Seorang bocah ikut masuk dalam mobil online yang di pesan Luna tanpa ia sadari karena mengantuk. Setelah tahu bahwa ada bocah di sampingnya, Luna ingin segera memulangkan bocah itu, tapi karena kalimat bocah itu begitu memilukan, Luna memilih merawat bocah itu beberapa hari.
Namun ternyata pilihannya merawat bocah ini sementara, membawa dampak yang hebat. Termasuk membuatnya berurusan dengan polisi bahkan CEO tempatnya bekerja.
Bagaimana kisah Luna membersihkan namanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lady vermouth, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 34
Kepala Luna mengangguk saja. Dia tidak ingin memperjelas bahwa saat ini dirinya sedikit berdebar karena pria ini.
"Tanganmu ternyata tidak berdarah,” yakin Ian setelah meneliti tangan Luna.
“Bisa ... Bisa lepaskan tangan saya, Pak?” tanya Luna memberanikan diri. Meskipun terbata-bata, ia berusaha untuk mengatakan apa yang ada di dalam pikirannya sekarang.
“Oh, maaf.” Ian terkejut saat mendapati tangan Luna berada dalam genggamannya. Perlahan ia melepas tangan Luna. Seketika Luna langsung merasa bisa bernapas. "Aku akan bersihkan itu dan kamu temani Elio ..."
"Tidak," potong Luna cepat. Ian menatap perempuan di depannya. "Bapak yang duduk bersama Elio. Saya akan membereskan ini." Tidak mungkin ia menyuruh atasannya untuk membersihkan pecahan gelas sementara ia duduk menonton tv.
"Jadi kamu tidak ingin di bantu?"
"Tidak. Bapak ini atasan saya. Bos saya. Pemilik perusahaan tempat saya berkerja. Bagaimana mungkin saya membiarkan Anda melakukan ini," tunjuk Luna pada pecahan di lantai.
Ian tersenyum. "Saya atasan kamu ya ..."
"Tentu saja, Pak. Silakan ke depan, Pak." Tangan Luna mempersilakan pria ini segera ke depan. Kalau tidak, ia masih harus gugup yang ke berapa kalinya karena ulah pria ini yang aneh dan spontan.
...***...
Setelah Pak Ian pulang, Bi Muti yang tadi ikut mengantar bicara, " Kalian janji untuk bertemu pagi ini di sini?" tegur Bi Muti.
"Janji? Yang benar saja, Bi. Dia itu kan bos. Saya rakyat jelata. mana mungkin saya bisa buat janji hanya untuk berkunjung ke rumah ini ... Bi Muti nih mengada-ada."
Luna berjalan mendahului.
"Oh, iya. Memangnya kamu sudah punya pacar ya?" tanya Bi Muti mengagetkan. Luna menghentikan langkah dan membalikkan badan.
"Belum. Bi Muti mau nyariin?" canda Luna.
"Enggak. Cari saja sendiri. Oh ... ternyata belum." Bi Muti tampak berpikir.
"Memangnya kenapa, Bi?" tanya Luna penasaran. "Bi Muti jadi aneh deh."
"Bukan aku yang aneh, tapi atasan kamu. Pak Ian."
"Hei, kenapa jadi pembicaraan ke Pak Ian sih?"
"Karena Pak Ian yang tanya ke Bibi. Apa kamu pernah di antar pulang sama seorang pria, begitu."
"Ha? Pertanyaan apa itu?"
"Bi Muti pikir Pak Ian itu bukan ingin tahu kamu punya kekasih atau enggak, tapi lebih ke arah curiga kamu sedang bersama seseorang yang dia kenal."
"Kenapa begitu?" tanya Luna seraya mengerutkan kening.
"Karena saat Bibi menyebut nama Danar ... Yang bibi tahu pria yang pernah kemari kan dia. Bawahan Pak Ian itu. Pak Ian bilang bukan dia, tapi pria lain. Apa kamu memang lagi dekat dengan seorang pria ya? Pak Ian kayak tahu gitu. Pertanyaannya lebih ke memastikan saja." Kalimat Bi Muti panjang.
Pria lain? Apa yang di maksud Pak Ian itu Yuda? Pria lain yang pernah mengantar aku pulang ya, dia.
"Terus?"
"Ya, bibi bilang saja enggak tahu. Kan memang Bibi enggak tahu."
"Lalu kenapa Pak memastikan hal itu ya?" tanya Luna heran.
"Nahhh ... itu. Bibi sempat heran juga. Aneh banget kalau tanya-tanya begituan ya?" Bibi sependapat dengan Luna. Luna diam sejenak untuk berpikir. "Apa Pak Ian naksir kamu ya?" tanya Bi Muti yang langsung membuat Luna mendelik.
"Jangan mengambil kesimpulan yang aneh dong, Bi. Mengajak berkhayal itu. Kan enggak mungkin Pak Ian suka sama perempuan miskin macam aku. Lagipula ... dia punya kekasih dan sebentar lagi mau menikah," kata Luna.
..._____...