NovelToon NovelToon
My Perfect Stranger

My Perfect Stranger

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Tamat / Perasaan / Duda / Romansa Modern / Cinta setelah menikah / Tinggal bersama / Konflik Rumah Tangga- Terpaksa Nikah / Pengantin Pengganti
Popularitas:6M
Nilai: 4.7
Nama Author: Nisaaayu

Berniat ingin menyelamatkan seorang pria dari pengkhianatan pernikahan justru membuatnya terlibat dan malah menjadi pengantin wanita pengganti. Friska Hallin Amanda, seorang gadis yang terpaksa berurusan dengan sang mempelai pria yang ternyata seorang CEO terkenal.

Dia tidak menyangka bahwa perbuatannya yang merusak pernikahan CEO tersebut justru mengantarkannya kepada pernikahan yang tak pernah Ia bayangkan. Friska terpaksa menggantikan mempelai wanita untuk menyelamatkan nama baik sang CEO.

"Saya tidak mau menikah dengan bapak!"

"Kamu harus mau! nama baik saya akan dipertaruhkan saat ini. Atau saya akan menghancurkan hidupmu beserta keluargamu!" begitulah ancaman Ardigo yang membuat pernikahan palsu itu akhirnya terjadi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nisaaayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kehangatan Keluarga Part 2

Sebelum Friska memulai dongengnya, Vano lebih dulu membalikkan tubuhnya menghadap sang ayah.

"Pa, ayo tidur disini bersama Vano dan mama" sontak saja ucapan Vano mengagetkan dua orang dewasa yang berada di kamar tersebut. Friska hanya melebarkan matanya sejenak, namun kembali bersikap normal

"Vano saja yang tidur dengan Mama, kan Vano tidak bisa tidur kalau mendengar suara Papa" sindir Ardigo kembali mengingatkan ucapan Vano tadi

Bocah itu terkekeh kecil ke arah Friska

"Kali ini kan Mama yang akan membacakan cerita untuk Vano. Jadi papa tidur saja bersama Vano. Vano nyaman saat dipeluk oleh Papa"

"Benarkah?" tanya Ardigo

"Iya. Nanti Vano akan menceritakan kepada Cecil kalau Vano juga bisa tidur dengan Mama dan Papa"

Ardigo menghela nafas sebentar lalu menatap putranya

"Baiklah" Ardigo mulai berjalan menuju sisi ranjang yang kosong

Friska merasa sedikit tidak nyaman dengan posisi mereka saat ini. Pasalnya mereka bertiga sangat dekat dengan Vano yang menjadi pemisah antara dirinya dengan Ardigo

Ah sudah lah, Lagipula kami hanya tidur. Dan ada Vano diantara kami

batin Friska lalu mulai menceritakan dongeng kepada Vano. Benar saja, tak lama kemudian bocah itu sudah terlelap dengan hembusan nafas yang teratur. Friska melirik wajah Vano lebih dekat untuk memastikan apakah dia sudah benar benar tidur. Namun matanya tak sengaja beradu dengan netra sang suami. Tiba tiba perasaan canggung meliputi hatinya ketika menyadari posisinya yang begitu dekat dengan Ardigo

"Mas belum tidur?" basa basi Friska

"Kamu pikir saya bocah yang langsung tidur ketika diceritakan dongeng"

"Kan kamu sudah lelah seharian bekerja, aku pikir kamu akan langsung tertidur"

Ardigo tidak lagi membalas perkataan Friska. Gadis itu terlihat sudah merebahkan dirinya di sebelah Vano.

"Terimakasih" ucap Digo setelah hening beberapa saat

"Untuk apa?" tanya Friska bingung

"Sudah menceritakan dongeng kepada Vano"

"Sampai kapan kamu akan mengucapkan terimakasih terus kepadaku? bukankah kamu sudah setuju bahwa Vano memanggilku Mama? Apakah ada orangtua yang menerima ucapan terimakasih karena sudah mengurus anaknya sendiri?" ujar Friska dengan suara se pelan mungkin karena takut membangunkan Vano

"Justru karena aku sudah mengizinkan mu menjadi Mama untuk Vano. Kita juga sudah sepakat untuk menjadi orangtua yang baik dan lengkap untuknya. Jadi kita adalah partner yang sudah pasti saling mendukung dan menghargai satu sama lain. Sebagai pasangan, itulah cara saya menghargai dan mengapresiasi peranmu" balas Digo sambil menghadap ke arah Friska

"Haruskah dengan selalu mengucapkan terimakasih? bukankah kesannya seperti kamu sedang menghargai orang lain yang sudah melakukan sesuatu untuk Vano? Apakah kamu masih menganggapku orang asing?" tanya Friska. Bahkan tanpa sadar ia pun sudah memiringkan tubuhnya menghadap Digo. Mata mereka saling beradu dan menyelami jendela jiwa masing masing

"Kamu menganggapnya seperti itu?" ujar Digo yang langsung dibalas anggukan pasti dari Friska. Ardigo terdiam sebentar sebelum berujar

"Setiap orang punya cara yang berbeda dalam mengekspresikan rasa bersyukurnya. Dan itu adalah cara saya bersyukur dan menghargai usaha yang sudah kamu lakukan, sekecil apapun itu"

Friska merasakan sedikit sentuhan di hatinya kala mendengar ucapan sang suami. Itu bukanlah kalimat gombalan, lagi pula Friska ragu jika seseorang seperti Ardigo bisa mengucapkan kalimat menggelikan yang disebut dengan gombalan. Friska hanya mengedip ngedip kan matanya tanpa menjawab lagi perkataan Ardigo. Bulu mata lentik itu bergerak naik turun. Dia seperti melihat sisi lain dari seorang Ardigo. Setelah itu tidak ada lagi obrolan yang tercipta, mereka sudah menyusul Vano ke alam mimpi

Tanpa mereka sadari mereka sudah melakukan Pillow talk seperti yang biasa dilakukan oleh pasangan suami istri pada umumnya ketika akan tidur. Dan benar saja, waktu sebentar yang mereka gunakan untuk berbicara sebelum tidur memberikan kualitas obrolan yang bisa membuat Friska merubah sedikit pandangannya terhadap Ardigo. Dibalik sikap arogannya, ternyata dia memiliki sisi lembut tersendiri yang mampu membuat Friska merasa sedikit... tersentuh?

Pagi hari di kediaman orangtua Ardigo

Seluruh anggota keluarga sudah berkumpul di meja makan untuk menunaikan sarapan bersama. Friska dan Ardigo terlihat duduk berdampingan dengan Vano yang berada di tengah mereka. Jika biasanya Friska tidak pernah mengambilkan makanan untuk Ardigo, kini gadis itu terlihat melayani sang suami dengan mengambilkan nasi beserta lauknya. Hal itu ia lakukan karena merasa tidak enak kepada Mama Rini dan Dinda yang sudah lebih dulu melayani suami mereka masing masing.

Setelah selesai sarapan, mereka semua berkumpul di halaman belakang yang memang cocok untuk dijadikan tempat bersantai. Taman mini dengan rumput yang bersih serta udara yang sejuk, dan pohon yang rindang memang kombinasi yang sangat pas menemani kehangatan keluarga mereka di pagi ini.

"Pa, ayo bermain bola" ajak Vano kepada sang ayah setelah bersantai beberapa saat

"Harus sekarang, son?" tanya Ardigo yang merasa sedikit malas

"Iya, ayolah Pa" mohon Vano

"Baiklah"

Awalnya Vano terlihat hanya bermain berdua dengan Ardigo, mereka terlihat menikmati permainan duel ini. Mereka berkejaran sambil menjaga gawang masing masing. Ardigo yang awalnya terlihat malas untuk bermain, kini terlihat bersemangat untuk bisa mengalahkan sang anak. Anggota keluarga yang lain menjadi supporter untuk kedua belah pihak tersebut. Tak lama kemudian Reyhan berlari masuk ke lapangan karena ingin ikut bermain juga. Melihat hal itu, Dinda tak ingin tinggal diam. Dia juga ingin ikut bermain bersama mereka. Dia menyerahkan Clara ke pangkuan Friska sebelum berlari memasuki lapangan dan meminta untuk ikutan bermain.

"Aku titip Clara dulu ya, Fris. Aku ingin ikut bermain bersama mereka" ujar Dinda kemudian melesat ke lapangan

Akhirnya mereka membentuk dua tim. Ardigo dan Vano yang sebelumnya menjadi Rival, kini sudah tergabung dalam satu tim. Sedangkan Reyhan dan Dinda berada dalam tim yang sama. Gelak tawa tampak menghiasi permainan kali ini, pelanggaran terus saja terjadi dan dilakukan oleh Dinda. Mulai dari memegang bola, bermain curang untuk mendapatkan bola dan lain lain. Mereka berlarian dan tertawa layaknya anak kecil. Begitu pula dengan Rini, Reno, dan Friska, mereka tak kalah semangat dan terus tertawa melihat kekonyolan yang terjadi di tengah lapangan.

Keluargamu sangat menyenangkan, Mas. Apakah nanti aku mampu meninggalkan kenyamanan seperti ini?

tiba tiba Friska membatin dengan sedikit perasaan sedih di hatinya, mengingat kehangatan ini tidak dapat ia nikmati dalam waktu yang panjang

Tidak apa apa, setidaknya aku pernah berada di tengah mereka. Yang terpenting sekarang aku ada disini bersama mereka. Batin Friska menyemangati dirinya sendiri

Clara yang berada di gendongannya pun seolah sedang menghibur dirinya. Bayi itu terlihat tertawa dan menyentuh wajah Friska dengan jemari mungilnya. Friska gemas sendiri melihatnya, dia kemudian menciumi wajah Clara dengan bertubi tubi, mengundang gelak tawa bayi tersebut. Rini dan Reno sangat bahagia melihat kebersamaan anak anak dan cucu mereka. Senyum lebar tak henti hentinya menghiasi wajah kedua sejoli tersebut.

1
phie
Luar biasa
Dian Rahmawati
wah Reyhan baik
Dian Rahmawati
friska kembali lg
Dian Rahmawati
sahabat yg baik
Dian Rahmawati
wah digo
Dian Rahmawati
modus
Dian Rahmawati
nyamuk nya besar
Dian Rahmawati
semoga digo usut pelaku nya
Dian Rahmawati
wah friska terluka
Dian Rahmawati
ardigo udh mulai cium2 kening noh
Dian Rahmawati
cie digo
Dian Rahmawati
friska ibu yg baik
Dian Rahmawati
wah udh mulai nyaman
Dian Rahmawati
sweet
Dian Rahmawati
wah Adrigo muali go public
Dian Rahmawati
wah udh mulai cium nih
Dian Rahmawati
akhirnya baikkan
Dian Rahmawati
wah siapa yg manggil ya
Dian Rahmawati
langsung digo ngaku
Dian Rahmawati
hahahah..friska memang beda
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!