Sederhana saja. Tentang seorang gadis yang bernama Hazel yang sulit melupakan seseorang yang berperan penting dalam lembaran masa lalunya dan Calix si lelaki yang memiliki ribuan cadangan disana-sini.
Karena sebuah insiden yang mana Hazel nyaris dilecehkan oleh beberapa Brandalan, menggiring Hazel, pada jeratan seorang Calix Keiran Ragaswara, laki-laki yang narsisnya mencapai level maksimal, super posesif, super nyebelin, sumber bencana, penghancur terbaik mood Hazel.
"Sekarang, Lo hanya punya dua pilihan. Lo jadi pacar gue. Atau gue jadi pacar elo!" Calix Keiran Ragaswara.
Penasaran? simak ceritanya!
-Start publish 14 juli 2023.
-FOURTH NOVEL
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rsawty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MPB•SEORANG CALIX KHAWATIR?
"Apa yang terjadi dengannya?"
"Gak mungkin dia sendiri nyeburin dirinya ke kolam?"
"Jangan-jangan ada yang mendorongnya?"
"Tergelincir sendiri kali.."
"Latihan berenang, maybe?"
Diarea kolam terdengar gaduh akan segerombolan murid-murid mengelilingi tubuh Hazel yang melintang dipinggir kolam yang baru saja diselamatkan oleh Ronan beberapa menit yang lalu.
Calix, Farel dan Candra yang penasaran pun, membela kerumunan anak-anak ditepi kolam, setelah melihat siapa yang kini terbaring disana, jantung Calix seolah berhenti bekerja. Kedua netranya hampir saja melompat dari sarangnya.
Tak peduli akan celananya kotor, lututnya menyentuh lantai, Calix berlutut disamping Hazel. "Apa yang terjadi dengan cewek gua?!"
Ronan tak kalah panik, dia menekan-nekan dada Hazel. "Tadi dia tenggelam dalam kolam saat gue ninggalin dia bentar kekantin. Gue gak tahu, kalo ini bakal terjadi--"
"Minggir lo bangsat!" Calix mendorong dada Ronan murka hingga terjungkal kesamping yang ada di seberangnya, dia mengambil alih menangani Hazel, menggantikan Ronan memompa berkali-kali dadanya.
"Zel! Hazel!" Calix menepuk-nepuk pipinya, tak kunjung membawa kesadaran Hazel kembali kepermukaan, Calix pun jadi kalut sendiri, dia kembali menekan-nekan dadanya cukup kencang.
"Shiit! Nih cewek memang bisa bikin orang kehilangan kewarasan!"
Bugh!
Kepalan tangannya menghantam lantai yang ada disamping kanan kepala Hazel, dadanya naik turun. Dia tak tahu harus melakukan apa sekarang. Dia panas dingin, belum lagi dengan pikirannya yang tiba-tiba berkecamuk.
"Lo kenapa diam Calix?! Kontrol diri lo! Lo mau membuat Hazel kenapa-napa?!" Seru Candra tak habis pikir. Untunglah, Calix langsung cepat tanggap. Dia kembali mencoba, mengulangi kegiatan awalnya tadi.
Masih belum. Tak ada tanda-tanda respon sedikitpun dari tubuhnya maupun suaranya, terlanjur panik dalam situasi darurat ini, dia pun memberikan napas buatan untuk Hazel.
"Uhhhuk! Uhhuk!" Terdengar batuk kan seusainya dari Hazel, dari mulutnya mengeluarkan air.
Kelopak mata Hazel terlihat sedikit terbuka, pandangannya mengabur sebelum akhirnya menjadi agak jernih, hal yang pertama kali menyambutnya adalah, raut khawatir, panik, dikombinasi marah yang tercampur aduk, tergambar pada wajah Calix.
"C-calix..?" Matanya sayu. Bahkan hanya untuk memperhatikan disekelilingnya saja, dia tak berdaya.
"Zel! Bertahan bentar, gue akan bawa lo ke UKS!" Calix mengangkat tubuh mungil Hazel, menggendongnya ala bridal style dengan tergesa-gesa membawanya pergi dari sana menuju UKS.
Ditengah perjalanan, pandangan Hazel kembali gelap. Lengannya yang mengalun dileher Calix kembali luruh saat dia pingsan lagi, seluruh pasang mata yang ada di koridor menuju pada mereka berdua.
...*****...
Gelisah bukan main, Calix bolak-balik tak menentu disamping brangkar. Sejak tadi, Hazel belum ada hilal akan siuman. Selain dia, didalam ruangan kesehatan ini, ada Candra, Farel. Apalagi Kyra, dia tak akan absen jika menyangkut sahabatnya.
Pada awalnya Kyra tak tahu apa-apa mengenai kondisi Hazel, dia baru tahu ketika tak sengaja berpapasan dengan Calix di lorong kelas sedang membopong Hazel menuju UKS.
"Duduk dulu, Calix.. lo kayak setrika kurang mondar-mandir terus, kami yang pusing liat kelakuan lo." Candra memijat pangkal hidungnya, dia bukan frustasi perihal Hazel. Melainkan frustasi dengan Calix. Disisinya ada Farel bersama dengan Kyra.
Calix duduk disamping ranjang, dia meraup wajahnya frustasi luar dalam. "DAMN! Nih cewek kok belum sadar-sadar juga?! Apa gue bawa ke rumah sakit aja?!"
"Tenang Calix. Gue yakin, bentar lagi Hazel bakal sadar. Lo gak boleh seenaknya bawa Hazel ke rumah sakit kalo gak ada izin dari Guru."
"Sampe kapan?! Dari tadi kalian bilang, bentar lagi bentar lagi terus! Sudah lima belas menit lewat tujuh detik berlalu, tapi nih cewek belum kunjung siuman!"
"Katanya gak suka, tapi pas lagi kaya gini, dia juga yang paling kelihatan cemas, ck. Gengsi aja yang digedein." Gumam Farel berdecih.
Mendadak atensi mereka teralihkan dengan lonceng bel yang menggema dipenjuru sekolah, menandakan kalau waktu istirahat sudah usai. "Bel udah bunyi. Kayaknya kami bakal undur diri deh. Biar Calix yang punya kedudukan tinggi itu mengurus doinya."
"Kali ini bisa bahaya kalo gak masuk, pelajaran kali ini Gurunya killer uy! Bisa-bisa digorok kepala kalo gak masuk."
Bagi Calix itu tidak ngaruh, berkat otoritas Papinya, seluruh Guru-guru disini tunduk takut jika seumpama mereka dilengserkan dari posisi jabatan mereka jika Beliau turun tangan.
Farel berpaling pada Kyra. "Lo? Mau tetap disini menemani teman lo, atau balik ke kelas? Setahu gue lo salah satu murid teladan disekolah ini, gak mungkin mau bolos pelajaran."
Kyra melirik Calix ragu-ragu. Dia takut meninggalkan temannya bersama dengan orang seperti Calix. "Teman lo itu--bisa dipercaya jagain Hazel, kan?"
Nyaris saja Candra dan Farel menyemburkan gelak tawa. "Lo pikir Calix, apaan?! Luarnya aja yang nyeremin kayak monster, tapi hatinya hello kitty."
"Bukan perkara hatinya atau apa, nanti dia bakal apa-apain Hazel saat lagi gak sadarkan diri."
Merasa dijadikan bahan pembahasan internal, yang bersangkutan pun menimpali. "Gue denger omongan lo setaan! Gue emang cowok brengsek, tapi gue gak pernah memanfaatkan keadaan cewek yang lagi kehilangan kesadaran. Pecundang namanya."
Farel menarik lengan Kyra yang kelamaan dalam mempertimbangkan, "Lo tenang saja, Calix gak akan berbuat aneh-aneh, kami paling kenal dia orangnya gimana. Dia, gak sejahat yang lo kira."
"Yah--walaupun agak meng-meng." Tambah Farel berbisik di telinga Kyra agar tidak kedengaran sama orangnya, bisikannya mengundang kekehan dari Kyra. Mereka bertiga pun melangkah keluar dari sana, menyisakan Calix beserta Hazel.
...*****...
Dengan berapi-api, Calix menarik kerah seragam salah satu perawat Wanita yang bekerja di ruang kesehatan sekolah. Menghunuskan leser yang seakan ingin membunuhnya sekarang juga.
Dia sudah bersabar sejak tadi, ini sudah menit kedua puluh. Namun, Hazel belum kunjung siuman. "Cewek gua kenapa belum sadar juga sampe sekarang, anjiing!"
"Bentar, Dek.. jangan terbawa emosi, saya juga hanya manusia biasa bukan Tuhan, saya tidak tahu kapan pastinya akan siuman. Kalau cewekmu belum sadar berarti masih belum waktunya, tunggu sebentar lagi, Dek."
"Bacot!!" Hardiknya mendorong perawat tersebut, hampir saja jatuh, kalau dia tidak segera menumpu tangannya disalah satu brangkar untuk menunjang bobot tubuhnya.
"C-calix..?" Mendengar namanya disebut lirih, Calix pun menoleh, menemukan Hazel yang rupanya sudah sadar.
Dia kembali ke posisi awal sambil berdehem pelan menguasai diri mengabaikan perawat yang kini geleng-geleng tak habis pikir kala melangkah meninggalkan mereka berdua. "Dek..Dek.. cinta gak selamanya indah Dek.."
Sepeninggalan perawat tersebut, Calix langsung gondok. "Kenapa gak sekalian metong aja lo?!"
"Jahat bener omongan lo. Ucapan itu do'a, awas aja kalo gue mati beneran, gue akan menghantui lo yang udah do'ain gue mati."
Calix ngeri sendiri membayangkannya. Dia kemudian menahan pundak Hazel yang hendak bangun dari posisinya. "Jangan bangun dulu. Lo baring aja, istirahat dulu disini."
Hazel menulikan indera pendengarannya dan tetap kekeuh beranjak dari ranjang meskipun Calix sudah memintanya untuk tetap istirahat, Calix yang melihatnya berdecak pelan, "Ck, udah dibilang baring aja. Lo mau kemana sih?"
"Mau ke kolam ulang, ceburin diri disana biar mati seperti keinginan lo. Kali ini gue harap lo gak sok berlagak jadi pahlawan kesiangan, jangan tolong gue lagi!"
"Gue bercanda. Jangan kemana-mana."
"Iya gue tahu lo bercanda. Makanya gue juga balesnya bercanda." Hazel menyungut dengan wajah lesu meratapi nasib buruknya untuk hari, tangannya terlipat didepan dada. Dia tak tahu entah sekarang ini sudah jam berapa, sepertinya ia pingsan cukup lama. "Bel udah bunyi?"
"Udah."
"Gue harus ke kelas kalo gitu."
Sekali lagi dia mencegah Hazel yang bersikukuh ingin turun dari ranjang. Kali ini niatnya sudah berbeda, bukan lagi ke kolam melainkan ke kelas. "Baju lo masih basah. Ntar gue ambilkan baju baru buat lo."
Berhasil mencegat Hazel disana, dia lantas membuka baju seragamnya untuk menyelimuti bagian tubuh Hazel yang kini sudah bangun.
"Kali ini jangan batu, bisa? lo baru saja selamat dari ambang maut. Masih untung disekitar sana ada orang, coba aja enggak? Lo kira lo masih bisa liat dunia seperti sekarang?"
'Itu lebih bagus malah..' Imbuh Hazel membatin.
"Baru tahu gue ada cewek sebego lo. Bisa-bisanya cemplungin diri sendiri ke kolam. Kalo mau cari mati, gue rekomendasi tempat bagus untuk lo. Dari atas gedung hotel milik keluarga gue, terjun dari sana. Seratus persen lo langsung pindah alam."
Tercipta sebuah kerutan bingung pada dahinya, dia yang menceburkan diri sendiri ke kolam?! Apakah dia telah kehilangan akal sehat?! Yang benar saja!
"Gue? Nyemplungin diri ke kolam? Ngaco lo! Segoblok-gobloknya gue, gak mungkin gue bunuh diri ditempat dangkal kayak gitu. Seandainya gue tahu berenang juga, gak mungkin terjadi tragedi kaya tadi."
"Yah, terus?! Lo mau bilang ada yang sengaja dorong lo kedalam kolam?! Coba pikir pake logika, emang lo punya musuh yang ada niatan mau celakain lo?! Enggak kan?! Atau jangan-jangan lo tergelincir dan kejadian tadi hanya kecelakaan?"
Hazel terdiam beberapa saat sebelum kembali mengangkat suara dengan monolognya yang masih dapat didengar oleh Calix. "Tapi, jelas-jelas gue ngerasa ada yang dorong gue dari belakang."
Brakk!
Calix memukul pinggiran brangkar geram. Jiwa detektifnya seketika meronta-ronta, ingin menguak siapa dalang dibalik kronologi yang dialami Hazel. "Katakan! Siapa yang dorong lo?! Bakal gue kasih perhitungan kepada orang yang udah berani mencelakai mainan gue! kayaknya orang itu ingin pulang tinggal nama."
"Gue gak lihat jelas karena indera penglihatan gue buram ditutupi air. Yang intinya, ada seorang cewek yang gue tangkap sebelum tenggelam. Itu saja yang gue tahu. Selebihnya, gue gak ingat apa-apa lagi."
"Ciri-cirinya kayak gimana?!"
"Gak tahu juga. Lupa gue, gak sempat lihat lebih cermat."
"Ck, mana bisa dapet titik terang kalo info lo gak jelas kaya gitu?! Cewek disekolah ini bukan cuma satu."
"Yah, mau gimana lagi?" Hazel sebenarnya tahu siapa orangnya, tapi dia memutuskan merahasiakan saja dari pada nanti semakin memperumit keadaan. Cukup pura-pura tak tahu dan pantau saja diam-diam, setelah insiden ini, dia akan lebih berhati-hati.
Setelah sepatah kata dari Hazel, mereka berdua sama-sama bungkam, sibuk bergelut dengan pikiran masing-masing. Suasana menjadi hening beberapa waktu sampai akhirnya Calix yang kembali mengeluarkan suara sambil mengacak rambutnya.
"Udahlah. Mau dipikir sejauh mana pun, gak bakal dapet jawabannya. Mending gue ke koperasi beli baju baru buat lo. Tunggu gue disini."
Memberikan anggukan sebagai tanggapan, Hazel mengikuti pergerakan Calix, dimulai akan beranjak dari tempat hingga figurnya menghilang dibalik pintu.
*****
Episode sebelumnya saya revisi ulang. Bagi yang bacanya terlalu awal atau sebelum versi revisi, disarankan untuk baca lagi part sebelumnya agar memahami alurnya lebih jelas😉
...SPOILER NEXT CHAPTER!...
Pandangannya berangsur-angsur terangkat pelan-pelan menuju wajah. Stuck disudut bibirnya yang mana ada sebuah tahi lalat yang menjadi poin utama dalam keunikan pesonanya. Napasnya mulai tercekat, lidahnya mendadak keluh, benaknya seketika dibuat kosong.
Suhu tubuhnya berubah menjadi dingin. Sekelebat kenangan-kenangan pahit dimasa silam, terlintas di kepalanya bagaikan kaset rusak. Rasa takut dan paniknya tidak bisa dia sembunyikan, semua terungkap dibalik iris matanya.
Dia, sosok yang menjadi sumber luka yang sesungguhnya. Sosok yang paling dia benci lebih dari siapapun. Seseorang yang paling dia rindukan selama ini. Siapa sangka bisa muncul didepan matanya dengan tiba-tiba seperti ini?
Dia tidak mimpi ini nyata. Ini benar-benar nyata. Lelaki berparas tampan ini bukan Ronan, melainkan--"K-kak Atur..?"
Masa lalu tiba-tiba come back?! Penasaran gak nih?!😳
jadi bisa jedotin itu kepala calix yang konslet nya udah kelewatan
sama sikap dia yang overprotektif itu
mantep kak
semangat!!
kok ciwi ciwi pengen banget jadi pacarnya calix
iya ga zel? wkwk