AMORA-GADIS SUCI YANG TERPILIH

Amora sedikit sedikit bingung melihat kesepuluh pengawal yang masih bertahan dalam perjalanan ini, pada akhirnya harus kembali ke wilayah kerajaan Kaleis setelah mendapatkan bayaran mereka.

“Kenapa mereka tak ikut sampai ke kerajaan Orpagus?”, tanya Amora penasaran.

“Hubungan antara Kerajaan Nerous dan Orpagus sangat baik, jadi aku akan aman disini. Lagipula, dengan pengaturan yang kamu miliki, satu setengah hari lagi, kita bisa sampai ke kerajaanku ”, ucap Putra Mahkota Vederict.

Amora yang tak mengetahui jika luas kerajaan Nerous tak ada sepertiga dari kerajaan Kaleis, hanya bisa mengangguk setuju dengan keputusan yang Putra Mahkota Vederict buat.

“Baiklah. Kita akan berangkat sekarang untuk menghemat waktu”, ujar Amora memutuskan.

Setelah menyelesaikan pembayaran, dalam perjalanan menuju kereta kudanya, ada seorang lelaki berbadan kekar memakai baju zirah datang dan langsung memberi hormat kepada Putra Mahkota Vederict.

“Bangunlah. Kita kembali kekerajaan sekarang”, ujar Putra Mahkota Vederict sambil menepuk pundak lelaki tersebut dua kali.

Ketika Putra Mahkota Vederict berjalan melewati Amora, pria itu menoleh, “Dia Jenderal Elder, salah satu orang kepercayaan yang sengaja menungguku disini”, ujarnya langsung berbalik dan segera naik keatas kereta kuda tanpa menunggu respon dari Amora yang hanya mengangguk paham.

Amora dan kereta kuda yang membawa Putra Mahkota Vederict serta prajurit yang mengikutinya dibelakang, melaju dengan kencang dijalanan pagi yang masih sepi.

Sepanjang jalan, Amora cukup kagum akan ketertiban dan keamanan yang terjaga di kerajaan yang hanya memiliki luas lima kali kota Erythra tersebut.

Amora cukup menikmati perjalanan kali ini, karena sepanjang jalan, matanya dimanjakan oleh pemandangan hijau nan asri.

Udara disekitar pun lebih bersih dan segar karena masih banyaknya lahan hijau serta sungai kecil yang mengalir disepanjang area, membuat panas terik sang surya tak begitu mengganggu dan membuat semua orang merasa nyaman selama dalam perjalanan.

Namun, lagi-lagi ketenangan yang mulai Amora rasakan itu tak bertahan lama ketika tiba-tiba gadis itu merasakan aura kegelapan yang cukup kuat dari dalam sungai yang ada didepannya.

“Berhenti!”, ujar Amora sambil mengangkat satu tangannya.

Semua orang yang ada dibelakangnya berhenti dengan wajah bingung. “Ada apa nona?”, tanya Jenderal Elder dengan ekpresi bingung.

“Ada monster didasar sungai itu”, jawab Amora sambil menunjuk ke arah sungai yang diatasnya terbangun jembatan yang merupakan satu-satunya jalan menuju kapal dipelabuhan yang akan membawa mereka ke kerajaan Orpagos.

Elder dan semua orang yang ada disana sama sekali tak mendeteksi adanya monster atau makhluk jahat disungai yang berada seratus meter didepan mereka.

Putra Mahkota Vederict yang mendengar ucapan Amora juga ikut turun dari atas kereta kuda.

Sama seperti semua orang, dia juga tak menangkap adanya bahaya dan aura monster sama sekali tak terasa disana. Namun, mengingat jika Amora memiliki kemampuan diatas rata-rata orang normal, kali ini, diapun tetap mempercayai apa yang gadis itu ucapkan seperti sebelumnya.

Amora ingin melihat seberapa ganas monster itupun perlahan mulai berjalan mendekat kearah sungai.

Belum juga kakinya tiba ditepi sungai, rentetan bola lendir berwarna hijau menyerang. Amora yang sigap segera melompat menghindari bola lendir yang ternyat beracun itu dengan cepat.

Putra Mahkota Vederict beserta jenderal Elder dan kelima prajurit dari kerajaan Orpagos tercengang, karena tak menyangka jika didalam sungai yang tenang tersebut bersembunyi monster katak yang sangat berbahaya.

Bola lendir yang ditembakkannya sangat beracun, hingga membuat rumput dan pohon yang terkena tembakannya langsung hancur tak bersisa.

“Sejak kapan ada monster katak disungai itu?”, guman Jenderal Elder terkejut.

Bukan hanya Jenderal Elder saja yang terkejut, Putra Mahkota Vederict dan semua prajurit yang ada disana juga merasakan hal yang sama karena seingat mereka, beberapa kali melewati sungai tersebut, kondisi aman-aman saja, tak pernah muncul ganguan atau melihat wujud monster katak yang kini tengah menatap marah kepada mereka.

Hujan bola lendir meluncur dengan deras diudara, untungnya Amora sudah memasang pelindung sehingga tembakan monter katak tak bisa melukai sekelompok orang yang sedang dikawalnya.

Amora yang memang tak suka berbasa- basi pun segera melesatkan tembakan api dari kedua tangannya yang meluncur cepat menerjang tubuh sang katak yang mulai meleleh terkena api biru miliknya.

Menyadari musuh didepannya cukup kuat, sang katak pun segera bertranformasi. Tubuhnya yang semula berwarna hijau kekuningan kini telah berganti menjadi coklat kehitaman dengan banyak bintik di tubuhnya dengan kedua mata berwarna merah menyala.

Setelah bertranformasi, aura kegelapan yang menguar dari tubuh monster katak semakin kuat, membuat Amora sampai menutup hidungnya karena bau busuk yang menyengat.

“Yang Mulia....”

Sebelum Jenderal Elder menyelesaikan ucapannya, satu jari telunjuk Putra Mahkota Vederict sudah berada di bibirnya. “Hust...kita lihat apa yang akan gadis itu lakukan”, ujarnya.

Putra Mahkota Vederict sangat terkejut melihat jika monster katak tersebut mengeluarkan aura kegelepan yang cukup pekat.

Selama ini dia mengira, jika kerajaan Nerous sama seperti kerajaan Orpagos yang bebas dari kekuatan jahat yang bangkit kembali lima puluh tahun silam.

Tapi, setelah dia melihat sendiri fenomena ini, Putra Mahkota Vederict pun mulai waspada dan begitu kembali ke kerajaan Orpagos, dia akan segera memberitahu Raja mengenai permasalahan ini agar rapat dewan tinggi segera digelar.

Amora terus bertarung melawan monster katak dengan sengit, sementara yang lainnya hanya bisa menonton karena tak ingin menganggu konsentrasi gadis itu, sesuai dengan instruksi yang diberikannya.

Sebagai orang yang telah diminta untuk mengawal seorang Putra Mahkota kembali ke kerajaannya, tentu saja Amora ingin menyelesaikan tugas yang diembannya dengan sebaik mungkin.

Monster katak seperti ini, bukanlah hal yang besar. Selain untuk menguji sejauh mana kekuatan yang dimilikinya mengalami perkembangan, Amora juga ingin menambah jam terbangnya sebelum dia pergi mendaftar sebagai tentara yang menurut informasi yang didapatkannya sangat ketat dalam seleksi penerimaannya.

Merasa sudah cukup waktu main-mainnya, Amora pun mulai serius menyerang dengan menggunakan kekuatan cahaya yang dibalut kekuatan elemen api diluar agar tak menimbulkan kecurigaan.

Monster katak yang melihat tingkat serangan yang mengarah kepadanya semakin intens dan berbahaya pun mulai terpojok.

Setelah meloncat, menghindar dari serangan monster katak, Amora segera mengambil pedang di pinggangnya, dalam satu gerakan salto di udara, pedang yang telah dialiri kekuatan elemen cahaya dan elemen api tersebut bergerak lincah diudara, memotong tubuh sang katak menjadi beberapa bagian.

Craackk....byarrr....

Tubuh monster katak langsung hancur tanpa sisa, menguap diudara dan meninggalkan batu hitam runcing sebesar separuh bola kasti.

“Ternyata lebih besar dari yang kemarin. Pantas saja katak itu lebih kuat dari serigala mutasi yang aku hadapi sebelumnya”, guman Amora sambil memasukkan batu hitam tersebut kedalam kantong putih dan segera menyimpannya.

Apa yang Amora lakukan tak luput dari pengawasan Putra Mahkota Vederict dan Jenderal Elder yang saling menatap, “Apakah dia dari kekaisaran Forteirno?”.

Keduanya pun terus berkomunikasi melalui tatapan mata. Amora yang menyadari hal itu, memilih abai dan segera menginstruksikan kepada yang lain untuk segera melanjutkan perjalanan.

Mereka berencana akan beristirahat sejenak di hutan yang ada diseberang sungai sebelum matahari terbenam, dan akan kembali melanjutkan perjalanan pada malam harinya agar esok pagi bisa tiba di kerajaan Orpagos.