Ketulusan Cinta Nada
"Saya terima nikah dan kawin nya Nada Keysa Azzahra binti Muhammad Arifin (alm) dengan mas kawin seperangkat emas dibayar tunai."
Dengan satu kali tarikan nafas, Farhan berhasil mengucapkan kalimat ijab kabul tanpa tersendat sedikitpun.
"Bagaimana para saksi, sah?" Tanya penghulu.
"Sah." Jawab saksi serentak.
Tampak pria yang telah menyandang status sebagai suami itu menghembuskan nafasnya setelah terucap kata sah dari para saksi dan seluruh keluarganya, namun percayalah bukan nafas kelegaan yang ia hembuskan melainkan rasa sesak di dada karena telah mengkhianati sang kekasih yang saat ini melanjutkan kuliah kedokteran diluar negeri.
Karena tidak ada resepsi pernikahan dan hanya dihadiri oleh keluarga inti saja sesuai permintaan dari Farhan sendiri, Farhan langsung berpamitan kepada mama dan keluarganya yang lain untuk memboyong istrinya ke rumah yang sudah ia persiapkan. Rumah yang akan ia tempati hanya berdua dengan dengan wanita yang telah menjadi istrinya.
Sesampainya di rumah tersebut, Farhan berjalan menuju sebuah kamar tanpa menghiraukan istrinya di belakang yang nampak kesusahan membawa kopernya.
"Mas Farhan, tunggu," panggil Nada, wanita yang masih mengenakan gaun pengantinnya itu menghampiri sang suami sambil menyeret kopernya dengan sedikit kesulitan karena gaun pengantin yang dikenakannya itu cukup panjang dibagian bawahnya.
Farhan yang baru saja akan menaiki anak tangga menghentikan langkahnya lalu berbalik, "Ada apa?" Tanyanya dengan datar tanpa ekspresi apapun di wajahnya.
"Mas, tolong bantu aku bawakan koper ku." Pinta Nada, menatap laki-laki yang telah menjadi suaminya itu dengan sedikit tak enak hati.
Tanpa mengucapkan apapun, Farhan langsung saja mengambil alih koper istrinya kemudian melanjutkan langkahnya menaiki anak tangga menuju kamarnya yang berada di lantai atas.
.
.
.
Usai berganti pakaian, Farhan memanggil istirnya untuk duduk bersamanya di sofa yang tersedia didalam kamar.
Nada yang sedang merapikan pakaian kedalam lemari guna mengurai kegugupan, bertambah gugup ketika sang suami memanggilnya. Ini adalah pertama kalinya ia berduaan dengan Farhan meski selama ini mereka tinggal dibawah satu atap yang sama sebagai saudara angkat.
"Duduklah," titah Farhan sambil menepuk bagian sofa yang kosong disampingnya.
Nada pun mendudukkan tubuhnya disamping sang suami.
Untuk beberapa saat Farhan masih terdiam, ia menatap wanita yang telah menjadi istirnya dengan lekat. Ia tahu apa yang akan ia katakan ini akan sangat menyakitkan bagi Nada, namun ia juga tidak bisa bungkam terlalu lama dan akan semakin menyakitkan bagi dirinya sendiri.
"Nada, sebenarnya Aku hanya terpaksa menikahi mu demi memenuhi permintaan terakhir mendiang Papa. Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya Papa meminta ku untuk menikahi mu. Jadi, kamu jangan pernah berharap lebih dalam pernikahan ini. Satu bulan lagi Kania kekasih ku akan kembali dari luar Negeri, kami sudah berencana menikah setelah dia kembali dan untuk pernikahan kita hanya sebatas itu saja." Ujar Farhan.
Nada membeku ditempat duduknya. Sungguh, ini begitu mengejutkan baginya. Ia berpikir Farhan bersedia menikahinya, karena laki-laki itu tulus. Namun kenyataan yang ia dapati hari ini bagai bidikan anak panah yang tepat mengenai dadanya. Sakit, begitulah yang ia rasakan. Ternyata cintanya tak benar-benar bersambut, Farhan hanya terpaksa menikahinya.
Kini Nada pun mengerti jika semua perhatian dan kasih sayang yang diberikan Farhan selama ini tak lebih hanya rasa sayang seorang kakak kepada adiknya. Ia berpikir selama ini Farhan juga memiliki rasa yang sama dengannya, namun ternyata dirinya telah salah memahami itu semua.
"Kenapa Mas Farhan tidak jujur? Jika saja sejak awal aku tahu Mas Farhan sudah memiliki kekasih dan kalian sudah berencana menikah, aku pasti akan menolak pernikahan ini, Mas. Tapi apa yang bisa aku lakukan sekarang, Mas? Pernikahan ini telah terjadi." Ujar Nada dengan menahan sesak di dadanya. Kedua matanya berkaca-kaca, sekali saja ia mengedipkan mata maka cairan bening itu akan tumpah membasahi pipinya. Namun, sebisanya ia menahan untuk tidak menangis walaupun ingin sekali rasanya menangis, ia tak mau menumpahkan air matanya dihadapan sang suami.
"Aku tahu akan menyakitkan menjalani hari-hari kedepannya, karena hubungan kita tidak akan seindah masa kecil kita. Tapi, aku juga tidak mungkin mundur dalam waktu dekat, jadi biarkan aku untuk tetap menjalani kewajiban ku sebagai Istri. Aku hanya ingin menjadi seorang Istri yang patuh dan taat kepada Suamiku sampai waktu satu bulan yang Mas Farhan katakan itu telah tiba." Ujar Nada.
Sungguh perih hatinya, mengingat dalam waktu satu bulan mendatang ia harus merelakan sang suami untuk wanita lain.
"Nada..." Lirih Farhan.
Nada menggelengkan kepalanya, ia tahu apa yang akan dikatakan Farhan tetapi tekad nya sudah bulat. Namun, apa yang ia putuskan ini bukan hanya demi baktinya kepada suaminya tetapi karena rasa cintanya kepada sang suami yang sudah ternama dihatinya sejak masih remaja.
Hening...
Kamar yang seharusnya menjadi saksi bersatunya pasangan suami istri justru terasa mencekam, baik Nada maupun Farhan kini sama-sama terdiam bergelut dengan pikiran masing-masing.
Hingga beberapa saat kemudian Farhan beranjak dari tempat duduknya.
"Kamu tidurlah di kamar ini, dan aku akan tidur di kamar sebelah." Ujar Farhan, lalu mengayun langkah hendak keluar dari kamar.
"Tunggu, Mas," panggilan Nada menghentikan langkah suaminya.
Nada pun beranjak dari tempatnya duduknya menghampiri sang suami yang telah berdiri diambang pintu.
"Kita akan tetap tidur dalam satu kamar, Mas. Bukankah aku sudah mengatakan akan menjalani satu tahun ini sebagai istri yang patuh dan taat pada suamiku." Ujar Nada yang telah berdiri dihadapan suaminya.
"Aku ini laki-laki normal, Nada. Bagaimana kalau aku tidak bisa menahan diri? Apa kamu tidak akan merasa dirugikan jika aku mengambil kesucianmu sementara nanti kita akan berpisah?"
Nada beristighfar dalam hati. Ucapan suaminya kali ini lebih menyakitkan dari sebelumnya, namun ia sendiri yang sudah membuat keputusan akan bertahan disisi Farhan meskipun itu akan menyakitkan untuknya.
"Meski secara terang-terangan Mas Farhan sudah membentengi pernikahan kita ini dengan perpisahan, tapi aku akan tetap menjalani kewajibanku sebagai Istri termasuk memberikan tubuh ini pada Mas Farhan. Aku tidak akan merasa keberatan ataupun merasa dirugikan karena Mas Farhan adalah Suamiku."
Farhan terdiam, tidak tahu harus mengatakan apa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Wanda Andhika
mampir kakak author 👋🙏
2024-07-28
0
Capricorn 🦄
keren
2024-05-12
1
Anonymous
keren
2024-05-07
0