Istri 30 Trillion Mr. Mafia
...Wait, bagi yang tidak suka dengan adegan dewasa, ini bukan novel yang pas untuk kalian, pengennya tidak ku tuliskan adegan ranjang, tapi konflik di cerita ini adalah seputar itu. Jadi sulit menghindari adegan tersebut. Aku tidak akan menyuruh kalian bijak, karena aku sendiri belum bisa bijak dalam membuat nopel. Jadi sebelum terlanjur baca, mari tinggalkan nopel ini secepatnya....
"Bos yakin meninggalkan Nona Angel sendiri di sini?" Di sela langkah setelah tertabrak seorang gadis, Marvin bertanya pada Dave yang melangkah gagah di sisinya.
"Aku yakin, Indonesia masih menjadi negara yang paling aman untuknya." Sahut Dave.
"Kau sangat menyayanginya Bos." Dave tersenyum kecil menanggapi pertanyaan asisten personalnya.
Dave, Marvin beserta rombongan menapaki satu persatu anak tangga pesawat. Tak seperti biasanya, entah kenapa kali ini Dave ingin terbang dengan pesawat komersial.
Marvin tersenyum samar menyadari nama dari salah satu boarding pass di tangannya bukan milik Dave melainkan milik gadis desa yang menabraknya beberapa saat lalu.
"Bos!" Marvin menunjukkan lembaran tersebut pada sang Tuan.
Dave terkekeh melihat nama Kiara tertera di sana. Keduanya melanjutkan langkah menuju First class.
"Yeay, asyik."
Sontak Dave membuka kacamata hitamnya, ia terpana melihat sosok mungil yang asyik memantul mantulkan pantatnya pada permukaan jok first class yang seharusnya menjadi miliknya.
"Empuk banget."
Jadi rupanya, gadis ini yang menabrak Marvin hingga mereka tertukar boarding pass.
Di sisi pintu first class, Dave berdiri terkesima, debaran jantung tiba-tiba mengencang tak seperti biasanya. "Giselle."
"Aku setuju, kalau gadis ini mirip Nona Giselle Bos." Marvin berbisik dan Dave sangat sependapat.
Marvin memberikan boarding pass pada salah satu awak kabin. "Milik kami tertukar, dan Dave Myles itu laki-laki, kau paham cantik?" Katanya.
"Maaf atas ketidaktelitian saya Tuan." Marvin memberikan cebikan bibir saat awak kabin menundukkan wajah sesal.
Perempuan berseragam ketat itu melangkah menuju Kiara yang sibuk menikmati sofa empuknya. "Maaf Nyonya, kami salah membawa Anda, tempat duduk Anda di sana."
Kiara merengut lalu menoleh ke belakang, di mana tempat duduk itu mirip seperti bis yang pernah dia tumpangi. "Yah, padahal Kiar suka di sini." Ujarnya.
"Tapi ini prosedur, mari Nyonya, ..."
"Biar dia di sini bersama ku." Potong Dave kemudian. Pria itu duduk tepat di sisi Kiara yang masih setia dengan kebingungannya.
"Tapi, ..."
"Asisten ku yang akan duduk di sana." Dave memberikan kode mengusir dengan mencuatkan wajahnya ke arah lain.
"Baik Tuan." Untuk seorang Dave, apa sih yang tidak. Mungkin wajah Dave asing, tapi Marvin sangat di kenal para pramugari cantik.
Mengetahui Dave Tuan muda atasan Marvin, perempuan itu menjadi segan.
Marvin mendengus. Itu berarti, Marvin yang terpaksa duduk di kursi kelas ekonomi demi menggantikan Kiara.
"Bos serius?"
"Hmm." Kibasan tangan Dave mengusirnya. Lalu, lelaki itu menurut.
"Ekm!" Berdehem kecil. Sesekali Dave melirik ke kanan, sebenarnya apa yang dia lakukan?
Hanya karena gadis bernama Kiara ini mirip wajah mantan kekasihnya, Ia tertarik untuk duduk bersisian dengan gadis itu.
"Sayang, kecantikan mu tenggelam oleh sikap kampungan mu." Meski mirip, kenyataannya gadis ini bukan Giselle pujaannya.
Cukup puas Kiara menikmati pemandangan di luar jendela. Kiara menoleh pada Dave kemudian menarik-narik jaket jeans yang pria tampan itu kenakan.
"Eh Mas, jadi kita dapet tempat duduk yang sama kah?"
"Begitulah." Dave tak menoleh barang secuil. Tangannya melipat mencoba memejamkan mata.
"Jadi itu Mbak pramugari nya yang salah kan? Tempat duduk ku beneran yang ini kan?" Ulang Kiara lagi memastikan.
"Hmm."
"Bagus, Kiar lebih suka di sini, kalo di belakang joknya biasa, Kiar nggak betah, takut muntah Kiar nya."
Senyum kecil Dave terbit tanpa sadar. Rupanya gadis desa ini lumayan tidak tahu diri juga.
"Ini gimana caranya?" Kiara mengutak-atik sabuk pengaman miliknya setelah ada instruksi dari awak kabin.
Dave menoleh lalu mendekat, ia tarik sabuk pengaman dari kanan dan kiri pinggang ramping Kiara, kemudian mengaitkannya.
Klekk....
"Oh, cuma gini doang?"
Dave menatap wajah Kiara. Cengiran giginya bergingsul yang mana membuat gadis itu semakin mirip seseorang yang spesial di hatinya.
"Makasih Mas."
"Hmm."
"Maklum Mas, Kiar baru permata kalinya naik pesawat, jadi bingung. Kalo Mas ganteng sendiri pasti sudah sering yah? Mas kerja di PT atau di perumahan?"
"Perumahan?" Dave menaikkan sebelah alisnya. "Maksudmu?"
"Perumahan, kayak Kiara, kalo Kiara kan ke Britania raya mau jadi pembantu rumah tangga, Kiara mah cuma bisa jadi itu, soalnya Kiara cuma lulusan SMA."
"Oh." Pentingnya apa sih percakapan ini? Ya Tuhan, Dave bahkan tidak tertarik sama sekali, tapi entah kenapa dia menyahuti.
"Mas nya kerja apa?" Ulang Kiara kembali.
"Sekarang menganggur."
"Jangan kebanyakan nganggur Mas, kasian nanti anak istrinya mau di kasih makan apa?"
"Nasi."
"Iya sih, tapi kan, ..."
"Khaaaa, ..." Dave menahan tawa saat Kiara membulat matanya penuh.
"Ya Tuhan, Ya Tuhan, Ya Tuhan, selamatkan aku, ya Tuhan, ..." Mulut Kiara komat-kamit setelah pesawat mulai naik.
Segala doa dia lantunkan sebisanya, tak kuasa Dave menahan tawa, hingga akhirnya ia membuang muka ke arah lain untuk mengulum tawa tipisnya.
Cukup menghibur juga gadis ini. Tidak sia-sia dia duduk di sisinya. Gadis norak yang baru pertama kalinya naik pesawat.
Plukkk...
Setelah beberapa menit. Tak terdengar suara lagi, kembali Dave menoleh pada gadis itu. Dan kepala Kiara telah nyaman di pundaknya.
"Hanya karena takut, dia memilih tidur." Dave bergumam sembari membetulkan kepala gadis itu dengan menoyor kan ujung jari telunjuknya.
Tidur atau pingsan, Dave tak mau ambil pusing. Lelah, Dave pun memilih tidur untuk mengistirahatkan otak dan tubuhnya.
Sudah cukup Dave memforsir diri. Ini saatnya pulang ke negara kelahirannya.
Kurang lebih 17 jam rata-rata waktu penerbangan dari Jakarta ke London.
"Bos, ..." Beberapa tepukan di lengan membuat Dave membuka mata, sepertinya pesawat sudah mendarat
Dave menyipit netra hazelnya mendapati pemandangan indah setelah tidur kurang lebih dua jam sebelum mendarat.
"Cantik."
Bukan ilusi, saat ini, detik ini, ranumnya bibir seorang gadis terdapat di retinanya. Dave tersenyum menatap Kiara yang lagi-lagi sudah menyandar pada pundaknya.
"Giselle."
Segar, manis, mungil, menggoda bibir merona gadis itu, Dave melebar kembali matanya, lekat sekali ia menatap ke dalam bola mata indah milik Kiara yang baru saja terbuka.
Seakan tersihir, Dave memangkas jarak dan melabuhkan sebuah kecupan. Bahkan menyesap perlahan bibir manis Kiara tanpa permisi.
"Hey!" Kira mendorong jauh laki-laki itu, matanya memerah, antara marah bercampur kaget ia menatap Dave.
Baru saja terbangun dari tidurnya, seorang pria mengambil ciuman darinya. "Kamu!"
Plak.... Dave berpaling saat tamparan mendarat sempurna di pipinya.
"Tuan!" Seorang bodyguard mendekat tak terima tapi Marvin memberikan kode untuk tidak ikut campur.
Dave terdiam. Tak seberapa sakit tamparan gadis itu, tapi lihatlah, Marvin dan lainnya ada di sini untuk menonton peristiwa tidak mengenakannya.
"Dasar buaya!" Melepas sabuk pengaman, Kiara bangkit dari duduk, mungkin sudah sampai, sekilas ia melirik ke jendela, benar, pesawat sudah mendarat kembali.
Dave yang masih kesal, ia bangkit dan meraih lengan gadis tidak tahu diri ini. "Tunggu Nona!"
Kiara menoleh tajam. "Apa lagi? Kamu pikir aku wanita murahan?"
"Aku memberikan mu ciuman lembut dan kau membalasnya dengan tamparan?"
Dave tersenyum getir menatap punggung gadis pongah itu berlalu. "Siapa dia ini? Gadis gila!" Rutuk nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Sri Widjiastuti
nganggur naik first class😛😛😇
2024-10-23
0
Abie Mas
nyosor aja sih ya kesal lah dia
2024-09-22
0
Surya Hermawan
aku suka/Angry//Angry/
2024-09-12
0