Nicholas Bryan. 35 tahun. CEO sebuah TV Swasta. Masuk dalam Jajaran Konglomerat. Arogan, Dingin, Jarang Tersenyum dan Sangat menyayangi putri satu-satunya. Seorang Duda memiliki seorang putri berusia 7 tahun. Istri Nick meninggal setelah melahirkan putri mereka. Sejak kepergian istrinya Nick larut dalam kesedihannya dan ia melampiaskan pada pekerjaannya hingga kini tak diragukan lagi Nick menjadi salah satu pengusaha papan atas yang digilai para wanita. Tidak ada satupun wanita yang mampu mengetuk hati Nick yang telah tertutup hingga suatu ketika Putri, Caca memanggil seorang perempuan dengan sebutan Bunda yang membuat Nick tidak suka dengan wanita tersebut. Nick yang sangat menyayangi putrinya tanpa sengaja membentak putrinya saat melihat Caca memeluk wanita asing dan memanggilnya. Siapakah wanita itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiara Pradana Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Salman Al Farisi
Seperti yang sudah dijadwalkan Kanaya menjalankan double job sebagai Floor Director untuk acara tausyiah bersama Ustadz yang menghadirkan ibu-ibu Majelis taklim yang terpilih dari berbagai daerah.
Kanaya dengan pembawaannya yang supel dan mudah membaur tentu tidak sulit dalam menjalankan tugasnya meski ini kali pertama baginya.
"Mbak Naya, itu Ustadz Salman sudah datang. Mbak Naya temui dulu. Sekalian jelaskan seperti apa teknikal acaranya pada beliau."
"Oke. Aku temui Ustadznya dulu ya Ri."
Kanaya menuju ruangan tempat istirahat sang Ustadz.
"Assalamualaikum."
Kanaya mengetuk pintu menunggu jawaban.
Pintu terbuka seorang pria tersenyum kepada Kanaya.
"Ibu Kanaya ya. Mari Bu, perkenalkan saya Iman, Assisten Ustadz Salman. Mari masuk. Ustadz sedang bersiap."
Kanaya menangkupkan kedua tangannya membalas sapaan Iman Assisten sang Ustadz.
"Assalamualaikum. Ustadz Salman. Perkenalkan Saya Kanaya. Saya FD yang ditugaskan pada acara tausyiah Ustadz." Kanaya menangkupkan kedua tangannya memperkenalkan diri di hadapan pria yang kini berdiri membelakangi dirinya tengah bersiap dipasangkan clip on dan kostum oleh pihak wardrobe.
Mendengar suara dibelakangnya Ustadz Salam berbalik dan memandang sumber suara tersebut.
"Masya Allah. Cantik!" Batin Ustadz Salman dalam hati.
Melihat Ustadz Salman hanya terdiam mematung, Kanaya dan Iman saling tatap keduanya bingung dengan ekspresi sang Ustadz.
"Ustadz, ini Bu Kanaya, beliau FD acara tausyiah yang akan Ustadz bawakan." Iman mengulang penjelasan Kanaya agar Ustadz Salman segera tersadar dari lamunannya.
"Astagfirullah al adzim. Maaf. Assalamualaikum Saya Salman Al Farisi, dengan Mbak?" Ustadz Salman segera mengkondisikan rasa grogi dan membaur memperkenalkan diri kepada Kanaya.
"Kanaya Ustadz. Senang bertemu dengan Ustadz. Saya akan memberikan rincian bagaimana nanti teknis di acara. Apakah Ustadz sudah selesai bersiap? Kalau belum Saya akan menunggu diluar." Kanaya tampak canggung.
Jujur saja Kanaya beberapa kali melihat tausyiah sang Ustadz kondang yang belakang digandrungi para kaum hawa di TV dan Youtube namun bisa melihat langsung seperti ini Kanaya tentu saja menyetujui ribuan kolom komentar yang sering ia lihat memuji sang Ustadz terutama soal ketampanan sang Ustadz.
"Saya sudah selesai. Kalau begitu mari Mbak Kanaya. Saya ingin menanyakan beberapa hal sebelum syuting dimulai."
Blasss
"Ya Allah. Kenapa senyumnya manis banget ya! Kalo orang sering wudhu kenapa wajahnya teduh banget sih! Astagfirullah Nay, eling! Kerja!"
Kanaya menyadarkan dirinya sendiri tak sadar menggelengkan kepalanya.
Tentu saja Ustadz Salman tersenyum dengan gerak gerik Kanaya.
"Mbak Kanaya kenapa?"
"Ah tidak Ustadz. Mari kita langsung ke studio."
Kanaya bersama mengajak Ustadz Salman dan diikuti oleh Iman Assisten sang Ustadz.
Tidak hanya Kanaya sejumlah pasang mata di studio tampak terpana manakala Ustadz Salman memasuki menyapa dan mengucap salam kepada semua yang ada di sana.
"Ya Allah Gw bisa kayak Siti Zulaikha deh keiris pisau, ganteng banget Ustadz Salman aslinya!"
"Akhirnya kita bisa lihat orang ganteng yang manis dan ga jutek, selain Big Boss kita yang jutek!"
"Duh, jadi pengen dihalalin kalo calonnya kayak Ustadz Salman!"
Begitulah beberapa komentar saat Ustadz Salman melintasi dan tersenyum menyapa pegawai NBC menuju studio tempat ia akan memberikan tausyiahnya.
Kanaya fokus menjalankan perannya dengan serius dan memastikan tak ada kesalahan ditugas pertamanya.
Kanaya bersyukur bahwa Ustadz Salman pribadi yang enak diajak bekerjasama sehingga syuting perdana untuk tayangan perdana berjalan lancar tanpa kendala.
Pembawaan ramah, santun dan luwes Ustadz Salman membuat senang jamaah yang mendengarkan tausyiahnya.
Keramahan dan keprofesionalannya diacungi jempol oleh para crew yang bertugas.
Setelah 2 jam proses syuting akhirnya selesai.
"Terima kasih Ustadz, syuting hari ini berjalan lancar berkat kerjasama yang baik. Insha Allah untuk minggu depan kami akan mengirimkan jadwal dan draf konten yang akan menjadi bahasan tausyiah Ustadz minggu depan."
Kanaya menghampiri Ustadz Salman yang sedang dibantu melepaskan clip on nya.
"Terima kasih juga untuk Mbak Kanaya atas kerjasamanya."
"Mbak Naya, Mbak?" Dira yang entah sejak kapan ada didalam studio memanggil Kanaya setengah berbisik namun tetap terdengar.
"Assalamualaikum Ustadz. Saya Dira. Temannya Mbak Kanaya satu Divisi. Boleh minta foto ga Ustadz?" Dira tentu saja membuat Kanaya menoleh dan tersenyum dengan ulah rekan sekantornya itu.
"Boleh. Tapi sekalian saja dengan Mbak Kanaya dan yang lain. Biar ramai-ramai."
Begitulah Ustadz Salman, ia tidak akan menolak namun memilih mengajak secara bersamaan berfoto dengan tujuan agar tidak timbul fitnah.
Tentu saja Dira begitu senang dan langsung memberikan ponselnya pada Iman Assisten Ustadz Salman.
"Mas fotokan ya. Makasih!" Dira sangat bahagia mendapat kesempatan foto dengan Ustadz tampan yang pernah ia tak sengaja lihat di youtube.
"Mari Mbak Kanaya," Ustadz Salman mengajak Kanaya yang belum masuk dalam barisan foto bersama.
Anggukan Kanaya segera bergabung berfoto dengan lainnya bersama sang Ustadz Kondang, Salman Al Farisi.
"Saya permisi dulu ya semuanya. Semoga Allah memberikan kesehatan kepada kita semua agar bisa berjumpa lagi minggu depan. Terima kasih Mbak Kanaya. Assalamualaikum."
Ustadz Salman mengucap salam dan berpamitan sebelum ia meninggalkan studio NBC.
"Waalaikumsalam Ustadz. Hati-hati di jalan." Jawab Kanaya.
Anggukan plus senyuman tersungging dari bibir Ustadz Salman membuat para kaum hawa di dalam studio klepek-klepek tak terkecuali Dira.
"Ya Allah, kalo begini caranya Gw bisa cepet hijrah Mbak. Gapapa deh pake hijab asal imamnya kayak Ustadz Salman." Seloroh Dira saat menatap punggung tegap gagah Ustadz Salman yang berjalan keluar studio.
"Ada-ada aja kamu Dira. Ayo, mau makan siang ga? Apa udah kenyang ngeliatin Ustadz Salman?" Ledek Kanaya.
"Tadi sih ga laper, sekarang Aku laper Mbak. Ayo makan!"
Nick yang didampingi Gusti saat baru keluar mobil melihat dan berpapasan dengan Ustadz Salman yang hendak masuk ke dalam mobilnya.
"Boss itu Ustadz yang mengisi acara tausyiah diprogram baru kita. Namanya Ustadz Salman Al Farisi." Bisik Gusti.
Sebagai CEO dan pemilik NBC tentu Nick menjaga citranya kepada semua klien termasuk dengan Ustadz Salman yang kini ada dalam bagian perusahaannya.
"Selamat siang Ustadz Salman. Saya Nicholas Bryan, CEO NBC. Terima kasih Ustadz sudah meluangkan waktu bekerjasama dengan kami."
Nick menyapa sekaligus mengulurkan jabat tangan sebagai bentuk rasa hormat kepada mitra kerjanya.
"Assalamualaikum Tuan Nicholas. Senang bisa berjumpa dengan Anda. Terima kasih karena Tuan Nicholas bisa memberikan wadah untuk menyiarkan dakwah melalui media yang Tuan miliki." Ustadz Salman menyambut jabat tangan Nick dengan senyuman.
"Semoga Ustadz kerasan diperusahaan Kami, dan kalau membutuhkan sesuatu sampaikan kepada Saya."
"Terima kasih banyak Tuan Nicholas. Saya juga senang bisa bekerjasama dengan perusahaan Tuan. Kalau begitu Saya permisi dulu. Assalamualaikum." Pamit Ustadz Salman.
"Waalaikumsalam." Jawab Nick.
Nick menatap kepergian Ustadz Salman Al Farisi.
Entah mengapa Nick seperti melihat sang Ustadz memiliki kharisma yang tidak hanya sekedar seorang Ustadz.
Memang Nick mana tahu dunia perustadzan karena tentu saja Nick tak memahaminya.
"Gus, berikan Aku profil mengenai Ustadz Salman Al Farisi?"
"Wah Boss ga tahu siapa Ustadz Salman? Ustadz Salman itu selain pendakwah beliau juga pebisnis. Usahanya banyak bergerak di bidang perminyakan. Selain itu beliau juga memiliki travel haji dan umroh yang biasa memberikan endorse artis yang akan berangkat haji dan umroh." Gusti meski berbeda keyakinan namun sangat tahu Ustadz kondang yang saat ini banyak digandrungi kaum hawa.
"Sejak kapan Kamu jadi follower Ustadz? Kamu mau pindah agama emang?" Nick menjawab asal atas penjelasan Gusti.
"Bukan hanya Saya, tapi banyak pengikutnya terutama kaum wanita yang fans dengan beliau. Pantas saja begitu digilai wanita, setelah melihat langsung, Saya saja senang dengan Ustadz Salman pembawaannya ramah dan santun." Gusti malah semakin memuji Ustadz Salman.
"Oh jadi Kau sekarang suka sejenis Gus! Cih!" Raut Nick kesal dengan wajah Gusti yang tampak kagum dengan Ustadz Salman.
"Ya enggak gitu juga Boss! Cuma Ustadz Salman itu paket Komplit. Tampan, Kaya Raya, Sholeh, Ramah, dan Murah Senyum Boss dan pastinya ga Galak!"
Perkataan Gusti seakan sindiran bagi Nick.
"Maksudmu menyindir siapa?" Tatapan menghujam siap menerkam Gusti dari manik Nick yang membulat sempurna.
"Tidak Boss. Mari Boss."
Mencari aman Gusti mengajak Boss Galaknya masuk dan menuju ruang meeting dimana klien mereka sudah menunggu.