Kanayah memeluk lututnya serta mengigit lengannya. Gadis itu tengah menahan tangisnya. Terlihat sebuah alat tes kehamilan dengan dua garis merah ia genggam dengan gemetaran. Kanayah hamil, dan lebih parahnya lagi benih dalam rahimnya itu adalah milik Jacob Garadha, putra sulung dari Keluarga Garadha yang saat ini telah memiliki tunangangan.
Kanayah menangisi dirinya yang begitu memiliki nasib mengenaskan. Hidup sebagai yatim piatu, dengan memiliki kelebihan wajah cantik bak dewi serta tubuh indah nyatanya tidak membuat hidup Kanayah beruntung. Karena kecantikannya itu Kanayah harus mengalami diskriminasi oleh warga desa dan difitnah sebagai penggoda hingga diusir dari desanya.
berharap di kota akan menemukan kebahagiaan namun nyatanya Kanayah justru harus merelakan harta wanitanya yang berharga di renggut paksa oleh Jacob Garadha.
Lalu akankah Jacob Garadha mau bertanggung jawab akan kehamilan Kanayah?
Dan bisakah hidup Kanayah berubah serta hidup bahagia? simak kisahnya di novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Duyung Indahyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 30
"Besok Jacob akan pindah ke apartemen dengan Kanaya Ma, Pa,"celetuk Jacob membuat seluruh keluarganya yang ada di ruang keluarga kaget dibuatnya.
Tak terkecuali Kanaya, wanita itu juga terkejut mendengar perkataan Jacob. Karena sebelumnya pria itu tidak pernah membahas mengenai hal ini dengannya.
"Kenapa? "tanya Tuan Garadha.
"Jarak kediaman Garadha dengan perusahaan terlalu jauh, sedangkan apartemen lebih dekat. Lagipula Kanaya sudah menyetujui kok Ma, Pa, "kelakar Jacob membuat semua orang menatap Kanaya.
Kanaya gelagapan. Dia tidak tahu harus menjawab apa, karena memang ia tidak tahu apa-apa tentang rencana pria itu.
"Benar begitu Naya? "tanya Nyonya Celline.
"I-iya Ma,"jawab Kanaya sedikit gagap.
"Apa gak bisa kamu saja yang ke apartemen Jac, biarkan Kanaya di kediaman Garadha bersama Mama disini, "ucap Nyonya Celline sedih.
Keberadaan Kanaya di kediaman Garadha sudah membuat rasa kesepian Nyonya Celline berkurang. Karena biasanya ketika para pria pergi bekerja maka Nyonya Celline hanya tinggal bersama para pelayan dan hadirnya Kanaya membuatnya merasa senang.
"Tidak bisa Ma, Kanaya istri Jacob jadi harus ikut kemanapun Jacob pergi, "jelas Jacob.
"Biarkan saja Ma, lagipula apa yang dikatakan Jacob memang benar Kanaya harus ikut bersamanya dan jika Mama merindukannya datang saja kesana, "saut Tuan Garadha.
"Iya Ma, nanti Kanaya bisa sering-sering main kesini. Bolehkan Mas? "tanya Kanaya menatap Jacob penuh harap.
"Tentu saja boleh Sayang. Kapan saja kamu mau kesini asalkan izin sama Aku itu tidak masalah"ucap Jacob menarik bahu Kanaya ke arahnya.
Tubuh Kanaya membeku mendapat perlakuan tidak biasanya dari Jacob. Terlebih panggilan 'Sayang' yang terlontar dari bibir tebal pria itu membuat jantungnya berdegum lebih cepat.
Sementara Mark yang baru saja sampai dan tidak sengaja melewati ruang keluarga hanya bisa mengepalkan tanganya saat melihat kelakuan Jacob dengan senyuman lebar ke arahnya.
"Ma, Pa. Sedang ada apa ini? "tanya Mark.
Mark melangkah mendekati ruang keluarga dan dengan sengaja mengambil tempat duduk di sisi sofa panjang tepat disebelah Kanaya. Sehingga saat ini Kanaya duduk diantara dua pria bersaudara itu.
Sementara Jacob yang tahu adiknya tengah mencari kesempatan dekat dengan Kanaya semakin menarik tubuh istrinya dan memberi jarak dengan Mark.
"Mas? "tanya Kanaya menatap suaminya dengan heran.
"Disini saja lebih nyaman,"bisik Jacob membuat Kanaya hanya bisa mengangguk patuh.
"Kamu baru pulang Mark?"tanya Nyonya Celline pada putra keduanya.
"Iya Ma, Mark baru saja pulang dari galery, tadi Mark samar-sama dengar ada yang mau pindah. Siapa ya Ma? "tany Mark sekali lagi.
"Oh itu. Ini Kakak Kamu baru saja bilang jika akan pindah ke apartemen dengan Kanaya, "jelas Nyonya Celline.
Kedua mata Mark membola, dia menatap wajah Jacob dari samping dan dengan jelas di mata Mark saat ini dimana sudut bibir Jacob terangkat.
"Pasti Kak Jacob sengaja melakukan ini, "batin Mark.
"Kenapa Ma, bukankah jika disini Kakak ipar lebih aman karena ada Mama? "tanya Mark.
Pria itu masih berharap jika Kanaya masih tinggal disini.
"Kamu pikir jika di apartemenku Kanaya akan dalam bahaya begitu? "celetuk Jacob tidak senang.
"Sudah-sudah, Jacob dan kakak ipar kamu sudah memutuskannya jadi biarkan saja Mark, "saut Tuan Garadha.
"Pembicaraan malam ini cukup sampai disini, semuanya kembali ke kamar kalian,"lanjutnya lagi.
Tuan Garadha beranjak dari sofa diikuti Nyonya Celline. Lalu keduanya berjalan meninggalkan ruang keluarga. Begitu pula Jacob dan Kanaya beranjak dan melangkah menuju kamar mereka.
"Kak, bisakah kita bicara, "ucap Mark menghentikan langkah Jacob dan Kanaya.
"Tunggu Aku di ruang kerja, "saut Jacob lalu kembali melanjutkan langkahnya.
Sesampainya di kamar. Kanaya menatap Jacob dengan segala pertanyaan yang ada dalam otaknya.
"Katakan saja jika ada yang ingin kamu sampaikan sebelum Aku tinggal menuju ruang kerjaku, "ucap Jacob.
"Maaf Mas, Naya cuma terkejut mengenai keputusan pindah ke apartemen itu,"ucap Kanaya.
Mendengar perkataan Kanaya sontak saja membuat Jacob merasa bersalah pada wanita itu. Jujur ia juga tidak memikirkan hal ini karena walau jarak jauh antara perusahaan dengan kediaman Garadha itu tidak terlalu menjadi masalah baginya, namun kedatangan Mark yang kembali lagi ke kediaman Garadha entah mengapa membuat Jacob cemas.
"Maaf jika keputusanku sudah membuatmu terkejut, "jawab Jacob.
"Tidak Mas, kamu tidak salah mengenai keputusan itu. Naya hanya ingin kedepannya sebelum melakukan sesuatu bisakah Mas memberitahuku lebih dulu jadi Aku bisa menyiapkan jawaban jika ditanya Mama dan Papa ataupun orang lain,"ujar Kanaya menundukkan kepalanya.
Melihat betapa hati-hatinya Kanaya dalam menyampaikan maksudnya membuat Jacob tersenyum.
"Lain kali pasti Aku memberitahumu lebih dulu. Sekarang kamu tidurlah Aku mau ke ruang kerja, "ujar Jacob.
"Baik Mas. "
Kaki Jacob melangkah keluar kamar lalu berjalan menuju ruang kerjanya. Entah apa lagi yang ingin dibicarakan oleh Mark. Namun Jacob sudah menebaknya jika tujaun Mark mengajaknya bicara itu mengenai dirinya dan Kanaya.
Ceklek
Pintu itu ia buka, terlihat Mark tengah menunggunya dengan duduk di atas sofa panjang Melihat kedatangan Jacob Mark menoleh kearahnya.
"Maaf lama membuatmu menungguku, ada apa? "tanya Jacob usai mendudukkan dirinya di sofa berhadapan dengan Mark.
"Aku rasa Kakak pasti tahu maksudku mengajak untuk berbicara, "ucap Mark.
Jacob tersenyum kecil, dia tidak tahu perasaan cinta seperti apa yang dimiliki Mark untuk Kanaya hingga dia yang biasanya menurut kini begitu berani padanya.
"Kanaya? Ada apa dengan istriku? "tanya Jacob dengan menekan kata 'Istriku'.
Senyuman mengejek terlihat dari sudut bibir Mark. Kaki yang semula lurus kini ia tumpukkan menjadi satu lalu menatap manik tajam kakaknya itu.
"Kakak masih bertanya? Bukankah Aku sudah memberitahumu jika Aku mencintai Kanaya jadi lepaskan saja dia untukku Kak. Kamu masih mencintai Alexsa kan? Aku tahu pertunangan kalian yang katanya ingin Kakak putuskan sampai detik ini belum juga Kakak lakukan. Jadi menurutku lepaskan saja Kanaya dan lanjutkan pertunanganmu dengan Alexsa, Kak, "ujar Mark.
Tangan kekar Jacob mengepal kuat, hingga buku-buku jemarinya memerah dan kukunya menancap pada telapak tangannya. Jacob tengah berusaha sekuat tenaga menahan amarahnya, dia sudah berjanji pada Kanaya akan berusaha mengontrol emosinya agar tidak meledak.
"Kanaya adalah istriku dan sampai kapanpun tidak akan Aku lepaskan sekalipun untukmu Mark."tegas Jacob lalu beranjak agar segera meninggalkan Mark disana.
"Ha ha ha ha, Kamu begitu serakah Kak. Ingin menahan Kanaya tetapi tidak mau melepaskan Alexsa. Jangan egois Kak, "ucap Mark dengan tawanya yang menggelegar.
Jacob yang sudah melangkah dan sampai di depan pintu ruang kerjanya berhenti lalu berkata.
"Aku memang belum memutuskan pertunanganku dengan Alexa tapi bukan berarti Aku tidak akan melakukannya. Jadi berhentilah mengharapkan Kakak iparmu, "tegas Jacob.
Usai mengatakan itu, Jacob menarik gagang pintu untuk membukanya lalu menutup kembali dengan sangat keras. Sangking kerasny sampai membuat Mbok Ira yang baru saja keluar dari kamar utama mengelus dadanya.
Ceklek
Jacob memasuki kamarnya dengan mata tajam menahan amarahnya. Darah mengalir dari telapak tangannya karena luka tancapan kukunya sendiri. Dia melihat sisi kasur dimana Kanaya tengah membaringkan badannya. Jacob menuju atas kasur membaringkan tubuhnya dengan kasar lalu memeluk tubuh Kanaya dengan sangat erat.
"Mas, "celetuk Kanaya terkejut.
"Biarkan seperti ini, Aku sedang menahan diri agar IED ku tidak kumat, "ucap Jacob menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher Kanaya.
Takut tentu saja, Kanaya masih teringat saat IED Jacob kambuh dengan segala kekacauan yang pria itu lakukan di depannya. Namun kali ini pria itu tidak mengamuk atau melampiaskan amarahnya. Jacob justru memilih memeluk tubuh Kanaya erat.
Walaupun perasaan takut masih menderanya, Kanaya mencoba menetralkan dirinya agar emosi Jacob mereda.
"Tidurlah, "ucap Kanaya seraya mengelus punggung kekar tangan Jacob yang membelit perutnya.
***
TBC