Ipar Perusak Rumah Tangga

Pukul setengah lima sore, Mama Ruby berpamitan untuk pulang pada Gilang dan Melvina. Naomi yang berada di dekat Mama Ruby seolah tak terlihat keberadaannya sehingga Mama Ruby tidak berniat sedikit pun untuk berpamitan kepadanya. Naomi berusaha untuk bersikap tak peduli. Toh ia sudah mulai terbiasa dengan sikap mertuanya yang seperti itu.

“Gilang, Mama titip Melvina sama kamu. Tolong jagain dia. Jangan buat hatinya bersedih juga.” Sembari menitipkan pesan pada Gilang, Mama Ruby melirik ke arah Naomi. Seolah menyiratkan kalau Naomilah penyebab Melvina bersedih.

Gilang mengiyakannya tanpa merasa curiga sedikit pun kalau perkataan mamanya tadi tertuju untuk istrinya. Tak lama setelah kepergian Mama Ruby, Gilang dan Naomi kembali duduk di ruangan tengah rumah. Melvina pun mengikuti pergerakan mereka.

“Kak Gilang, nanti malam mau gak temanin aku jalan-jalan di luar?” Pinta Melvina dengan tatapan penuh harap.

“Kamu serius mau jalan-jalan keluar?” Gilang sedikit kaget. Pasalnya, dia ingat kalau Melvina masih menyimpan rasa trauma atas kejadian yang menimpanya saat itu.

Pelan, Melvina mengangguk mengiyakannya. “Kalau perginya sama Kakak, aku lebih merasa aman. Karena kakak pasti gak akan biarin aku kenapa-napa.”

Gilang tak langsung menjawab. Dia menoleh pada Naomi lebih dulu. “Sayang, nanti malam kita ajak Melvina jalan-jalan, ya!”

“Baiklah.” Balas Naomi singkat sembari memaksa diri agar tersenyum pada Gilang.

Wajah Melvina terlihat cemberut. Meski Gilang tak dapat melihatnya, tapi Naomi dapat melihatnya dengan jelas.

“Ngapain sih dia diajak segala. Bikin males tahu gak!” Rutuk Melvina dalam hati.

Karena sudah memiliki rute ingin pergi nanti malam, Gilang meminta Melvina untuk beristirahat di dalam kamar. Supaya Melvina tidak kelelahan karena seharian itu Melvina banyak sekali melakukan kegiatan di dalam rumahnya.

“Sayang, aku mau nyamperin Melvina ke kamarnya dulu, ya.” Tiba-tiba saja Naomi ingin menemui Melvina.

Gilang sebenarnya penasaran alasan Naomi ingin menemui Melvina. Namun, dia memilih mengangguk saja tanpa banyak tanya. Gilang tidak ingin membuat Naomi jadi risih dengan pertanyaannya nantinya.

Setelah mendapatkan persetujuan dari Gilang, Naomi segera beranjak menuju kamar Melvina yang berada di lantai bawah. Untung saja Gilang menempatkan wanita itu di kamar tamu lantai bawah sehingga pergerakan mereka di lantai atas tidak terlalu terjangkau oleh Melvina.

“Permisi…” kedatangan Naomi sontak membuat Melvina yang sedang menggeram kesal terlonjat kaget.

“Kak Naomi. Kok asal masuk aja sih. Gak pake ketuk pintu dulu. Gak sopan banget tahu gak!” Sembur Melvina.

Naomi tak menjawab. Dia justru menatap intens wajah Melvina. “Kamu ini beneran lagi sakit? Kok dari yang aku lihat sikapmu baik-baik aja. Gak ada rasa trauma sedikit pun.” Sindir Naomi kemudian.

Wajah Melvina berubah tegang. Kemudian dia memasang wajah lesu menatap Naomi. “Apa maksud kamu berkata seperti itu? Memangnya kamu bisa merasakan apa yang aku rasakan sekarang apa?!”

“Aku memang gak bisa merasakannya. Tapi aku bisa membaca kondisi tubuh kamu meski hanya dengan melihat ekspresi wajah kamu, Melvina.” Tekan Naomi. Tak ada rasa takut sedikit pun yang Naomi rasakan saat menatap wajah Melvina. Naomi begitu yakin kalau Melvina hanya sedang berpura-pura.

“Jangan sok tahu kamu. Meski kamu seorang dokter, tapi tak semua diagnosa kamu bisa dibenarkan!”

Naomi tak menjawab. Dia justru berjalan mendekati Melvina. “Kenapa kamu kelihatan takut begini sampai meragukan keahlianku. Apa sekarang kamu sudah mulai khawatir kalau kebohongan kamu bakalan terbongkar, hem?”

***

Jika teman-teman suka dengan cerita Naomi dan Gilang, tinggalkan komentar dan klik tombol suka sebelum meninggalkan halaman ini. Satu lagi, jangan lupa kasih rate bintang 5 ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️ seperti biasanya.

Untuk seputar info karya, teman-teman bisa follos akun instaggram @shy1210 yaaa

Terima kasih🌺