"Entahlah...aku harus berbuat apa dengan pernikahanku? Katanya cinta setengah mati, tapi kenyataannya cinta kita seolah akan mati. Aku tidak merasakan kehangatan yang semestinya. Aku lelah mengemis suamiku. Aku lelah..."
"Bantu aku untuk meraih jawaban untuk masa depan yang mesti kita lakukan. Aku tidak meminta banyak. Hanya ingin dibelai sayang sebagaimana sewajarnya seorang suami pada istri. Aku hanya butuh kamu sebagai teman berbicara ketika aku berkeluh kesah. Dan satu hal lagi yang membuatku jatuh sebagai martabat seorang istri, aku jarang disentuh." Seorang perempuan dengan kulit bersih kini memerah karena sejak sujud dia tergugu menangis. Dia hanya mampu berkeluh kesah pada sang Khalik di setiap sujudnya atas kondisi pernikahan yang sedang dijalaninya sekarang. Ya... sebagai manusia biasa dia pun kini merasa di titik terlemahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Teti Kurniawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perempuan yang sama
Arsel menggendong tubuh ibunya ke kamar. Zahira pun mengekor di belakangnya karena dia pun merasa bersalah telah membuat terkejut ibunya Arsel.
"Bantu aku!" Ucap Arsel pada Zahira.
"Ba.. baik." Jawab Zahira tergagap. Dia segera menyingkapkan selimut dan menata bantal agar Raisya bisa dibaringkan dengan nyaman.
Arsel pun membaringkan Raisya di ranjang tepatnya di kamar tamu yang ada di apartemen nya.
"Biar saya bantu pak Arsel." Zahira menawarkan diri untuk membantu Raisya ibunya Arsel karena dia sama-sama perempuan.
"Biar aku saja!" Arsel menolak bantuan Zahira yang hendak membantu Raisya yang masih pingsan.
Arsel sangat merasa bersalah. Melihat Raisya pingsan karena terkejut mendapatkan kabar tentang pernikahannya.
Arsel lalu membuka pin kerudung Raisya agar terasa nyaman. Dia pun berdiri lalu meninggalkan kamar itu hendak mengambil kotak obat yang disana ada terdapat minyak angin juga.
Zahira lalu duduk di tepian kasur. Meski tadi penawarannya ditolak, tapi dia tak bisa diam saja melihat perempuan di depannya pingsan.
Dia memijat-mijat bagian kaki bawahnya agar ada rangsangan pada Raisya. Lalu menekan jempol. kakinya dengan lumayan keras agar kesadaran Raisya kembali.
"Apa yang kamu lakukan?" Bentak Arsel denan tatapan menghujam seolah dia akan menerkam.
"Sa.. saya... hendak menolongnya pak. Menurut pengetahuan saya sewaktu ikut pramuka kalau ada orang pingsan biasanya dipijat bagian jempol kakinya." Jawab Zahira gugup. Zahira tidak semata-mata melakukan itu kalau dia tidak tahu.
"Awas sana!" Arsel menyuruh Zahira menyingkir.
Dasar killer!
Umpat Zahira agak kesal melihat sikap Arsel yang arogan.
Zahira pun berdiri. Dia tidak mau membuat keributan.
"Hhh... " Raisya melenguh. Ternyata pijatan Zahira mampu membuat Raisya kembali sadar.
"Ma.. mama sudah sadar?" Tanya Arsel terlihat cemas.
"Dimana ini?" Tanya Raisya masih belum sepenuhnya sadar.
"Masih di apartemen ma. Mama tadi pingsan. Arsel bawa ke kamar tamu biar mama bisa berbaring lebih nyaman.
"Mmm... " Jawab Raisya pelan. Matanya melihat Arsel lalu beralih melihat Zahira.
"Mama.. mau minum?" Tanya Arsel menawarkan Raisya untuk minum. Karena sejak ibunya datang dia belum sempat menyuguhinya.
"Biar saya bawakan teh manis hangat." Tawar Zahira lalu pergi segera dari kamar itu. Selain dia ingin membantu Raisya, dia pun merasa tidak enak hati membuat ibunya Arsel kaget. Apalagi kalau dia tahu alasannya kenapa Arsel menikahinya. Semuanya karena dirinya dan keluarganya. Terutama abinya yang menginginkan dia menikah sebelum operasi.
Coba kalau abi tidak menyuruhku menikah, mungkin ceritanya tidak akan begini. Eh.. ternyata ibunya pak Arsel cantik juga. Tapi kok wajah pak. Arsel blasteran gitu ya? Jangan-jangan ibunya menikah dengan bule.
Zahira bicara sendiri sambil membuatkan teh manis untuk Raisya.
"Ceritakan pada mama dari awal, kenapa kamu menikahi gadis itu? Dan kenapa kamu menikah diam-diam? Padahal kemarin mama bertanya baik-baik sama kamu." Raisya kini duduk di kasur sambil bersandar.
"Maafin Arsel ma. Semuanya tidak sengaja. Ayahnya Zahira sedang sakit parah dan hendak dioperasi. Tapi dia ingin anaknya menikah dulu sebelum dia dioperasi khawatir anaknya tidak ada yang mengurus." Jawab Arsel sambil menunduk.
"Kapan kalian menikah?" Tanya Raisya penasaran Kalau dia tidak bertanya, sulit untuk anaknya untuk bicara terus terang.
"Dua hari yang lalu." Jawab Arsel.
"Lalu kalian sejak kapan kalian saling kenal? Dan dimana kalian bertemu?" Tanya Raisya kembali. Dia mirip detektif yang sedang menginterogasi tersangka.
"Seminggu yang lalu di kampus." Arsel tidak bisa berbohong sedikitpun. Sekarang dia tidak bisa menyembunyikan fakta yang ada. Meski awalnya Arsel tidak ingin serius menikahi Zahira, tapi setelah dia tahu Reymon menyukai Zahira, niatnya berubah. Apalagi sudah ketahuan oleh ibunya.
"Pernikahan apa yang akan kalian jalani sekarang?" Raisya sedang menebak-nebak apa yang sedang Arsel lakukan bersama Zahira. Dia tidak sedetail ini bertanya kalau semuanya baik-baik saja. Tapi masalahnya ini pun menyangkut hubungannya dengan Reymon. Raisya khawatir Zahira selingkuh atau apakah Arsel merebutnya dari Reymon. Pasalnya kedua anaknya ingin menikahi perempuan yang sama.
