Dinikahi Om Kekasihku

Kaivan dan Archie sampai di Yogyakarta pukul 10 pagi tadi. Keduanya langsung pergi ke hotel yang akan menjadi tempat singgah mereka selama beberapa hari kedepan.

Hotel tempat mereka menginap merupakan hotel yang sama untuk pertemuan para pengusaha besok malam. Hari ini jadwal Kaivan kosong sehingga mereka akan istirahat dan mungkin jalan-jalan di sekitar.

"Kita istirahat dulu, nanti sore kita jalan-jalan disekitar sini ya." Ucap Kaivan pada istrinya yang baru saja selesai mengganti pakaian.

"Iya, Om. Oh iya, mau pesan makanan?" Tawar Archiena sembari meletakkan handuk yang ia gunakan di sofa.

"Saya sudah memesannya, mungkin sebentar lagi sampai." Jawab Kaivan memberitahu.

"Sambil menunggu makanan, jika kamu tidak sibuk maka tolong telepon mama, dia merindukan putrinya." Ucap Kaivan lagi.

Ketika Archie mandi tadi, mertuanya memang ada menghubungi Kaivan. Dalam telepon, mama Gita mengatakan bahwa ia merindukan Archie yang beberapa hari ini tidak menghubunginya.

"Kamu sedang marah sama mama kamu sampai nggak hubungi dia beberapa hari ini?" Tanya Kaivan ketika melihat istrinya diam saja.

Archie menggelengkan kepalanya. "Nggak, Om. Bukan itu, tapi …." Archie menggantung ucapannya.

"Tapi apa?" Tanya Kaivan, namun Archie tak lekas menjawabnya.

Kaivan menghela nafas. "Saya tidak tahu alasannya apa, dan mungkin kamu keberatan untuk memberitahu saya. Yang pasti, seharusnya kamu tidak begitu. Kasihan mama sampai rindu kamu." Kaivan kembali bicara dan menasehati istrinya.

Archie menundukkan kepalanya, ia bergumam pelan. Archie sadar jika dia tak seharusnya melakukan ini, tapi dia sedikit malas mendengar pertanyaan dari sang mama.

"Mama bilang mau cucu." Ucap Archiena pelan.

Kaivan yang hendak melangkah ke kamar mandi langsung berhenti, ia membalik badan dan menatap Archie yang menundukkan kepalanya.

Kaivan terdiam, namun sesaat kemudian dia mendekati Archie dan memegang kedua bahu gadis itu. Archie pun mengangkat wajahnya.

"Maaf, Om. Aku malas mendengar pertanyaan mama, makanya aku jarang mengangkat panggilannya." Ucap Archie lagi pelan.

Kaivan mengusap wajah cantik Archie, lalu menarik gadis itu ke dalam pelukannya.

Archie cukup terkejut, namun ia tidak menolak pelukan suaminya. Archie bahkan membalasnya dengan erat.

"Mama nggak salah, Archie. Dia tahu kamu sudah menikah, dan wajar saja jika dia minta cucu." Ucap Kaivan dengan penuh kelembutan.

"Tapi mama kan tahu aku menikah dengan siapa, aku menikah bukan dengan orang yang mencintaiku." Sahut Archie dalam pelukan sang suami.

Kaivan terhenyak, ia melepaskan pelukannya lalu memegang kembali kedua bahu istrinya.

"Kamu bilang ada harapan di pernikahan ini, kamu mau pernikahan kita bertahan sampai selamanya. Apa anak tidak termasuk dalam harapan kamu, Archie?" Tanya Kaivan.

Pria itu menyinggung tentang ucapan Archie semalam yang mengatakan bahwa dia berharap jika pernikahan mereka bertahan selamanya walau diawali tanpa adanya cinta.

"Tentu saja termasuk, Om. Tapi anak itu adalah buah cinta kedua orang tuanya, jika kita tidak saling mencintai bagaimana bisa–" ucapan Archie terhenti ketika Kaivan semakin mengeratkan pegangan di bahu gadis itu.

"Tidak saling mencintai, kamu kan yang masih belajar untuk mencintai saya?" Tanya Kaivan dengan suara yang berat.

"Iya, aku mengatakan bahwa aku akan belajar untuk mencintai om. Tapi tidak dengan om sepertinya." Jawab Archie, gadis itu balik menyinggung tentang kejadian semalam.

Kaivan mendesis, matanya terpejam mendengar ucapan sang istri. Dalam hati Kaivan ingin sekali berteriak dan mengatakan tentang perasaannya, tapi entah mengapa ia ragu sekali.

"Archie, saya–" baru saja Kaivan ingin bicara, tiba-tiba terdengar bel kamar.

Sudah dapat dipastikan jika itu adalah pelayan hotel yang datang membawa pesanan Kaivan untuk makan bersama Archie.

"Itu pasti makanan yang saya pesan, kamu makan saja duluan. Saya mau mandi dulu." Tutur Kaivan lalu melangkah masuk ke dalam kamar mandi.

Archie lagi-lagi hanya bisa menarik nafasnya dalam-dalam lalu membuangnya perlahan.

Gadis itu membuka pintu kamar dan ternyata memang benar jika pelayan hotel datang membawa makanan pesanan Kaivan.

Archie tidak langsung makan, mana mungkin ia akan makan duluan. Archie pasti akan selalu menunggu Kaivan, apapun itu termasuk ketika pria itu mengatakan mau berusaha untuk mencintainya.

Sementara itu di dalam kamar mandi. Kaivan tampak memasrahkan bobot tubuhnya dengan kedua tangan yang menopang di tembok kaca kamar mandi.

Matanya terpejam, menikmati kucuran air dingin dari shower yang membasahi seluruh tubuhnya.

Dengan mata yang terpejam itu, Kaivan tak henti merutuki kebodohannya. Perkataan temannya pun kembali berputar dalam ingatannya.

"Jika Archie sampai tahu dari orang lain, maka dia pasti kecewa. Parahnya lagi, dia akan pergi meninggalkanmu."

Ucapan Aldavi yang sangat mengganggu pikiran Kaivan. Bukan hanya tentang kondisinya, tetapi Kaivan ingin sekali mengatakan perasaanya pada istrinya itu.

"Sudah kesekian kalinya kau melihat kekecewaan di mata Archie, berhenti melakukan itu, Kai." Gumam Kaivan lalu mengusap wajahnya dan membuka matanya.

Kaivan menyugar rambutnya yang basah, lalu mematikan shower sehingga air pun berhenti mengalir membasahi seluruh tubuhnya.

Kaivan mengeringkan tubuhnya dan lekas memakai pakaiannya, namun pria itu tak langsung keluar. Kaivan terdiam sebentar di depan kaca besar.

"Ayo katakan padanya, Kai. Katakan betapa kau mencintai gadis itu." Ucap Kaivan seorang diri.

"Archie berhak tahu bahwa dia sangat dicintai olehmu, kau sangat mencintainya." Ucap Kaivan lagi.

Tanpa banyak berpikir, Kaivan pun keluar dari kamar mandi dan menemukan istrinya yang berdiri di balkon kamar hotel.

"Archiena Kinan Xeviola." Panggil Kaivan dengan nama lengkap istrinya.

Mendengar namanya dipanggil, lantas Archie pun menoleh. Ia tersenyum melihat suaminya yang sudah selesai mandi.

"Om sudah selesai, ada apa?" Tanya Archie lembut.

Kaivan mendekat, ia memegang kedua tangan gadis itu lalu menatap dalam matanya.

"Ada yang ingin saya katakan, Archie." Jawab Kaivan dengan pelan.

ADA YANG DIGANTUNG TAPI BUKAN CUCIAN 😅

Bersambung....................................