
" Sudahlah terserah bagaimana kau saja, Ga. Aku tidak sanggup lagi memikirkan semua ini sekarang." Ucap Anisa pasrah.
" Itu lebih bagus Nis.Biar aku dan orang orangku saja yang menyelesaikan soal ini, kau hanya perlu duduk manis menunggu hasilnya nanti." jawab pria itu dengan raut senang, karena berpikir Anisa akan patuh menuruti keinginannya bercerai dari Abram, lalu kemudian mereka akan menikah secepatnya.
" Iya, aku akan keluar dari rumah sakit sekarang dan kembali ke Jakarta hari ini juga.Aku tidak mau perduli dengan kau juga Abram." Setelah mengatakan itu dia berbalik, berniat memanggil suster atau dokter keruangannya untuk mengatakan niatnya itu.
Tapi belum sempat dia melakukan hal itu Arga bicara lagi.
" Kau belum bisa kembali ke Jakarta sekarang Nis. Kalau ingin keluar dari rumah sakit tidak masalah. Aku akan mengurus nya, tapi tidak untuk kembali ke Jakarta karena disana sangat beresiko bagimu. Urusanku disini belum selesai jadi kalau kau bersikeras untuk kembali aku sekarang tidak bisa ikut denganmu dan itu..."
" Aku tidak butuh kau ikut Ga. Aku bisa melakukan semuanya sendiri.Bahkan untuk keluar dari rumah sakit, aku juga bisa mengurusnya sendiri. Aku ini cuma hamil, bukan terkena penyakit kronis dan gejala morning sick ini juga tidak terjadi terus menerus hanya saat pagi saja jadi secara keseluruhan aku bai baik saja. Tidak perlu terlalu berlebihan!" Tegas Anisa, tidak menerima larangan pria itu.
Arga terdiam menatap kearah Anisa yang memberinya tatapan tegas sekarang.
Setelah berdiam diri sambil berpikir, akhirnya pria itu memilih mengedikan bahu sebagai reaksi untuk sikap keras kepala perempuan dihadapannya ini. Karena tau pembicaraan mereka sekarang menemukan jalan buntu.
" Ya, baiklah kalau kau memang ingin kembali ke Jakarta hari ini. Aku akan menyuruh Tio memesankan tiket pesawat untukmu. Sekarang ayo aku bantu kau ganti baju, lalu kita lakukan pemeriksaan kebagian kandungan baru setelah itu kita keluar dari Rumah sakit."
Kali ini Anisa tidak membantah, karena semua yang sekarang dikatakan Arga untuk kepentingan dirinya dan juga calon anak dalam kandungannya, jadi dengan patuh dia mengangguk.
" Iya."
" Sini aku bantu kau untuk melepaskan baju rumah sakitnya."
Sebelum Anisa sadar, Arga sudah mendekat berdiri tepat dihadapannya, lalu tanpa ba-bi-bu pria itu mulai melepas satu persatu kancing baju piyama rumah sakit yang sekarang dikenakannya.
" Ga, aku bisa melakukannya sendiri."Anisa berusaha menolak, dengan menahan tangan pria itu yang sedang melepas kancing piyama rumah sakitnya sampai ke batas bagian dada.
Meski mereka sudah pernah bercinta lebih dari sekali dan pria itu juga sudah melihat seluruh tubuh polosnya. Tapi tetap saja Anisa sekarang merasa malu dan tidak nyaman dengan perlakuan Arga.
apalagi waktu dia ingat kalau dibalik piyama yang dikenakannya sekarang dia tidak mengenakan apapun jadi secara otomatis kalau seluruh kancing itu terlepas maka tubuh atas polonya juga akan terekspos didepan Arga.
" Aku hanya ingin membantumu berganti baju saja, tidak berniat melakukan hal lain kecuali kau yang memintanya nanti Nis." jawab Arga dengan wajah tanpa merasa bersalah saat mengatakannya membuat Anisa langsung mendongak menatap tajam kearah pria itu.
" Kau!"
Arga menaikan salah satu alisnya, melihat reaksi yang diberikan oleh Anisa.
" Kenapa? Apa kau ingin aku sentuh? Kalau iya, tidak perlu menahannya karena dengan senang hati aku akan melakukan, Nis."Dia mengatakan itu dengan sengaja memainkan jarinya disekitar kancing kemeja Anisa dalam gerakan jelas menggoda perempuan itu.
" Ga!" Anisa mencengkram erat pergelangan tangan Arga, berharap pria itu akan berhenti melakukan perbuatannya sekarang. Karena meski itu hanya sebuah sentuhan ringan dari jemari besarnya, tubuh Anisa menjadi bereaksi atas sentuhan itu.
" Mau?" Arga memberi penawaran sambil menatap kewajah Anisa dengan tatapan tanpa rasa bersalah sementara jemarinya yang tadi hanya bermain diarea kancing baju sekarang mulai menjalar menyelusup kearah bagian puncak dada perempuan itu yang terlihat menonjol bereaksi karena ucapan dan gerakan tangan yang dilakukan Arga sekarang.
' Sial,' batin Anisa geram dengan reaksi tubuhnya yang kelewat sensitif, oleh sentuhan ringan tangan pria itu.
" Hentikan Ga!" ucap Anisa meminta dengan nafas tertahan,berusaha menolak reaksi tubuhnya sekarang karena sentuhan yang diberikan pria itu.
" Tapi puncak milikmu menegang Nis, minta untuk disentuh. Akan jahat rasanya, kalau aku mengabaikan keinginan dua bagian ini yang sudah memohon padaku." pria itu mengatakannya dengan menjepit ringan, lalu memutar bagian puncak dada Anisa yang menonjol dibalik piyama rumah sakit, menggunakan jari telunjuk dan tengahnya.
" Ga....." tanpa sadar Anisa mendesis lirih, karena perbuatan yang baru saja dilakukan Arga.
Sebenarnya itu hanya sentuhan ringan dan Arga melakukannya juga masih berlapis piyama, tapi entah kenapa membuat tubuh Anisa seperti kesemutan, sampai kebagian diantara dua pahanya yang tertutup celana panjang sekarang.'Apa ini karena hormon kehamilan atau memang karena yang menyentuhkan sekarang adalah Arga. Karena kalau dulu Abram melakukan hal seperti itu dia hanya akan menipis tangannya tidak suka dan tubuhnya juga tidak bereaksi seperti sekarang,pikir Anisa heran juga frustasi sendiri memikirkan reaksi yang diberikan tubuhnya pada sentuhan Arga.
" Mau nggak,Nis?"
Lagi lagi pria itu memberikan pertanyaan ambigu yang menyesatkan, untuk Anisa.
Meski tau, kalau apa yang ditanyakannya sekarang tidak memerlukan jawaban dari Anisa sendiri, sebagai siempunya tubuh. Karena tubuh perempuan itu sekarang sudah cukup menjawabnya.
Meski begitu Anisa tetap berusaha menolak, dengan sengaja menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.
" He...hentikan Ga. Ini dirumah sakit.Jangan macam macam."
Mendengarnya Arga hanya menaikkan satu alisnya, lalu menunduk untuk membungkam mulut Anisa dengan pagutan panas dan dalam, tanpa mendengarkan atau perduli dimana mereka berdua berada sekarang.
s abraham ngamuk . trus mu minggat ka rmh di tengah perjalanan kecelakaan .dah tuh rudal berengsek
da. untuk arga ama anisa semoga di bersatukan