NovelToon NovelToon
Rembulan Yang Dilupakan

Rembulan Yang Dilupakan

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Spiritual / Persahabatan / Fantasi / Fantasi Wanita / Budidaya dan Peningkatan
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Puvi

Dibesarkan oleh keluarga petani sederhana, Su Yue hidup tenang tanpa mengetahui bahwa darah bangsawan kultivator mengalir di tubuhnya. Setelah mengetahui kebenaran tentang kehancuran klannya, jiwanya runtuh oleh kesedihan yang tak tertahankan. Namun kematian bukanlah akhir. Ketika desa yang menjadi rumah keduanya dimusnahkan oleh musuh lama, kekuatan tersegel dalam Batu Hati Es Qingyun terbangkitkan. Dari seorang gadis pendiam, Su Yue berubah menjadi manifestasi kesedihan yang membeku, menghancurkan para pembantai tanpa amarah berlebihan, hanya kehampaan yang dingin. Setelah semuanya berakhir, ia melangkah pergi, mencari makna hidup di dunia yang telah dua kali merenggut segalanya darinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puvi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jalan Sunyi dan Tubuh yang Ambruk

Dua bulan telah berlalu sejak Su Yue meninggalkan goa warisan Han Xing. Dua bulan penyepian yang keras. Dengan mengandalkan "Seni Esensi Musim Dingin Abadi" dan sisa dua pil, dia berhasil mengkonsolidasikan tingkatnya di Qi Refining Tahap Awal. Kemajuannya lambat, sangat lambat. Meridiannya yang sempit dan hati yang dibekukan kesedihan seolah membentuk tembok alami bagi aliran Qi. Setiap siklus penyulingan terasa seperti mendaki gunung es dengan tangan kosong.

Makanannya hanya buah-buahan hutan, akar yang bisa dimakan, dan air sungai. Kadang dia berhasil menangkap ikan dengan membekukan permukaan air kecil di tepian, tapi itu menghabiskan banyak Qi. Badannya, yang sejak awal tidak pernah subur, semakin menyusut. Pipinya cekung, mata besarnya terlihat semakin dalam, dikelilingi bayangan kelelahan. Pakaiannya tambah compang-camping, menyerupai karung goni yang diikat longgar di tubuhnya yang ringkih. Satu satunya yang tetap bersih dan bercahaya adalah Batu Hati Es Qingyun di dadanya, dan pedang "Ratapan Dingin" di pinggangnya yang terasa semakin ringan seiring dengan tumbuhnya benih Qi es di dalam dirinya.

Dia terus berjalan ke timur, tanpa peta, hanya mengikuti insting dan posisi matahari. Tujuannya samar: mencari "arti". Tapi di tengah kesendirian yang mencekik dan pertarungan sehari-hari untuk bertahan hidup, tujuan itu terkadang memudar, digantikan oleh pertanyaan yang lebih sederhana dan lebih menyiksa: untuk apa semua ini?

Pada suatu siang yang terik, di sebuah lereng bukit berbatu, tubuhnya yang sudah mencapai batas akhirnya memberontak. Kepalanya pusing, pandangannya berkunang-kunang. Kakinya, yang hanya dilapisi kulit sepatu bot dari kulit kayu yang dia anyam sendiri, terpeleset di atas batu licin. Dia terjatuh keras, lututnya terbentur batu tajam hingga berdarah. Rasa sakit yang tajam itu justru menjadi titik puncak. Selama ini, dia memaksakan diri, mengabaikan semua tanda kelelahan, seolah menghukum diri sendiri dengan penderitaan fisik. Qi di tubuhnya nyaris habis, hanya tersisa aliran tipis yang nyaris padam.

Dia mencoba bangkit, tapi kakinya lunglai. Dunia berputar. Kegelapan mulai merayap dari pinggiran penglihatannya. Dalam keputusasaan terakhir, dia merasakan dinginnya batu di pipinya, dan pikirannya melayang ke wajah Bu Li yang penuh kasih, sebelum semuanya menjadi hitam.

Dalam ketidaksadarannya, dia bermimpi. Mimpi itu hangat. Ada aroma sup jamur liar yang harum, aroma yang pernah dimasak Bu Li untuknya. Ada suara gemericik air yang menenangkan. Dan ada kehadiran. Bukan kehadiran yang mengancam, tetapi sesuatu yang solid, tenang, seperti batu besar yang menahan angin.

Ketika kesadarannya kembali merayap, yang pertama dirasakannya adalah kehangatan. Sebuah kehangatan asing yang bersumber dari dadanya, mengalir lembut ke seluruh tubuhnya yang kaku. Itu bukan Qi-nya yang dingin. Ini adalah Qi yang berbeda, jernih dan stabil, seperti air mengalir di pegunungan yang tenang. Qi itu dengan hati-hati memperbaiki kerusakan kecil di meridiannya, menenangkan kelelahan yang mendalam, dan mengisi kembali sedikit tenaga vitalnya.

Dia membuka mata perlahan. Langit sudah berwarna jingga senja. Dia terbaring di bawah sebuah pohon besar, kepalanya ditopang oleh sesuatu yang lembut. Saat dia menggerakkan kepala, dia melihat seorang remaja pria sedang duduk bersila tak jauh darinya, menghadap ke arah lembah di bawah, punggungnya tegak.

Remaja itu tampan, dengan garis rahang yang tegas dan alis yang tajam. Kulitnya sawo matang, rambut hitamnya diikat tinggi dengan sederhana. Dia mengenakan jubah praktis berwarna biru muda, sederhana namun rapi. Aura yang dipancarkannya tenang namun percaya diri, seperti pedang dalam sarungnya. Usianya terlihat tak jauh berbeda dengan Su Yue.

Merasa adanya gerakan, remaja itu menoleh. Matanya berwarna coklat tua, tajam dan jernih. Tatapannya menganalisis Su Yue dengan cepat, namun tanpa pandangan mengintimidasi atau iba yang biasanya membuat Su Yue tidak nyaman.

"Kau sadar," katanya, suaranya datar, tidak terlalu dingin tapi juga tidak hangat. Seperti menyatakan sebuah fakta.

Su Yue mencoba duduk. Tubuhnya masih lemah, tapi jauh lebih baik dari sebelumnya. Luka di lututnya telah dibersihkan dan dibalut dengan daun dan sehelai kain bersih. "Kau... yang menolongku?"

"Kau pingsan karena kelelahan fisik dan kekosongan Qi. Memaksakan diri tanpa mempertimbangkan batasan adalah kebodohan," kata remaja itu, tetap datar. Dia berdiri dan mendekat, lalu berjongkok di depan Su Yue. Tangannya yang ramping dengan cepat membentuk beberapa segel, dan semburan energi jernih lagi memasuki tubuh Su Yue, kali ini memeriksa kondisi internalnya. "Qi-mu aneh. Sangat dingin. Dan hatimu... penuh dengan halangan. Itu menghambat sirkulasi."

Su Yue terdiam. Dia tidak pernah bertemu kultivator lain selain musuh dan kerangka Han Xing. Instingnya berteriak untuk berhati-hati. Tapi ada sesuatu dalam sikap lugas remaja ini, dalam ketiadaan niat tersembunyi dari tatapannya, yang membuatnya sedikit lengah.

"Kenapa kau menolongku?" tanya Su Yue, suaranya serak.

Remaja itu mengerutkan kening sedikit, seolah pertanyaan itu aneh. "Kau sekarat. Aku mampu menolong. Itu cukup." Dia berdiri lagi. "Aku sudah menstabilkan kondisimu. Meridianmu masih rapuh, jangan coba menarik Qi selama tiga hari. Makanlah ini."

Dia melemparkan sebuah bungkusan kecil kain kepada Su Yue. Di dalamnya ada beberapa kue beras kering dan sepotong daging yang diawetkan. Makanan sederhana, tapi bagi Su Yue yang kelaparan, itu adalah hidangan mewah.

Su Yue memandanginya, lalu perlahan mengambil sepotong kue beras dan memakannya. Rasanya tawar, tapi mengenyangkan.

"Terima kasih tuan," ucap Su Yue.

"Haoran," kata remaja itu tiba-tiba. "Namamu?"

"Su Yue."

Haoran mengangguk, seolah mencatat nama itu. Dia kemudian memandang ke arah timur, dimana matahari mulai tenggelam. "Aku harus pergi. Ada urusan yang harus diselesaikan sebelum bulan purnama."

Dia tidak menjelaskan lebih lanjut. Dia hanya mengambil sebuah potongan arang dari sisa perapian kecil yang dia buat, lalu berjalan ke sebuah permukaan batu datar di dekat pohon. Tangannya bergerak lincah, menulis dengan tulisan yang rapi dan tegas.

Setelah selesai, dia menoleh sekali lagi ke arah Su Yue. "Jangan mati karena kebodohan. Dunia ini cukup luas untuk mati karena hal-hal yang lebih bermakna."

Kemudian, tanpa kata-kata perpisahan lagi, tubuhnya melesat. Bukan seperti angin, tetapi seperti bayangan yang memanjang, menghilang ke dalam hutan dengan kecepatan yang membuat mata Su Yue nyaris tak bisa mengikuti. Tingkatnya jelas jauh di atasnya. Setidaknya Foundation Establishment, mungkin lebih.

Su Yue terduduk lama, memandangi tempat Haoran menghilang. Kehangatan Qi asing itu masih tersisa di tubuhnya, sebuah sensasi aneh setelah sekian lama hanya mengenal dingin. Dia menyelesaikan makanannya dengan perlahan, merasakan tenaga kembali sedikit demi sedikit.

Setelah merasa cukup kuat, Su Yue berjalan ke batu tempat Haoran menulis. Di bawah cahaya senja yang memudar, dia membaca tulisan itu:

"Dari sini ke Timur, kira kira sepuluh hari perjalanan dengan kecepatan normal, ada sebuah kota bernama Kota Mata Air. Di lereng gunung di utara kota itu, berdiri Sekte Qingyun. Mereka adalah sekte pertengahan, terkenal dengan ajaran yang relatif toleran dan lingkungan yang tenang. Jika kau tidak memiliki tujuan hidup, kau bisa datang ke sana untuk berlatih, setidaknya sampai kau menemukan tujuan hidupmu.

Terkadang, di saat sedih dan sendiri, kita sangat membutuhkan teman.

Haoran, umur 16 tahun. Dingin dan percaya diri."

Su Yue membaca pesan itu sekali, dua kali. Nasihatnya sederhana, informatif. Tapi kalimat terakhir... "Terkadang, di saat sedih dan sendiri, kita sangat membutuhkan teman." Dan tanda tangan itu: "Dingin dan percaya diri." Seolah dia menyadari betul kesan yang dia berikan, dan justru menertawakannya sendiri, atau setidaknya, mengakuinya dengan jujur.

Bibir Su Yue yang telah lama tak bergerak kecuali untuk makan atau berbicara sesekali, tiba-tiba bergetar. Ujungnya terangkat sedikit. Bukan senyum lebar, hanya sebuah lengkungan kecil, samar, dan penuh kelelahan. Tapi itu adalah senyum. Yang pertama sejak desanya terbakar. Rasanya aneh di wajahnya, seperti otot yang lama tidak digunakan.

"Dingin dan percaya diri," gumamnya menirukan. "Bodoh."

Tapi dalam kata-kata "bodoh" itu, tidak ada cacian. Hanya sebuah pengakuan akan keanehan pertemuan ini. Seorang remaja dingin yang percaya diri, menyelamatkannya, memberinya nasihat praktis, lalu pergi dengan tanda tangan yang menggelikan. Itu adalah interaksi manusia paling normal, bahkan nyaris konyol, yang pernah dialami Su Yue dalam hidupnya yang penuh tragedi.

Dia memandang tulisan itu lagi. Sekte Qingyun. Tempat untuk berlatih. Tempat untuk menemukan tujuan. Tempat yang mungkin memiliki... teman.

Kata "teman" terasa asing di pikirannya. Bisakah dia memiliki teman? Bisakah dia mempercayai seseorang lagi? Bisakah dia membiarkan orang lain mendekati dingin dan kesedihannya?

Tapi kemudian, kalimat lain muncul di benaknya, kalimat yang dia ucapkan pada diri sendiri di goa dulu: "Jika tidak bisa melindungi diri sendiri, bagaimana bisa berharap orang lain terus ada bersamanya?"

Benar. Dia lemah. Qi Refining Tahap Awal tidak berarti apa-apa di dunia ini. Dia hampir mati karena kelelahan biasa. Bagaimana dia bisa berharap memahami takdirnya, menemukan arti, jika dia bahkan tidak bisa bertahan dari perjalanan sehari-hari?

Sekte Qingyun, dengan ajaran yang "relatif toleran" dan lingkungan "tenang", mungkin adalah tempat yang baik untuk belajar dasar, untuk menguatkan fondasi, baik secara harfiah maupun kiasan. Bukan untuk bergantung, tetapi untuk menjadi cukup kuat agar tidak menjadi beban, agar bisa berdiri sendiri sambil mencari jawabannya.

Dia memandang ke timur, ke arah dimana Haoran pergi dan dimana Kota Mata Air konon berada. Di matanya, ada sedikit cahaya selain kesedihan dan tekad dingin. Cahaya dari sebuah pilihan.

Dia mengumpulkan barang-barangnya, memastikan pedang Ratapan Dingin dan buku Han Xing aman. Dia memberikan satu hormat terakhir ke arah batu bertuliskan itu, seolah berterima kasih pada remaja aneh yang dingin dan percaya diri itu.

Kemudian, dengan langkah yang lebih mantap, lebih terarah, dia berjalan menuruni lereng bukit, menuju timur.

1
Melvina Sary
Menangkan suyue
Melvina Sary
Gao Feng jahat
Melvina Sary
Hehee takut dia itu
Melvina Sary
Bagus kerjasamanya 🙏
Mistik 55
Good senior song
Mistik 55
Mantap thor lanjut
Melvina Sary
Lohh udah bab terakhir nya. Perasaan cepat banget. Satu kopi thor ☕
Puvi: Makasih kk🙏
total 1 replies
Melvina Sary
Mari berangkat misi kedua 🏇
Melvina Sary
Gooooo misi kedua 💪
Melvina Sary
Mantap untuk permulaan 👍
Melvina Sary
Tetua aneh
Melvina Sary
Loh. Jumpa tuh orang
Melvina Sary
Mantap thor
HUOKIO
Bagus. Cepat up nya thor
Puvi: Makasih kak
total 1 replies
Melvina Sary
Seru banget ada komedi nya
Puvi: Makasih kakak🙏
total 1 replies
Melvina Sary
UP lagi thor 👍
Melvina Sary
Mantap untung banyak
Mistik 55
Bagus banget 🙏
Puvi: Makasih kak🙏
total 1 replies
Melvina Sary
Pedagang Chen sangat baik☺️
Puvi: iya tuh
total 1 replies
Melvina Sary
Semakin seru thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!