NovelToon NovelToon
Hammer Of Judgment

Hammer Of Judgment

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / TKP
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: yersya

Hammer of Judgment yang membalas kejahatan dengan kejahatan. Apakah Hammer of Judgment adalah sosok pembela keadilan? Atau mungkin hanyalah sosok pembunuh?

Nantikan kelanjutannya dan temukan siapa sebenarnya Hammer of Judgment.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yersya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 31

Hari keempat camping, kami tengah asyik memainkan game mencari bendera yang dibuat oleh Nada. Sebelumnya, Nada telah menyuruh seseorang untuk menancapkan bendera di empat titik berbeda: Utara, Selatan, Barat, dan Timur. Peraturan game-nya sangatlah simpel: kami harus pergi ke tempat yang ditentukan melalui undian, mengambil bendera, dan kembali ke tenda secepat mungkin sambil menghindari hewan buas.

Arvin menuju ke arah Barat, Reno ke Utara, Nada ke Selatan, dan aku ke Timur.

Aku berjalan santai dibawah pohon yang rindang, angin sepoi-sepoi menerpa ku dengan lembut, membuat rambutku terbang ke belakang. Sinar matahari yang temaram menyapu wajahku dengan hangat, menciptakan bayangan yang menari-nari di tanah. Suara riuh daun bergoyang dan nyanyian burung di kejauhan menambah kesan damai dalam petualangan mencari bendera ini.

Aku kemudian berhenti sejenak, lalu mendongak ke atas. Ingatan tentang kata-kata dalam mimpi itu kembali menghampiri pikiranku, "Kau pasti bahagia, kan? Kau sekarang punya teman, dan kaupun sekarang jatuh cinta pada seseorang."

“Jatuh cinta, kah?” Gumamku, merenungkan makna di balik kata-kata itu.

Tiba-tiba, ingatanku melayang ke ucapan Arvin saat makan malam dirumahku, kata-kata yang terukir dalam benakku.

“Apakah aku…”

Belum selesai berpikir, suara gemerincing semak-semak mengganggu ketenangan. Aku segera mengambil belati yang diberikan oleh Nada sebelumnya dan siap berjaga. Dengan hati-hati, aku memasang kuda-kuda untuk siaga.

Tak berapa lama, aku sadar bahwa bukan hewan buas yang mendekat, melainkan seorang wanita berpakaian camo. Tingginya sekitar 165 cm, berambut pendek hingga bahu.

Wanita itu tampak tenang meskipun muncul secara tiba-tiba di hadapanku. Matanya yang tajam memancarkan keberanian dan ketegasan. Aku merasa sedikit lega karena bukanlah ancaman yang datang, namun kehadirannya masih menimbulkan kebingungan dalam pikiranku.

“Dia siapa?” Batinku dipenuhi oleh pertanyaan yang tak kunjung mendapat jawaban. Wanita itu kemudian tersenyum lembut, memecah keheningan yang tercipta di antara kami.

“Jangan terlalu waspada! Namaku Ana! Aku juga camping di pulau ini sama sepertimu” ujarnya sambil memperkenalkan dirinya.

“Ah, maaf mengarahkan senjata padamu!” Ujarku sambil menurunkan kewaspadaan dan menyimpan kembali belatiku.

“Namaku Erina!”

“Erina ya? Kamu sangat cantik. Apa kamu sendirian?” Tanyanya sambil berjalan perlahan mendekat ke arahku.

“Te-terima kasih!” Ujarku mendengar pujiannya. “Aku sebenarnya bersama temanku. Tapi, kami berpencar untuk bermain game”

“Game?”

Aku kemudian mengangguk sambil tersenyum. Lalu aku menjelaskan tentang game yang kami mainkan.

“Waaaaahh, sepertinya menarik!” Ujarnya dengan semangat. “Apa aku boleh ikut denganmu?”

“Eh? Tapi…”

Belum habis kalimatku, wanita yang bernama Ana itu tiba-tiba memegang tanganku.

“Boleh ya! Teman-teman kakak juga berpencar untuk menjelajah. Jadi kakak bosan sendirian” ujarnya dengan mata memohon, membuatku tidak tega melihatnya.

Umm… bagaimana ini? Apa aku akan dianggap curang kalau membawanya ya? Tapi, kasihan juga kalau meninggalkannya sendirian.

Aku kemudian menghela nafas, tidak mempunyai pilihan lain selain membawanya bersamaku.

“Baiklah!” Ujarku, memutuskan untuk membawanya bersamaku, meskipun dengan sedikit enggan.

Beberapa menit kemudian, langkah kami terhenti saat mencapai ujung jalan zona aman. Kami mendongak ke bawah, melihat dengan kaget seekor singa sedang lahap memakan seekor rusa di atas rerumputan.

“Sebaiknya kita mencari jalan lain, Kak,” ujarku sambil memutar tubuhku.

Tiba-tiba, Kak Ana mendorong tubuhku dengan tegas.

“Eh?”

“Selamat tinggal, Erina! Jadilah tumbal untuk sosok yang agung!” Ujarnya sambil menyeringai. Tubuhku terjatuh, menyebabkan singa yang tengah makan memperhatikan kehadiranku dengan tatapan tajam yang penuh ancaman.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!