Namanya Kevin. Di usianya yang baru menginjak angka 20 tahun, dia harus mendapati kenyataan buruk dari keluarganya sendiri. Kevin dibuang, hanya karena kesalahan yang sebenarnya tidak dia lakukan.
Di tengah kepergiannya, melepas rasa sakit hati dan kecewa, takdir mempertemukan Kevin dengan seorang pria yang merubahnya menjadi lelaki hebat dan berkuasa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Saat Sarapan Pagi
"Om Mario serius?" Nadira langsung memastikan, tanpa bisa menutupi rasa terkejutnya.
"Apa kamu lihat Om kami ini sedang bercanda?" Mario membalas tatapan keponakannya disertai senyum tipis setelah berkata.
"Para penyumbang donasi bakalan gempar nih," Nadira nampak begitu sumringah.
"Biar anak anak mereka nggak seenaknya menindas yang lemah," ujar Mario. "Mereka perlu dikasih pelajaran, kalau di atas langit masih ada langit."
Nadira langsung mengacungkan jempol. Kevin masih setia dengan diam dan rasa bingungnya, sedangkan Hernandez, menatap Mario penuh tanya.
Menurut Hernandez, ada yang aneh dari sikap Mario. Tidak biasanya dia bersikap seperti itu. Yang Hernandez tahu, Mario pernah bilang, tidak akan menambah kekuasaan bisnisnya di negeri ini, karena menghormati dirinya.
Di saat Hernandez sedang bergelut dengan benaknya, dia dan semua yang ada di meja makan, dikejutkan dengan suara sepatu yang melangkah ke arah mereka.
"Loh, Om Pedro?" seru Nadira begitu melihat siapa yang datang.
"Hallo, Nona cantik," sapa pria yang baru saja disebut namanya. "Ini, Tuan, barang yang anda minta," pria itu menunjukan sesuatu pada Mario.
"Serahkan hadiah ini untuk dia," tunjuk Mario dan hal itu kembali sukses membuat Hernandez dan Nadira terkejut.
Pedro mengangguk patuh, lalu melangkah, mendekat ke arah Kevin. "Silahkan, diterima, Tuan muda?"
"Apa ini?" Kevin semakin kebingungan sambil menatap kotak kecil berbentuk balok dan terbuat dari kaca yang ada di tangan Pedro.
"Itu uang jajan buat kamu," jawab Mario. "Karena sekarang, kamu menjadi anaknya Hernandez, berarti kamu keponakanku juga."
Kevin tertegun untuk beberapa saat, menatap semua mata yang sedang menatapnya.
"Udah, ambil saja, lumayan, isinya satu M," bujuk Nadira. "Buat aku mana, Om?"
"Astaga, Ayah kamu kan udah kaya," ucap Mario.
"Eh, nggak bisa! Kalau itu beda."
Mario sontak tersenyum lebar. "Nanti, biar Om Pedro yang transfer."
"Sip!" Nadira langsung kegirangan.
"Pedro, kamu awasi mereka di kampus. Kalau ada yang macam-macam, jangan segan-segan untuk mengambil tindakan."
"Baik, Tuan."
Beberapa menit kemudian, Kevin dan Nadira pun berangkat. Di meja makan kini hanya ada Hernandez dan Mario.
"Sekarang, jelaskan pada saya, apa tujuanmu, mau mengambil alih kampus itu?" Hernandez langsung melempar pertanyaan karena rasa penasaran yang sudah tidak terbendung.
"Tujuan apa?" Mario malah bersikap pura-pura tak mengerti. "Nggak ada tujuan apa-apa."
"Nggak perlu berbelit! Aku tahu, kamu pasti memiliki maksud terselubung. Kamu pikir, aku tidak mengenal kamu apa gimana?"
Mario langsung tersenyum lebar. "Baiklah, nanti aku kasih tahu, jika semuanya sudah jelas."
Tiba-tiba salah seorang asisten rumah tangga mendekat dan Hernandez kembali dibuat terkejut kala asisten tersebut menyerahkan sesuatu pada Mario.
Pikiran Hernandez pun langsung berkelana kemana-mana begitu melihat kejadian di depan matanya.
####
Rcancer Univercity adalah tempat kuliah swasta bergengsi bertaraf internasional. Universitas yang berdiri sejak puluhan tahun yang lalu, menjadi incaran para anak muda berprestasi yang ingin mewujudkan cita-citanya.
Sudah banyak lulusan kampus tersebut yang berhasil meraih mimpi mereka. Selain karena kemampuan para mahasiswanya, nama kampus juga menjadi salah satu pendukung yang bisa menentukan para lulusan layak di terima atau tidak untuk bekerja di tempat yang diinginkan.
Namun sayang, kualitas kampus tersebut, beberapat tahun ini, harus ternoda, kala beberapa oknum mulai menggunakan nama kampus untuk kepentingan pribadi.
Hal itu bisa dilihat dari kesenjangan yang sangat mencolok mata, antara perlakuan mahasiswa dari keluarga kaya dengan mahasiswa dari keluarga mengenah ke bawah yang menggunakan jalur beasiswa.
Hal itu juga yang menjadi penyebab tumbuhnya praktek perundungan serta turunnya kualitas kampus di mata banyak orang.
Seperti pagi ini, ada saja pemandangan, yang membuat siapapun miris menyaksikannya. Di beberapa sudut, ada beberapa mahasiswa yang sedang mendapatkan perlakuan tak menyenangkan dari mahasiswa lain.
Belum lagi sikap senioritas. Banyak para senior yang berbuat semena-mena pada junior mereka. Tindakan anak-anak itu kadang sampai diluar batas hingga mahasiswa yang menjadi korban kadang memilih mengundurkan diri.
Sedangkan jajaran pembimbing dan pekerja umum di sana, mereka sengaja tutup mata demi kelancaran dana yang masuk. Karena mereka tahu, anak anak yang melakukan tindakan tak terpuji, kebanyakan anak-anak dari orang kaya dan pejabat.
"Eh, kamu, sini!" Titah seorang mahasiswa yang akrab dipanggil Argo. "Kamu temannya Kevin kan? Katakan padaku, dimana Kevin sekarang?"
Sementara itu mahasiswa yang ditanya Argo menggeleng dengan tatapan bingung. "Aku sudah beberapa hari ini tidak ketemu Kevin."
"Nggak usah bohong kamu!" bentak Argo. "Katakan, dimana tempat persembunyian Kevin!"
"Sumpah! Aku nggak tahu."
"Minta dihajar kamu, hah!" bentak salah satu temannya Kevin.
"Serius, aku nggak tahu, Kevin tinggal dimana sekarang," anak itu pun mulai ketakutan.
Di saat bersamaan, perhatian mereka tiba-tiba beralih pada anak anak lain yang berlaian menuju satu arah.
"Ada apa ini? Kok mereka pada lari ke gerbang kampus?" tanya salah satu teman Argo.
"Nggak tahu, coba nanti aku tanya, kan." Satu teman Argo yang lain, mencegat seorang mahasiswa dan menanyakan apa yang terjadi.
"Ada apa?" tanya Argo, begitu temannya mendekat.
"Katanya ada anak baru, dia anaknya donatur utama kampus ini," jawab sang teman.
"Donatur utama?"
"Katanya sih. Kampus ini akan diambil alih oleh donatue utama."
"Wahh! Hebat banget! Sekaya apa orang itu, sampai mau mengambil alih kampus semewah ini?" ujar teman Argo.
"Daripada penasaran, lebih baik kita ikut ke sana. Aku pengin lihat, tampang anaknya seperti apa," usul Argo dan langsung disetujui teman-temannya
Argo dan teman-temannya langsung bergerak menuju area depan kampus. Sesampainya di sana mereka dibuat heran dengan apa yang mereka saksikan.
"Kenapa ada kepala kampus segala?" gumam teman Argo. "Mereka seperti sedang menyambut kedatangan orang penting."
"Iya, nggak biasanya mereka seperti itu," sahut teman Argo yang lain. "Saat orang tua kita datang juga, mereka tidak melakukan penyambutan seheboh itu."
"Berarti, orang yang datang ini benar-benar orang yang istimewa," ucap seorang wanita yang ikut ke dalam gerombolannya Argo.
"Wahh, kira-kira, sekaya apa orang yang bisa membuat jajaran kampus sampai menyambutnya?"
"Kita lihat aja," ujar Argo. "Nanti kalau udah tahu anaknya seperti apa, kita dekati. Ajak dia bergabung ke dalam gank kita, gimana?"
"Setuju! Biar kita makin disegani, ya kan!"
"Pastinya! Hahahaa..."