Dituduh mencelakai sang kakak, Shani di usir dan dihabisi oleh orang yang tidak menyukainya.
Datang kembali membawa dendam setelah bertahun-tahun untuk menghabisi pengkhianat itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31
Keesokan paginya polisi sudah menuju rumah Gea.
Tok ...
Tok ...
Tok ...
"Siapa sih yang datang," gumam Laras lalu ke depan dan membuka pintu.
Ceklek ...
"Hah!" kaget Laras karena ada polisi yang datang.
"Selamat pagi, Ibu."
"Iya pagi, ini ada apa yah?"
"Bisa bertemu dengan saudari Gea."
"Maaf anak saya dari kemarin belum pulang."
"Kami kesini atas laporan kriminal yang dilakukan oleh anak Ibu."
"Hah, maksudnya? saya gak paham ya Pak, emang kenapa dengan anak saya?"
"Anak Ibu dilaporkan atas otak dari kriminal yang terjadi di sekolah Arizaya High School dan yang jadi korban adalah sahabatnya sendiri yaitu saudari Julia Afgina."
Laras sangat terkejut.
"Tapi anak saya gak ada dirumah," kata Laras sebisa mungkin terlihat tenang.
"Kira-kira anak Ibu pergi kemana?"
"Saya tidak tahu Pak."
'Sialan anak itu, masalah apalagi yang dia buat.' Laras membatin dengan menahan kesal di wajahnya.
Polisi itu memutuskan untuk melacak keberadaan Gea.
Polisi yang ingin menjemput Fini juga mengalami hal yang sama.
"Apa mereka kabur?"
"Mungkin saja."
"Ayo kita lacak, jangan buat rakyat makin membenci kita karena tidak bisa menangkap bocah."
"Iya benar, ayo."
Para polisi itu memutuskan untuk menyelidiki lebih dalam dan masih dalam pencarian orang.
***
Shani pagi ini tidak masuk sekolah karena sibuk di markas.
"Aku tidak mau tahu, cari mereka berdua!" kata Shani dengan tegas.
"Baik Queen."
Shani sangat geram karena Gea dan Finni berhasil kabur.
"Sial, kabur kemana kalian!"
Sedangkan Aevan dari tadi mencari Shani disekolah.
"Mana yah dia," gumam Aevan.
Melihat Sifa, Aevan langsung menarik tangannya.
"Eh, jangan tarik ih."
"Diem!"
"Gue gak mau yah bicara sama lu, kenapa sih maksa banget!"
"Gue nanyak sama lu dimana Shani."
"Kenapa nanyak sama gue, aneh banget lu."
"Bukannya lu temannya yahh."
"Maaf ya Van, kalau pun gue tahu dimana Shani gak bakalan gue kasih tahu, ingat itu!"
"Lu berani yah sama gue."
"Lu ngancem gue."
"Menurut lu?"
"Sini Fa, ikut gue."
Sifa kaget karena tangannya tiba-tiba ditarik Bima.
"Woy Bim, gue masih mau ngomong sama Sifa."
"Gak usah dengerin dia," kata Bima membisiki Sifa.
"Tapi-"
"Udah diam," kata Bima yang terus menarik tangan Sifa.
Boy juga tidak masuk sekolah hari ini.
Tok ...
Tok ...
"Iya cari siapa?" tanya Flora.
"Emmm ... Julianya ada Tante."
"Kamu-"
"Saya teman satu kelas Julia."
"Ouh, ada kok Julianya ayo masuk."
Boy kemudian masuk dan duduk di ruang tamu.
"Nama kamu siapa Nak?"
"Boy Tante."
"Dari marga?"
"Aditya Tante."
"Ouu, kamu anaknya Tuan Haykal."
Boy tersenyum.
"Iya Tante."
"Wahh, jadi kamu anaknya Tuan Haykal sama Nyonya Keyla yah."
"Benar, Tante."
"Dunia bener-bener sempit yah, Tuan Haykal itu teman kerja suami saya."
"Ehehe ... kebetulan sekali ya Tante."
"Iya, ah tunggu sebentar. Mbok, Mbok Ijah."
"Iya Nyonya."
"Tolong buatkan minuman yahh."
"Iya Nyonya."
"Nak Boy, saya panggil Julianya dulu yahh."
"Iya Tante."
Flora pun naik ke atas.
Tok ...
Tok ...
"Sayang, Mama masuk yah."
"Iya Ma masuk aja."
Ceklek ...
"Ada apa Ma?"
"Itu dibawah ada temen kamu."
"Siapa?"
"Temuin aja dulu."
"Ouh, ya sudah Julia ke bawah dulu."
"Iya sayang, Mama mau ke kamar juga."
"Iya Ma."
Julia turun dan melihat Boy sedang minum.
"Boy," panggil Julia.
"Hey, Jul."
"Lu gak sekolah apa."
"Enggak, gue izin kok."
"Ngapain sih izin segala."
"Ya harus dong, kan jenguk lu."
"Hah, jenguk? gak salah denger gue."
"Enggak kok."
Julia terdiam sejenak tapi saling mencuri pandang.
"Makasih yah."
"Makasih kenapa?"
"Udah mau jenguk gue."
"Biasa aja kok."
Boy mendekati Julia.
"Gue mau nanyak sama lu?"
"Tanya apa?" sahut Julia kembali.
"Kenapa lu berantem sama mereka, bukannya lu sahabatan yahh."
"Itu ...?"
"Gak usah dijawab sekarang kalau lu keberatan tapi lu harus janji sama gue buat cerita."
"Kenapa minta gue cerita sama lu."
"Karena gue peduli sama lu."
Julia kemudian menitikkan air matanya.
"Lu kenapa nangis?" tanya Boy.
"Gue terharu."
"Terharu? kenapa terharu?"
"Selama ini gak satu temen pun yang peduli sama gue, lu satu-satunya yang peduli sama gue."
Boy langsung menyeka air mata Julia.
"Jangan nangis, gue selalu ada buat lu."
"Makasih yah."
"Iya, ouh iya gue minta nomor lu dong."
"Oh belum punya nomor gue yah, sini ponsel lu."
Boy pun menyerahkan ponselnya.
"Nih, udah gue catet."
"Oh, gue simpen yah."
"Iya."
Boy dan Julia pun saling beradu pandang dan ada getaran hati dan jatung mereka.
'Duh jantung gue napa sih,' batin Boy.
'Aaaa ... jantung gue mau copot,' batin Julia.
Flora yang melihat dari atas hanya geleng-geleng kepala.
"Dasar anak muda," kata Flora terkekeh.
***
Tuan Rayhan pergi menelpon Antoni.
“Halo Tuan Antoni,“ kata Tuan Rayhan dalam telponnya.
“Halo juga, ada apa Tuan Rayhan.“
“Bisa nanti siang kita ketemu,“ pinta Tuan Rayhan.
“Dalam rangka?"
“Ya untuk membahas masalah anak-anak aja disekolah, saya tahu anda punya banyak saham dan donator terbesar disana.“
“Dimana?“
“Nanti saya sharelok yah dimana nanti bertemu.“
“Baiklah, saya ada kerjaan lain yah.“
“Iya, terima kasih atas waktunya ya Tuan.“
“Iya.“
Tuan Rayhan menutup telponnya.
"Aku harus bisa mengajak Tuan Antoni kerja sama," gumam Tuan Rayhan.
Sedangkan Antoni hanya mengernyitkan alisnya.
"Aneh, kenapa dia mengajak bertemu."
Tapi Antoni tidak begitu peduli yang pasti sekarang dia ingin meluruskan masalah anaknya.
"Aku harus pastikan anak ingusan itu mendekam dipenjara," gumam Antoni lagi.
***
Shani dan Arga pergi ke markas musuh.
Dor ...
"Habisi mereka!" kata Shani sambil menembak anggota A'X.
Dor ...
Dor ...
"Brengsek!" maki Aldo yang sudah memegang pistol.
"Serang dia," kata Agra pada anggotanya.
Shani langsung melompat dan menembak anggota A'X dari atas.
Dor ...
Dor ...
"Aku sudah muak dengan mafia kalian, A'X."
Shani melempar granat sampai plafon markas runtuh.
Doarrr ...
Brak ...
"Akhhhh ..." ringis anggota A'X.
"Kenapa kalian diam saja, ayo lawan!" teriak Aldo.
"Kami tidak berani melawan Meteor, Tuan saja yang lawan." Mereka semua kabur dan meninggalkan markas terbirit-birit.
"Kejar mereka!" titah Arga.
"Ayo," kata anggota The Meteor yang langsung mengejar A'X yang melarikan diri.
"Brengsek kalian!" teriak Aldo.
Bugh ...
Bugh ...
Bugh ...
"Kamu dan yang satunya itu sama saja, dimana mereka berdua?" tanya Shani menanyakan keberadaan Gea dan Fini.
"Cuih, gue gak akan kasih tau lu anjing!"
Bugh ...
Shani menekan pipi Aldo dengan pistol.
"Katakan sekali lagi."
"Ekhh ..." ringis Aldo menahan sakit dipipinya. 'Brengsek!' maki Aldo dalam hatinya.
"Aku beri waktu," kata Shani lagi dengan muka datarnya.
Aldo masih diam.
"Satu," kata Shani.
Masih diam saja tak menjawab pertanyaan Shani.
"Dua," kata Shani lagi dengan muka yang lebih datar.
'Sial, gimana ini gue tau Queen Meteor sangat kejam dan sadis.
"Heh," decih Shani dengan senyum tipisnya.
Dor ...
Otak Aldo keluar karena tembakan dan peluru itu mennembus kepala Aldo.
Arga hanya memejamkan matanya karena tidak sanggup melihat kekejaman Shani.
"Bawa tubuhnya ke markas," titah Shani pada anak buahnya.
'Kemana kalian.' Shani membatin sambil memegang pistolnya dengan erat.
***
♥️DUKUNG KARYA INI DWNGAN LIKE DAN KOMENTAR SERTA VOTE KEMUDIAN FOLLOW AKUN TIKTOK ♥️
semoga ada season 2 nya
dari awal sampek sini padahal Arga dan Dara yang selalu ada disisi Shani
untung aku nya mudeng sama alur ceritanya..