Wina perempuan muda yang sengaja berpura-pura tidak tahu akan rencana suami dan keluarganya yang ingin menguasai harta warisan keluarganya,
Dia membalas mereka dengan Elegant dan perlahan agar suami dan keluarganya bisa merasakan penderitaan yang dia alamat selama menjadi istri dan menantu di keluarga suaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 9
Wina memegang dadanya karena terkejut, dia menatap anaknya dengan senyuman terkejut.
"Bunda kenapa sih, kok kaget kayak lihat hantu kayak gitu??". Wira menatap ibunya dengan bingung.
" Maaf yah nak, bund stadion melamun makanya terkejut waktu kamu bersuara, bunda tidak apa-apa kok". Wina mengelus kepala sang anak dnegan sayang.
"Aku kira Bunda kenapa". Ucapnya dengan pelan sedikit khawatir.
"Tidak apa-apa nak, kita pulang yuk sekalian makan siang, oh iya mulai besok kita akan tinggal terpisah dari ayah, kamu tidak apa-apa?? ". Tanya Wina dengan hati-hati, takut anaknya terluka.
"Tidak apa-apa bunda, toh aku sudah biasa tanpa ayah, sejak dulu kan ayah tidak pernah peduli padaku". Wira membuang mukanya kesamping tidak mau bundanya melihatnya bersedih.
Wajah Wina langsung berubah sendu, dia tidak tahu anaknya ini merasakan hal yang tidak baik dari sang ayah sampai merasa tak membutuhkan ayahnya lagi.
"Ya sudah, kamu tidak apa-apa kan kalau kita pindah hari ini, bunda akan pulang kerumah untuk merapikan semua barang kita, bunda akan menjual rumah kita dan yang lainnya, kamu tidak keberatan kan??
"Tidak apa-apa bunda, cukup sama bunda saja, itu sudah lebih dari cukup untuk aku, untuk apa aku mengharap kan orang yang tidak pernah mau menyayangiku apalagi nenek selalu memarahi aku".
Kata-kata sang anak bagai pisau yang menancap pada dadanya dan terasa sangat sakit, dia tidak menyangka bukan hanya dirinya yang merasakannya tapi putra semata wayangnya juga merasakannya.
"Aku semakin mantap melepaskan kamu mas, kamu tidak pantas jadi suamiku, bersiap saja kamu akan kehilangan semuanya setelah ini". Ucapnya dengan penuh emosi.
"Ya udah kita pulang yah".
Wira hanya mengangguk mengiyakan perkataan sang bunda, baginya saat ini bundanya segalanya.
Sesampainya dirumah, Wina memanggil semua pembantunya bahkan menambah orang dan menyuruhnya membantunya membereskan barang, dia sudah menyewa 3 mobil truk besar untuk mengangkut semua barangnya karena rumahnya yang baru masih kosong dan tak ada isinya sama sekali.
Setelah beberapa jam berbenah, akhirnya sudah selesai, suaminya akan pulang kerja sejam lagi, kini rumah mereka kosong tanpa jejak apapun. Dia bahkan menyuruh orang mengganti kunci pintu rumah agar suaminya tidak masuk dan mengira dia sedang pergi karena kunci cadangan yang di miliki suaminya itu sudah tidak ada.
Dia bahkan mendapatkan sertifikat tanah atas beberapa kos dan kontrakan yang dimiliki suaminya dengan jumlah kamar yang lumayan banyak, dan dia akan menjualnya setelah ini.
Dia sudah menghubungi orang untuk membelinya, begitu juga dengan rumah mertuanya.
"Lihat saja, kejutan bertubi-tubi yang akan kalian dapatkan, aku tidak akan tinggal diam setelah ini". Sinisnya dalam hati.
Setelah dalam perjalanan, dengan kebingungan para pembantu dan juga security itu akhirnya bertanya.
"Nyonya kita mau kemana sebenarnya?? ". Tanya mereka tidak mengerti.
"Kita akan pindah kerumah baru, kalian semua akan ikut dengan ku, kalian tidak keberatan kan?? ". Tanya Wina dengan pelan
Mereka semua saling melemparkan pandangan dengan bingung tapi dengan akhirnya mereka kompak mengangguk.
Wina tersenyum melihat orang yang memang telah menjaga nya sejak dia masih kecil beberapa dari mereka memang anak dari pembantu keluarganya terdahulu.
"Tapi bagaimana dengan tuan , apa nyonya sudah memberitahu tuan?? ". Tanya sang Bibi dengan Hati-hati takut majikan nya tersinggung.
"Tidak perlu bi, kami tidak akan ada urusan lagi setelah ini begitu juga dengan keluarganya, jadi nanti jangan ada katakan kita tinggal dimana, kalian paham semuanya?? ".
"Paham nyonya". Kompak mereka semua walau masih bingung.
Sedangkan dirumah keluarga Reno terjadi keributan besar, orang-orang berbadan besar datang kerumah ibunya atau lebih tepatnya rumah Wina yang telah ditempati oleh Ibu dan juga adik Reno.
"Itu tidak mungkin, ini rumah saya, bagaimana bisa kalian mengusir kami". Jerit ibu Reno dengan penuh emosi.
"Maaf tapi kami sudah membeli langsung dari pemilik aslinya, kami tahu kalau kalian hanya menumpang disini, jadi kalian harus pergi dari sini sekarang juga, begitu juga dengan kedua mobil itu dan motor sport yang ada di bagasi rumah".
"Itu tidak mungkin, ini rumah kami, kami tidak akan pergi dari sini". Jerit ibu Reno dengan histeris.
Rena segera menghubungi sang kakak untuk menyuruhnya segera datang agar mereka tidak bisa berbuat seenaknya.
"Tunggu saja abang saya akan datang, dia akan marah karena kalian bertindak seenaknya dirumah kami". Sungut Rena dengan kesal
"Maaf jika anda menghubungi suami nyonya Wina yang mokondo dan tidak tahu diri itu, itu tidak akan merubah apapun, karena apa yang kalian punya adalah miliknya bahkan surat-suratnya atas nama Bu Wina semuanya". Sinis mereka dengan tatapan mengejek.
Rena dan sang ibu saling melemparkan pandangan, bagaimana bisa Wina melakukan ini pada mereka. Padahal selama ini Wina begitu baik padanya dan juga menyayangi dia seperti ibu kandungnya sendiri.
"Sialan perempuan sialan itu, beraninya dia main-main dengan ku, aku akan buat perhitungan pada mereka". Monolognya dalam hati.
"Bu, aku tidak mau pindah dari sini, aku sudah nyaman dirumah ini, bagaimana ini bu?? ". Rengek Rena menggoyangkan tangan ibunya.
"Ibu tidak tahu Rena, ayo kita bergegas, kita akan mengemasi barang kita".
"Baik saya berikan waktu sampai esok sore hari untuk mengosongkan tempat ini dan jangan bawah barang-barang selain dikamar pribadi kalian, jika tidak jangan salahkan saya, dan juga orang-orang say yang mengambil paksa barang kalian, kalian mengerti?? ".
Para orang-orang itu pergi meninggalkan Rena dan ibunya yang terdiam kaku, dia yang membeli perabotan ini kenapa Wina menjualnya dengan semua barangnya.
"Sialan Wina, aku akan membalas perbuatan dia padaku, aku tidak akan tinggal diam, berani sekali, aku akan melawan apapun yang terjadi". cicit ibu Reno pelan.
Reno yang mendapat kan berita dari adiknya langsung bergegas pulang kerumah sang ibu, sepanjang perjalanan dia tidak berhenti mengumpat Wina dengan makian karena dia sangat marah dan kesal.
Dia seakan lupa jika semua yang dia miliki itu adalah milik istrinya karena dia tidak pernah memberikan nafkah
"Lihat saja, akan ku buat kamu menderita jika berani melakukan ini pada ibuku". Reno memukulku stir mobilnya dengannya sangat keras.
Sesampainya dirumah snag ibu, dia mengepalkan tangannya kuat-kuat dan giginya berbunyi nyaring melihat ibu dan adiknya menangis.
Reno mengepalkan tangannya, dia harus mencari kontrakan yang luas karena dia tidak mungkin membiarkan ibu dan adiknya hidup kelaparan apalagi tak punya tempat tinggal.
"Aku akan cari kontrakan baru untuk kalian, kalian tenang saja dulu disini, sapa tau aku mendapatkan rumah kontrakan yang pas untuk sementara karena aku sedang menabung".
"Baiklah nak, bagaimana kerjaan kantormu??
Alur ceritanya bagus dan konfliknya tidak begitu terlalu rumit...
pemilihan kosakata sangat baik dan mudah untuk dipahami...
terimakasih buat kk othor,
semoga sukses ❤️