Dalam menimba ilmu kanuragan Getot darjo memang sangat lamban. Ini dikarenakan ia mempunyai struktur tulang yang amburadul. hingga tak ada satupun ahli silat yang mau menjadi gurunya.
Belum lagi sifatnya yang suka bikin rusuh. maka hampir semua pesilat aliran putih menjauh dikala ia ingin menimba ilmu kanuragan.
Padahal ia adalah seorang anak pendekar yang harum namanya. tapi sepertinya pepatah yang berlaku baginya adalah buah jatuh sangat jauh dari pohonnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ihsan halomoan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kemarahan Getot
Suara-suara aneh menggema di sekeliling Getot. Makhluk-makhluk yang tak pernah ia lihat sebelumnya, ular-ular yang bertebaran di mana-mana, membuatnya hampir kehilangan akal sehat. Seumur hidupnya, baru kali ini ia menyaksikan pemandangan mengerikan seperti itu. Getot dilanda kepanikan, merasa terperangkap di alam yang asing. Di hadapannya terbentang sebuah kerajaan yang dipenuhi makhluk-makhluk halus. Bahkan, ia melihat beberapa di antaranya sedang berkelahi, dan yang lebih membuatnya merinding, banyak makhluk yang seolah tak kasat mata selalu mengikuti gerak-gerik manusia.
"Apa ini...? Apakah aku sedang bermimpi? Atau aku berhalusinasi...?" gumam Getot kebingungan dan ketakutan.
Tiba-tiba, suara geraman Udhet membuyarkan semua pemandangan aneh itu. Getot tersadar dari keterkejutannya.
"Grokk grokkk grokk," suara Udhet terdengar.
"Wah, syukurlah semuanya menghilang. Aku pikir aku sudah terperangkap di alam lain. Mengerikan sekali," ujar Getot lega.
"Apa itu semua tadi, Udhet?" tanyanya.
"Grokk grokk," jawab Udhet.
"Hah? Kerajaan alam ghaib? Aku bisa melihatnya? Lalu, apa yang sebenarnya terjadi padaku? Pikiranku jadi kacau karenanya. Rasanya aku hampir gila," keluh Getot.
"Grokk grokk," balas Udhet.
"Jadi, inikah akibat gigitan ratusan ular itu? Panca inderaku jadi terbuka seluruhnya?" tanya Getot, mencoba memahami.
"Grokkk grokk," sahut Udhet.
"Tapi, apa hubungannya panca indra dengan bisa ular? Bukankah seharusnya aku mati?" Getot kembali bertanya dengan bingung.
"Grokkk grokk grokk," jawab Udhet lagi.
"Hah?? Ular ini pun bukan sembarang ular? Lalu...?" Getot semakin penasaran.
"Grokk grokkk," Udhet kembali berbunyi.
"Gilaa!! Ular jin katamu...!!" seru Getot tak percaya.
"Grokkk," balas Udhet singkat.
"Lihatlah? Lihat apa? Aku masih melihat dengan jelas ratusan ular ini," kata Getot, menunjuk sekelilingnya.
Namun, beberapa saat kemudian, keanehan terjadi. Getot melihat ular-ular itu perlahan berubah menjadi bayang-bayang, dan tak lama kemudian, menghilang sepenuhnya dari pandangannya.
"Huaahh...!! Kau benar. Mereka tiba-tiba saja menghilang," ucap Getot terkejut.
"Grokk grokkk," sahut Udhet.
"Ya... aku memang haus, Udhet. Apa kamu membawa minum untukku?" tanya Getot.
Tiba-tiba, dari dalam mulut Udhet muncul sebuah kendi. Ulat raksasa itu menjulurkan lidahnya ke bawah, tepat di hadapan Getot.
"Wah, tumben kamu baik, mengerti keadaanku. Terima kasih, Udhet. Aku memang haus sekali," ujar Getot terharu.
Getot segera meneguk air dari kendi itu. Sudah dua hari ia tidak minum, hingga air putih itu terasa sangat menyegarkan, melebihi segarnya air pegunungan.
"Wuaahhh, nikmatnya. Padahal cuma air putih, tapi ini segar sekali seperti air pegunungan. Hei, Udhet, apakah di sini ada air dari pegunungan?" tanya Getot.
"Grokk," jawab Udhet.
"Tidak?? Hmm, tapi air ini jelas bukan dari kolam mata air biasa. Ini lebih segar," gumam Getot.
"Grokk grokkk," balas Udhet.
"Oh, pantas saja. Air ini sudah kamu beri ramuan rupanya. Hmmm, ramuan apa, Udhet?" tanya Getot curiga.
"Grokk grokk," jawab Udhet.
"Ohh, untuk membutakan mataku? Pantas air ini segar sekali," kata Getot dengan nada sinis.
"Grokk grokkk," balas Udhet.
"Baiklah kalau memang begitu. Berarti hari ini latihan... eh eh eh... tadi ramuan apa, Udhet?" tanya Getot, menyadari ada yang janggal.
"Grokk," jawab Udhet.
"Hahah! Kamu pasti bercanda, kan?" Getot tertawa hambar.
"Grokk," balas Udhet datar.
"Apa maksudmu meracuniku agar aku buta, hah?? Kamu memang benar-benar gila...!!!" bentak Getot.
"Grokkk," jawab Udhet tenang.
"Hanya sementara katamu? Dan ingin mengujiku? Tapi mengapa harus meracuniku...??!!" Getot masih tidak terima.
Saat Getot masih berbicara, penglihatannya mulai kabur. Perlahan, muncul titik gelap di matanya yang semakin membesar, dan dalam sekejap, ia benar-benar buta.
"Hei, hei... Udhet... aku tak dapat melihat... kamu tega... kamu seperti tidak pernah puas menyiksaku. Dan sekarang kamu telah membutakan mataku...!!" raung Getot putus asa.
"Grokkk," jawab Udhet.
"Ini adalah bagian dari latihan katamu...?? Latihan macam apa ini??" tanya Getot dengan nada marah dan bingung.
Tiba-tiba, lidah Udhet menjulur cepat ke arah Getot.
Wuss...
Walaupun buta, Getot dapat merasakan arah serangan itu. Bahkan, ia bisa memperkirakan kecepatan lidah Udhet. Namun, karena ia masih belum mengerti maksud dari semua ini, lidah Udhet berhasil mengenai perutnya.
Bugg...
"Heghhh," erang Getot kesakitan saat tubuhnya terlempar membentur dinding tanah.