Terjebak Dalam Tubuh Istri Yang Dibenci

Fania sudah mendapatkan perawatan, tapi Dokter bilang adiknya mengalami trauma. Fania terus saja berteriak - teriak jika dirinya kotor. Tapi Eric tau dari perkataan Fania padanya saat di dalam bangunan tua para penjahat itu belum memperkosanya.

"Tenanglah, trauma itu hanya sementara. Itu hanya ketakutan yang berlebih, emosi adik Anda belum stabil. Nona Fania sementara harus dirawat, Anda bisa menandatangani surat persetujuan."

"Baik," Eric mengangguk.

Eric keluar dari ruangan Dokter, berjalan menuju kamar rawat Fania. Ia melihat Amber berdiri di luar kamar rawat, karena Dokter tidak memperbolehkan siapapun masuk selain Dokter dan para perawat.

"Amber... ayo pulang, kamu pasti lelah. Disini aman, Fania akan aman. Percuma juga kita menunggu disini, Dokter tidak memperbolehkan kita masuk. Kondisi emosi Fania belum stabil, besok kamu bisa datang lagi. Mama juga sudah aku hubungi, sebentar lagi datang."

Amber mengangguk, "Eric.." ia menarik lengan baju Eric.

"Hm?"

"Apa kejadian yang menimpa Fania adalah kesalahanku? Aku tidak tau kamu sedang menyamar, tapi harusnya aku berhati-hati saat mengenali itu kamu. Maaf... Apa kamu juga tidak bisa menyamarkan lagi kaki lumpuhmu?"

Eric melihat wajah Amber yang merasa bersalah, dia tidak tega melihatnya. "Bukan, itu murni kesalahanku. Aku tidak mengubungimu dan menanyakan keberadaan mu. Aku tidak teliti... masalah kakiku, ya. Aku sudah tidak bisa menyamarkan nya lagi."

"Eric-"

Ucapan Amber terhenti oleh ciuman singkat Eric, "Shhh... kamu juga pasti kaget, ayo pulang."

Eric menggandeng tangan Amber menuju mobil, dengan wajah aslinya dan berjalan dengan kedua kaki gagah nya, tidak ada lagi penyamaran.

Esoknya. Brakkk!!!

Kolonel Quirel menggebrak meja, amarahnya tak bisa terbendung lagi. "Kau bukan hanya Kapten tentara, kau juga pernah menjandi mata-mata. Kau sedang menjalankan misi rahasia, tapi penyamaran mu terbongkar! Kini kau akan susah bergerak mengejar target!"

Eric berdiri tegap, wajahnya datar tak memperlihatkan emosi apapun. Disaat seperti ini ia harus memperlihatkan sikap tenang atau nyawa Amber akan bahaya karena wanita itu lah yang membongkar penyamaran nya.

Kolonel Quirel memijit keningnya, "Kita dan para petinggi sudah ditekan oleh Perdana Menteri karena misi ini selama setahun lebih belum berhasil. Bahkan para petinggi dari negara lain juga sudah mendesak, kau juga tau dari perserikatan Negara mempercayakan misi ini pada kita! Big Wolf adalah Mafia besar yang sudah diburu oleh intelijen internasional, mereka mempercayakan misi ini pada kita."

"Maaf, Kolonel!"

"Mulai hari ini kau di skors dari ketentaraan, sementara Sersan mayor yang akan menempati jabatanmu. Tapi Eric, ini adalah misi barumu. Biarkan semua orang tau kamu sudah di skors dan tidak berada di kemiliteran lagi. Para petinggi memberikan satu kesempatan lagi pada kita, jangan sia-siakan kesempatan ini. Sekarang panggil para anggotamu kemari untuk rencana selanjutnya, keluarlah."

"Siap, Sir! Hormat!" Eric memberi hormat.

Dengan pakaian militer melekat di tubuh tinggi gagahnya, Eric mundur satu langkah ke belakang lalu berbalik dan keluar dari ruangan kolonel. Dia pergi ke camp prajurit, semua prajurit terkejut melihat Kapten mereka sudah berjalan normal.

"Hormat pada Kapten!" Suara Robbin, jabatan nya adalah Letnan satu.

Semua prajurit memberi hormat.

"Istirahat!"

"Siap, Capt!" ucap para prajurit serempak.

"Aku akan memberikan pengumuman, kalian semua tau selama 8 bulan ini aku duduk di kursi roda dan tidak aktif menjadi Kapten kalian. Dan mulai hari aku di skors dari kemiliteran, jabatanku akan diambil alih oleh Sersan mayor. Pemberitahuan resmi akan diumumkan oleh Kolonel, sekian. Bubar!"

"Siap, Capt!" dengan pertanyaan dalam hati mereka, para prajurit membubarkan diri.

Harris dan ketiga anggota khusus termasuk Erren maju menghampiri sang Kapten. "Capt.. "

Eric menggeleng, " Kita akan menemui Kolonel. Jangan bicara apa-apa, jangan protes. Cukup tutup mulut kalian, terima semua keputusan. Mengerti!" sandiwara Eric dengan suara keras agar terdengar oleh siapapun.

"Yes, Capt!"

Eric berbalik menatap Erren, " Bagaimana lukamu?"

"Baik, kamu baik-baik saja?" tanya wanita itu.

"Tentu, kamu masih belum bisa bertugas Erren. Kolonel masih ingin kamu istirahat, kalungmu juga masih ada padaku."

"Baik, aku mengerti."

Eric menoleh pada ketiga anggota-nya, Harris, Robbin, Agnes. "Kalian bertiga ikut aku."

Mereka berempat berjalan ke ruang Kolonel, dengan misi baru yang akan dijalankan.