TAMAT
"Ingat, kau milikku Kiar!" Sorot menusuk dari mata hazel Tuan mafia menyandera gejolak gadis itu.
Adalah Kiara Elga, nama janda kembang berusia 20 tahun. Sebuah peristiwa menakutkan membawa gadis malang itu kepada seorang mafia.
Dave Myles nama dari ketua sekumpulan rahasia yang terkenal dengan pengaruh besarnya di bidang politik, 28 tahun usianya, sukses, tampan, gagah, tapi sialnya adalah Kiara hanya istri sirinya.
Bukan main, hanya dalam waktu satu hari saja, Kiara mampu membeli berhektar-hektar tanah sawah di kampung halamannya.
Welcome para pembaca baru karya ku, Yeay, anda telah memasuki zona bucin akut beracun🔥
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Melamar kerja
Siang ini di Indonesia cukup terik. Padahal setiap malam Jakarta selalu diguyur hujan lalu siang harinya sinar matahari membakar pori-pori.
Beruntung di ruang tunggu ini sudah dilengkapi dengan AC, dan Kiara Elga tengah termenung di tengah-tengah antrian panjang interview kerja.
Hanya bermodalkan ijazah SMA Kiara melayangkan lamaran pada sebuah perusahaan kuliner yang cukup dikenal di negaranya.
Yang melamar pekerjaan di sini, biasanya ditempatkan menjadi pelayan atau kasir di sebuah restoran, kantin sekolah dan kantin perusahaan.
Tergantung di mana nantinya HRD perusahaan kuliner itu menempatkan calon karyawan dan karyawati baru mereka.
Sudah lima perusahaan yang Kiara kunjungi, dan semuanya menolak karena minimnya pengalaman Kiara dan nilai rendah di lembar transkrip miliknya.
"Semoga kali ini lamaran ku diterima. Kalau terus ditolak, bisa-bisa uang ku selesai sebelum bulan depan." Gumamnya lirih.
Kiara menghela napas dalam. Harapan masih melambung tinggi. Kiara sudah membayar kontrakan rumah sederhana untuk satu tahun ke depan. Semoga saja ia bisa bertahan hidup dengan sisa uang dari Dave.
Berat memang melupakan sekelumit kenangan bersama sang suami yang begitu terlihat ideal. Tapi Kiara yakin, dia mampu menepi dari peran penggantinya.
...⭕⭕⭕...
Kita beralih kepada ruangan formal yang tak jauh dari tempat duduk Kiara. Ruang yang di dominasi warna merah muda ini milik owner dari perusahaan kuliner yang Kiara datangi.
Pemuda tampan bernama Rega Putra Rain itu duduk merengut di atas kursi putar sang Ibunda. Perusahaan kuliner yang dahulunya hanya beroperasi di perusahaan saja kini merebak ke beberapa titik seperti mall, kantin sekolah, restoran pom bensin dan lainnya.
Minggu Minggu ini seharusnya Rega menikmati liburan semester. Tapi sang ayah justru mengajaknya berkenalan dengan salah satu perusahaan yang akan diturunkan padanya.
"Sayang."
Rega menoleh protes pada lelaki paru baya yang sangat tampan itu. Namanya Raja, ia termasuk dari jajaran crazy rich di negara ini.
"Ayolah, stop panggil Sayang ke Rega! Rega sudah gede! Malu didengar orang Pi!" Tolak pemuda itu.
"Seberapa pun gede nya kamu, Rega tetap anak kesayangan Papi Mami." Kimmy sang Ibunda mengusap lembut pucuk kepala putranya.
"Hayys. Nggak asyik!" Rega menepis tangan ibunya. Dia manusia manja yang tak mau diperlakukan seperti anak-anak.
"Sekarang keluar dari sini. Rega keliling kantor ini. Supaya Rega bisa melihat bagaimana cara kerja mereka secara langsung." Suruh Kimmy.
Raja mengangguk. "Hmm. Kebetulan hari ini ada penerimaan karyawan baru, Rega boleh mengunjungi lebih dulu ruang interview."
"Ogah!"
"Jangan gitu dong Rega!" Sela Kimmy. Tak dipungkiri, putranya ini benar-benar pembangkang tingkat dewa.
"Rega nggak tertarik kerja di perusahaan Mami!" Pemuda itu mendorong kecil buku resep turun temurun perusahaan ibunya.
"Apaan begini? Ngurusin makanan doang, nggak keren! Rega mau langsung pegang perusahaan X-meria!" Imbuhnya.
"Dari bawah dulu Rega." Kata Kimmy.
"Basic Rega bukan di kuliner! Tapi di bagian tekhnologi! Rega suka jadi pengembang aplikasi. Pencipta perangkat keras, dan lain sebagainya, bukan makanan kayak gini!" Rega merutuk.
"Lalu? Kamu pikir Papi mau kasih kamu kepercayaan sementara kamu sendiri pembangkang?"
"Ck!" Rega berdecak.
"Coba dulu satu hari di sini, setelah itu kamu boleh protes." Kata Raja dan Kimmy mengangguk.
Rega bangkit dari duduk meski dengan wajah merengut. Langkahnya gontai keluar dari ruangan ibunya.
Terpaksa sekali Rega mengikuti aturan ayahnya. Tiba di luar, Ferdian sang asisten menyambut. Laki-laki 30 tahun itu asisten personal pilihan ayahnya.
"Siang Tuan muda. Mulai hari ini kita akan mempelajari sistem operasi perusahaan ini. Mari." Ajaknya.
"Hmm." Rega mengikuti langkah kaki pria itu.
Ferdian tersenyum. "Mengurus perusahaan besar itu harus sering-sering terjun langsung ke bawah Tuan. Supaya Tuan muda tahu lebih banyak bagaimana para pekerja Tuan ikut berkontribusi memajukan perusahaan ini."
"Hmm." Rega menyahut tak bersemangat. Lalu, Ferdian menunjuk satu ruangan yang dipenuhi pelamar kerja.
"Lihat Tuan muda. Di luar sana calon karyawan karyawati tengah duduk harap-harap cemas mengharap pekerjaan dari perusahaan ini, seharusnya Tuan muda bersyukur bisa menjadi bagian dari perusahaan ini tanpa harus mengantri panjang seperti mereka."
Rega mengikuti arah pandangan asisten personalnya, di mana banyak orang mengenakan pakaian hitam putih, menunggu pengumuman.
"Hah! Mbak Mbak jutek itu!" Rega melotot, ada wajah cantik Kiara di antara para pelamarnya.
"Ada apa Tuan?" Ferdian bertanya serius.
"Apa mereka yang melamar pekerjaan di perusahaan ku?" Rega menoleh pada asistennya.
"Betul."
"Mereka sudah di interview?"
Ferdian mengangguk. "Sudah, bahkan kami sudah mendapatkan hasil dari interview nya."
"Mbak yang cantik itu diterima tidak?" Rega menunjuk satu perempuan paling cantik di antara yang lainnya yaitu Kiara.
"Saya kurang tahu Tuan." Geleng Ferdian.
"Di mana ruang HRD nya?"
"Di sana." Ferdian menunjukkan satu ruangan dengan kelima jarinya.
"Kalau begitu, tunggu sebentar!" Gegas Rega berjalan menuju ruangan yang Ferdian tunjuk.
"Kenapa Tuan?" Laki-laki itu mengikuti langkah cepat sang Tuan.
"Diam saja dulu!"
"Iya." Nurut Ferdian.
Pintu terbuka seiring dengan masuknya langkah panjang Rega. Di dalam sana Vera masih menyortir data-data pelamar yang akan ia berikan kesempatan kedua nantinya.
"Tuan." Begitu Rega masuk Vera berdiri memberikan tundukkan kepala.
Rega berdiri tepat di sisi meja Vera. "Mana hasil interview hari ini? Siapa saja yang diterima bekerja di perusahaan ku?"
"Hah?" Vera menoleh pada Ferdian.
"Berikan saja." Kata Ferdian sembari mengedipkan sebelah matanya.
Vera mengangguk lalu mengambil dan menyodorkan map berisi hasil interview hari ini. "Silahkan Tuan muda."
Rega meraihnya kemudian membaca nama-nama dari daftar pelamar yang diterima. Terkejutnya adalah, tak ada nama Kiara di sana.
"Kenapa nama Kiara tidak ada?" Rega memberikan tatapan menusuk pada Vera.
Vera mencari nama Kiara dan nama itu masuk ke dalam daftar yang ditolak.
"Maaf Tuan muda. Selama ini kami hanya menerima pekerja yang transkrip nilainya bagus saja. Terlebih, Nyonya Kiara ini juga sudah janda." Jelas Vera.
"Janda?" Entah lah, Rega menyukai informasi ini.
Vera mengangguk. "Iya Tuan. Apa lagi, selama ini dia tidak memiliki banyak pengalaman kerja."
"Gimana ada pengalaman kerja kalau kau saja tidak memberikan kesempatan bekerja?" Rega meninggikan suaranya.
"Tapi, ..."
"Terima dan tempatkan Kiara di outlet yang paling dekat dengan domisilinya." Putus Rega.
Vera menggaruk tengkuk. "Maaf sebelumnya, tapi apakah Tuan muda mengenal, ..."
"Tidak perlu tahu. Tugas mu menuruti apa kata ku!" Sela Rega.
"Baik Tuan." Vera mengangguk.
"Hmm. Sekarang aku mau CV nya." Rega meminta data-data lengkap Kiara.
"Ini Tuan." Kembali Vera menyodorkan lembar kertas yang Rega inginkan.
Rega menyengir saat menerimanya. Setelah satu Minggu ini dibuat penasaran dengan Mbak jutek itu, pada akhirnya nomor telepon Kiara bisa ia dapatkan juga. Terlebih, status janda Kiara lumayan menjadi angin segar baginya.
"Kita lanjutkan kegiatan kita Tuan?" Ferdian mengingatkan tujuan awalnya, lalu dijawab dengan anggukan kepala Rega.
"Oya, bilang juga ke Mami Papi, aku mau belajar mengurus perusahaan ini." Katanya menyengir.
"Beres Tuan muda." Ferdian tersenyum.