"Kapan kau akan memberi kami cucu!!"
Hati Sherly seperti di tusuk ribuan jarum tajam setiap kali ibu mertuanya menanyakan perihal cucu padanya. Dia dan Bima sudah menikah selama hampir dua tahun, namun belum juga dikaruniai seorang anak.
Sherly di tuduh mandul oleh Ibu mertua dan kakak iparnya, mereka tidak pernah percaya meskipun dia sudah menunjukkan bukti hasil pemeriksaan dari dokter jika dia adalah wanita yang sehat.
"Dia adalah Delima. Orang yang paling pantas bersanding dengan Bima, sebaiknya segera tandatangani surat cerai ini dan tinggalkan Bima!!"
Hadirnya orang ketiga membuat hidup Sherly semakin berantakan. Suami yang dulu selalu membelanya kini justru menjauh darinya. Dia lebih percaya pada hasutan sang ibu dan orang ketiga. Hingga akhirnya Sherly dijatuhi talak oleh Bima.
Sherly yang merasa terhina bersumpah akan membalas dendam pada keluarga mantan suaminya. Sherly kembali ke kehidupannya yang semula dan menjadi Nona Besar demi balas dendam.
Lalu hadirnya sang mantan kekasih mampukah membuka hati Sherly yang telah tertutup rapat dan menyembuhkan luka menganga di dalam hatinya?! Hanya waktu yang bisa menjawabnya.
-
-
Hanya cerita cerehan, semoga para riders berkenan membaca dan memberikan dukungannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lusica Jung 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30: Tragedi Di Sore Hari
"Apa?! Tidak bisa?! Coba kartu yang ini, ini dan ini."
Jantung Sasa serasa mau copot ketika kasir memberitahunya jika kartu kredit miliknya tidak bisa dipakai alias dibekukan. Kemudian dia memberikan beberapa kartu lainnya untuk dicoba, tapi tetap tidak bisa.
Kasir itu menggeleng, lalu mengembalikan kartu-kartu itu pada Sasa. "Maaf, Nyonya. Ini juga tidak bisa." Ucapnya. Sasa tidak percaya, bagaimana bisa semua kartu kredit yang dia miliki tidak bisa digunakan?
"Sasa, cepat telfon suamimu dan tanyakan padanya apa yang terjadi. Bagaimana bisa semua kartu yang kau miliki tidak bisa digunakan." Ucap Mirah memberi nasehat.
Sasa mengangguk. "Baiklah, Bu. Aku akan segera menghubungi tua bangka itu. Dan aku akan membuat perhitungan dengannya jika sampai berani macam-macam." Ucapnya.
Sasa mencoba menghubungi ponsel suaminya, tapi tidak bisa. Ponsel juragan Darwis tidak bisa dihubungi dan hal itu membuat Sasa menjadi kesal sendiri. Tak ingin kehilangan muka, dia pun membayar semua belanjaan itu dengan uang cash yang dia miliki.
Setelah membayar semua barang belanjaannya. Sasa dan Mirah meninggalkan pusat perbelanjaan, mereka bergegas pulang untuk membuat perhitungan dengan juragan Darwis.
Dan sesampainya di rumah. Sasa dan Mirah dikejutkan dengan keberadaan seorang wanita asing di rumah yang selama beberapa bulan terakhir mereka tempati. Sasa yang tidak suka ada orang asing di rumahnya pun segera menghampirinya.
"Siapa kau?! Dan kenapa kau ada disini?" Tanya Sasa meminta penjelasan.
"Pelayan, cepat bawa kemari semua barang-barang mereka." Perintah wanita itu pada beberapa pelayan di rumah itu.
"Baik, Nyonya Lolita."
Wanita bernama Lolita itu lantas berdiri lalu menghampiri ibu dan anak tersebut. "Kau bertanya siapa aku? Aku adalah Lolita Margareta Paulina Putri Hutagaluh. Nyonya besar di rumah ini, pemilik seluruh harta yang selama ini kalian nikmati."
Sasa menggeleng. "Tidak mungkin, harta itu adalah milik suamiku dan kau jangan mengaku-ngaku!!" Teriak Sasa penuh emosi.
"Darwis, kemari kau!!" Orang yang dipanggil pun datang. Pria yang telah berumur itu menundukkan kepalanya menghampiri Nyonya Lolita. "Jelaskan pada mereka siapa aku dan harta siapa yang kau banggakan selama ini."
Juragan Darwis menghampiri Sasa. "Sayang, itu benar. Nyonya Lolita adalah pemilik asli rumah ini dan dia adalah majikanku. Selama ini aku hanya mengelola semua kekayaannya, dia memberi kepercayaan penuh padaku. Dan hal itu aku manfaatkan untuk berfoya-foya dan membuat wanita percaya jika aku adalah orang paling kaya disini." Ujarnya menjelaskan.
Mendengar hal itu membuat Sasa nyaris terkena serangan jantung dadakan. "Kau... Jadi kau menipuku selama ini!!" Teriaknya marah. "Kau bajingan!!"
"Pelayan, segera ambil semua barang-barang mewah yang melekat di tubuhnya. Itu semua adalah milikku, karena mereka membelinya dengan uangku. Usir mereka dan jangan biarkan mereka datang lagi!!"
"Baik, Nyonya."
"Jangan menyeretku. Wanita sialan, aku pasti akan membalasnya!!"
-
-
"Kau tidak lelah?"
Rey menggenggam tangan Sherly yang menggantung bebas. Dipandanginya wajah wanita yang begitu ia cintai. Sherly menggeleng, mengeratkan genggaman tangan sang suami yang hangat. Sore ini keduanya berjalan-jalan sebentar untuk mencari hawa segar. Hal yang mungkin tak pernah mereka lakukan sebelumnya.
Langkah kaki mereka terlihat seirama. Salah satu tangan Rey kini merangkul pundak Sherly. Sontak wanita itu mendongakkan kepalanya menatap wajah suaminya yang sangat dekat itu. Jantungnya mulai berdetak beraturan. Ia tidak bisa tenang dengan kondisi seperti ini.
Senyuman Rey saat ini membuat darahnya berdesir. Wanita itu segera memalingkan wajahnya menatap ke arah jalan. Rey yang menyadari perubahan ekspresi wajah Sherly. Dalam hatinya ia tertawa melihat tingkah istrinya itu.
Kini mereka memutuskan untuk duduk di sebuah kursi panjang tak jauh dari posisi mereka. Suasana taman yang tak cukup luas ini tampak begitu sepi. Memberikan sebuah kesan damai bagi pengunjung yang meluangkan waktunya ke tempat ini. Semilir angin sore menyibakkan rambut Sherly yang panjang dan tergerai indah.
"Tempat ini lumayan juga." Ucap Rey, dia terlihat menikmati suasana sekitar. Wajahnya begitu damai. Sherly memandang wajah suaminya dari samping. Dia juga terlihat begitu bahagia. Bibir tipisnya mengurai senyuman manis.
"Kenapa kau memandangku seperti itu?" Tegur Rey.
Sherly pun segera tersadar akan lamunannya barusan. Kini dirinya mengalihkan pandangannya secepatnya. Walaupun Rey sudah memergokinya barusan. Meskipun sudah resmi menikah dan menjadi suami-istri, terkadang Sherly merasa gugup ketika berpandangan dengan sang suami.
"Heh, kau tidak menggodaku kan?" Pria itu menyeringai.
Sherly menggeleng. "Tidak, lagipula untuk apa aku menggodamu? Bukankah kau adalah suamiku, jadi untuk apa aku menggodamu." Ujar Sherly.
Rey terkekeh. Pria itu menari ujung hidung Sherly saking gemasnya. Kemudian Rey membawa wanita itu ke dalam pelukannya. Mendekap tubuh wanita itu dengan erat.
"Aku ingin memelukmu seperti ini sampai rambut kita sama-sama menua." Ucap Rey sambil meletakkan dagunya di atas kepala coklat Sherly.
Wanita itu tersenyum lebar. Sherly memeluk tubuh Rey tak kalah erat. Itu juga yang Sherly harapkan dalam hidup ini. Hidup bersama Rey dan menua bersama.
Tanpa mereka sadari. Ada sepasang mata yang terus menatap mereka dari kejauhan, menatapnya penuh kebencian pada Rey. Orang itu mengepalkan tangannya, hatinya terbakar melihat pemandangan itu. Pemandangan yang membuat hatinya sesak.
Dia benci pria itu. Dia benci mata yang menatap Sherly penuh cinta. Dia benci melihat mata yang selalu Sherly tatap ketika sebelum atau sesudah membuka mata. Dia benci mata yang membuat Sherly jatuh cinta. Dia benci mata yang selalu Sherly tatap penuh cinta.
Seharunya hanya matanya yang ditatap Sherly setiap saat. Dan satu-satunya cara agar pria tidak bisa menatap wanita itu lagi, adalah dengan cara membutakan kedua matanya. Dan dengan membuat pria itu cacat, maka Sherly akan meninggalkannya.
Sambil menggenggam sebuah gunting. Pria itu menghampiri pasangan suami-istri tersebut.
Dengan amarah yang begitu memuncak, dia menepuk bahu Rey. Dan ketika Rey menoleh, tanpa mengatakan apa-apa, pria itu langsung menancapkan gunting itu pada mata kiri Rey.
"Aaahhh..."
"REY!!" Jerit Sherly histeris.
"Hahaha!! Rasakan. Kali ini aku akan membutakan matamu yang satu lagi." Ketika dia akan melakukan hal yang sama pada mata kanannya, namun tendangan telak Sherly pada perutnya membuat tubuh pria itu tersungkur ke tanah.
"BAJINGAN, APA YANG KAU LAKUKAN PADA SUAMIKU!!" teriak Sherly penuh emosi.
Sherly yang tidak terima Rey diciderai seperti itu segera mengambil gunting yang tergeletak di tanah itu lalu menusukkan pada mata pria tersebut yang pastinya adalah Bima. "Kau membuat suamiku kehilangan satu matanya. Maka aku akan membuatmu kehilangan dua mata!!" teriak Sherly.
Warga yang ada di sana menahan langsung menahan Sherly sebelum wanita itu menusukkan kembali gunting tersebut pada mata kiri mantan suaminya. "Nona, jangan lakukan itu. Biarkan polisi yang memprosesnya."
Sherly terus memberontak. Dia seperti kehilangan akal sehatnya. "Lepaskan, kalian tidak usah ikut campur, biarkan aku membalas apa yang dilakukan bajingan ini pada suamiku!!" teriak wanita itu seperti kesurupan.
Bima berguling di tanah sambil berteriak. Kedua tangannya memegangi mata kanannya yang baru saja ditusuk oleh Sherly. "Aaarrkk, sakit. Mataku sakit, Sherly kenapa kau tega sekali padaku?!"
"Karena kau pantas mendapatkannya!!" Teriak Sherly. Dia terus menendang dan menginjak Bima yang berguling di tanah. Orang-orang itu mencoba menghentikan tingkah brutal Sherly namun sedikit kewalahan.
Sambil menahan sakit yang luar biasa pada mata kirinya. Rey menghampiri Sherly dan membawa wanita itu ke pelukannya. Dia berusaha menenangkan Sherly yang hilang Kendali.
"Nona, pria ini akan kami serahkan pada polisi. Sebaiknya segera bawa suami Anda ke rumah sakit. Dia membutuhkan perawatan." Nasehat salah seorang warga. Dan Sherly hanya mengangguk, dia tidak berkata apa-apa.
Sore yang cerah. Berubah menjadi mencekam akibat insiden tak terduga tersebut. Dan Sherly sungguh tak menduga jika Bima akan melakukan tindakan seperti itu, dia tidak tau apa motifnya. Dan Sherly akan mencari tahunya di kantor polisi.
-
-
Bersambung.