"Sebenarnya Aku hanya terpaksa menikahi mu demi memenuhi permintaan terakhir mendiang Papa, jadi kamu jangan pernah berharap lebih dalam pernikahan ini. Satu bulan lagi Kania kekasihku akan kembali dari luar Negeri, kami sudah berencana menikah setelah dia kembali dan pernikahan kita hanya sebatas itu saja" Farhan Adinata.
Mendengar pengakuan suaminya yang begitu menyesakkan dada, tak menyurutkan keteguhan Nada K.A mencintai suaminya. Ia meminta waktu satu bulan itu untuk menjalankan perannya sebagai istri yang berbakti kepada suaminya. Setelah satu bulan ia akan merelakan suaminya untuk wanita lain. Namun, setelah satu bulan Nada berubah pikiran, ia lebih rela di madu dan menyembunyikan statusnya sebagai istri Farhan demi cinta dan baktinya kepada sang suami.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KCN~ BAB 30
"Mas Farhan kemana ya, kenapa nomornya tidak bisa dihubungi?" Gumam Kania, didalam kamarnya ia mondar-mandir sambil terus mencoba menghubungi nomor suaminya namun selalu berakhir dengan suara operator.
Sejak kembali ke rumah siang tadi hingga malam hari ia tidak mendapati Farhan dirumah dan nomor suaminya itu tidak bisa dihubungi.
"Atau jangan-jangan Mas Farhan ke rumah Mama nya kali ya mau nginap di sana karena mengira aku pasti belum pulang." Ucapnya menerka.
Beberapa saat berpikir akhirnya Kania memutuskan untuk mendatangi rumah mama mertuanya itu menyusul suaminya, menurutnya ini juga kesempatan bagus untuk mendekatkan diri pada mama Sarah.
Sesampainya di rumah mama Sarah, beberapa kali Kania menarik napas dalam lalu mengulurkan tangannya menekan bel. Tak membutuhkan waktu lama pintu pun terbuka.
"Selamat malam, Bi." Sapa Kania pada wanita paruh baya yang membukakan pintu untuknya.
Bi Ida hanya mengangguk pelan sambil memperhatikan wanita yang berdiri di depannya. Ia mengingat wanita itu yang pernah datang beberapa waktu lalu bersama Farhan dan ia mendengar saat itu anak majikannya itu mengatakan jika wanita ini adalah calon istrinya, yang artinya sekarang adalah madunya Nada.
Mendadak Bi Ida memasang ekspresi tak suka pada wanita didepannya, ia tidak bisa membayangkan bagaimana jadi Nada. Mendengar Farhan menikah lagi ia juga ikut geram.
"Maaf, mau cari siapa ya?" Tanya bi Ida dengan nada yang sedikit ketus.
"Cari Mas Farhan, Bi, apa dia ada disini?" Tanya Kania sambil melempar pandangan kedalam rumah.
"Gak ada." Jawab bi Ida dengan singkat.
Namun, Kania tampak tidak mempercayai ucapan bi Ida, ia celingak-celinguk menatap kedalam rumah berharap melihat sosok yang dicarinya.
"Baiklah Bi, kalau Mas Farhan gak ada disini, tapi izinkan ini masuk untuk melihat keadaan Mama Sarah. Mungkin saja saya bisa sedikit membantu dalam hal pemulihan gangguan kejiwaan yang diderita Mama Sarah, kebetulan saya ini seorang Dokter." Ucap Kania, tersenyum bangga.
Dan seketika kedua mata bi Ida membulat mendengar ucapan wanita didepannya.
"Kamu pikir majikan saya gila? Jangan sembarang bicara ya!" Ucap bi Ida tidak terima.
Kania cukup terkejut dengan reaksi Asia rumah tangga mama mertuanya itu, menurutnya ia tidak salah bicara karena apa yang ia katakan itu adalah kenyataan seperti yang pernah dikatakan oleh Farhan bahwa mamanya memiliki gangguan kejiwaan.
"Maaf, Bi, tapi saya gak bicara sembarangan karena Mas Farhan sendiri yang pernah mengatakan ke saya kalau Mama Sarah itu memiliki gangguan kejiwaan." Ucap Kania lagi.
Dan tanpa bi Ida dan Kania sadari, mama Sarah yang berdiri tak jauh dari pintu menitihkan air matanya mendengar ucapan Kania. Tega sekali putranya itu mengatai dirinya seperti itu. Apa hanya karena ia yang tidak merestui pernikahan kedua putranya itu sampai Farhan tega mengatakan pada istri barunya bahwa ia memiliki gangguan kejiwaan.
"Majikan saya tidak membutuhkan bantuan kamu, beliau sehat walafiat jadi sebaiknya kamu pergi dari sini." Ujar bi Ida lalu menutup pintu dengan cukup keras.
Kania tidak bisa berkata-kata melihat respon bi Ida, ia jadi kebingungan sendiri dibuatnya. Menurutnya ia tidak salah bicara karena apa yang ia katakan itulah yang pernah dikatakan oleh Farhan.
Kania pun kembali ke mobilnya, dalam hati ia bertanya-tanya kemana Farhan pergi nya jika suaminya itu tidak ada dirumah mama Sarah.
Kania mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi agar cepat sampai rumah, barangkali suaminya itu sudah pulang pikirnya. Dan beberapa saat berkendara tatapan Kania tertuju pada tangannya iapun menepikan mobilnya sejenak.
Kania mengangkat sebelah tangannya, ia baru menyadari bahwa aksesoris ditangannya tidak ada.
.
.
.
Usai makan malam bersama, Nada kembali ke kamarnya. Ia menutup pintu dengan rapat agar Farhan tidak tiba-tiba menerobos masuk kamar. Bukan karena tidak mengizinkan suaminya itu tidur sekamar dengannya, tetapi karena tidak ingin suaminya itu melihatnya gelang yang kini sedang di tatapnya.
Nada meyakini bahwa gelang yang ditemukan oleh suaminya bu Minah di bukit, adalah milik orang yang telah mendorongnya ke jurang.
Beberapa saat terus menatap gelang itu, Nada tersentak kaget ketika mendengar suara ketukan dibalik pintu. Dengan cepat ia menyimpan kembali gelang itu didalam koper lalu bergegas membuka pintu kamar.