The Veil of Eileria

Eil menghentikan langkahnya saat dia membuka pintu rooftop dan muncul lah seorang pria dengan perawakan tinggi besar berjalan mendekatinya. Eil mundur beberapa langkah. Tapi laki-laki itu terus maju dan semakin mempercepat langkahnya sambil tersenyum evil pada Eileria.

"Kita bertemu lagi honey!"

Deg

Deg

Deg

Jantung Eil berdebar sangat keras kala melihat seringai di wajah pria yang ada di hadapannya. Dia ingin lari namun tidak mungkin. Dia ingin melawan itu juga percuma saja. Pria ini adalah pria terkuat yang ada di organisasinya. Dia hanya pernah menemuinya satu kali saat ketua organisasi mengajak nya bergabung ke The Striker, pria ini selalu terobsesi padanya. Meskipun organisasi sudah menyimpan rapat informasi pribadi Eil, pria jangkung ini masih bisa menemukan Eil dengan koneksi yang dia miliki.

"Step back!," ucap Eil sambil mengarahkan tangannya kepada pria itu. Dan lagi-lagi pria itu hanya tersenyum sambil terus mendekati Eil.

"What happened Honey? are you scared of me? aku tidak akan menyakitimu. Aku hanya ingin menemui mu sebentar. Aku tahu kau hendak pulang untuk menemui suamimu bukan? apa kau sudah mencintainya? kau sudah tidak mencintaiku lagi?" tanya Bara kepada Eil.

Altezza Bara Cullen atau yang sering orang panggil Bara adalah seorang pria kaya raya yang memiliki sebuah perusahaan mobil termahal di negaranya. Dia sempat menjadi anggota dari The Striker, namun sudah dua tahun sejak Eil masuk ke organisasi tersebut Bara berhenti. Tidak ada yang tahu alasan kenapa dia berhenti. Kepala dari organisasi itu juga membiarkan Bara out dari organisasi dengan mudah.

"Cihhh... Aku tidak pernah mencintaimu bedebah gila. Halusinasi mu sangat tinggi." Eil menepis tangan Bara yang ingin menyentuh rambutnya.

"Tuan Altezza Bara Cullen yang terhormat, aku rasa Anda terlalu percaya diri. Aku tahu kau adalah orang sangat berpengaruh. Tapi aku tidak perduli dengan kedudukan yang kau miliki saat ini. Aku Eileria Song tidak akan pernah jatuh ke dalam genggaman mu." Eil menagakkan badannya lalu pergi meninggalkan Bara.

"Kau mau aku melenyapkan suamimu?" tanya Bara yang membuat Eil menghentikan langkahnya.

"Lakukan saja! aku tidak perduli," ucap Eil lalu pergi. Dia tersenyum sinis. Bara ingin melenyapkan Nathan? mimpi sekali. Jika sampai itu terjadi dia akan membantai habis semua orang yang ada di sisi Bara. Bara mungkin lupa, kalau Eil memiliki kemampuan berkamuflase yang baik. Gerakannya tidak mudah terbaca oleh musuh. Wajah cantik dan polos yang dia miliki ketika menjadi Eileria akan berubah menjadi dingin dan kejam ketika menjadi Azalea.

" Over my dead body," ucap Eil dalam hati.

Bara tersenyum ketika melihat punggung Eil mulai menjauh dari pandangan matanya. Dia memasukan kedua tangannya kedalam saku celana yang dia kenakan. Menemui Eil adalah hal yang membahagiakan untuknya. Ya, Bara sudah menyukai Eil pada pandangan pertama. Hanya saja sayang, saat itu dia bertemu dengan Eil saat dia hendak berhenti dari organisasi.

"Aku mencintaimu Eil," ucap Bara. Dia membalikan badannya lalu melihat ke arah gedung kasino yang masih sangat ramai. Ada ambulance dan juga para medis yang hendak menolong pria paruh baya yang tadi di tembak Eil. "Kau sangat tidak beruntung Tuan," ucap Bara sambil terkekeh.

Di sisi lain, seperti biasa, Eil merubah setelannya ketika dia sudah ada di dalam mobil. Dia memukul stir mobil beberapa kali. Wajahnya masam, ini tidak seperti Eil yang selalu berseri-seri ketika sudah melakukan misi. Dia ingin melupakan kata-kata Bara , namun itu tidak berhasil.

"Shiittttt... Aku harus membunuhmu sebelum kau membunuh Nathan Bara. Jika sampai kau berani menyentuh suamiku seujung kuku saja, aku tidak akan tinggal diam."

Eil menghidupkan mesin mobilnya. Dia melirik jam tangan yang ada di pergelangan tangannya. Ini sudah jam tiga dini hari. Jadi mungkin dia akan sampai di manson antara jam empat atau jam setengah lima pagi.

Dan benar saja, Eil sampai di mansion suaminya tepat pukul empat tiga puluh. Dia masih bisa melihat para pelayan yang sedang membereskan mansion.

"Nyonya!" ucap Aami ketika Eil berjalan memasuki dapur . Aami memang selalu menyiapkan bahan untuk membuat sarapan yang selalu di minta Nathan setiap malam sebelum dia tidur.

"Aami! kau tahu kau harus apa bukan? jangan sampai Nathan mengetahui kalau aku pergi tadi malam. Ingatkan juga pada penjaga untuk tidak ember. Masalah Cctv sudah aku selesaikan. Mereka tidak perlu turun tangan untuk membereskan kekacauan yang telah aku perbuat."

"Baik Nyonya, saya mengerti," ucap Aami sambil membungkukkan badannya.

"Irene mana Bi?"

"Mungkin sedang membereskan area teras depan Nyonya." Eil menganggukkan kepalanya.

"Eil ke atas dulu ya Bi! besok Eil tidak kerja jadi bersihkan kamarnya agak sore an saja. Tuan akan pulang di jam kerja kantor mulai besok. Jadi bersihkan kamar kami sebelum jam itu."

"Baik Nyonya. Nyonya tidak lapar?" tanya Bibi Aami.

"Tidak Bi, aku sedang tidak berselera makan."

Ammi mengangguk. Sedangkan Hera sudah melenggang pergi menuju kamarnya di lantai atas. Setelah tiba di dalam kamar, Eil melihat Nathan masih terlelap di atas ranjang.

"Syukurlah, obat yang aku berikan masih bisa membuatnya tidak sadar," ucap Eil. Dia berjalan menuju kamar mandi untuk bersih-bersih. Setelah selesai Eil masuk ke walk in closed dan mengganti jubah mandi yang ia kenakan dengan piyama tidur sutra yang selalu melindunginya setiap malam. Sebenarnya itu bukan melindungi, karena apa yang Eil kenakan malah semakin membuat Nathan menyukainya dan selalu menerkamnya setiap malam.

"Aku akan memberikan hak mu besok malam Nathan, maafkan aku karena pekerjaanku kau harus melewatkan malam ini begitu saja." Eil mematut dirinya di depan cermin. Dia tersenyum ketika melihat pantulan dirinya yang begitu seksih dan juga sangat cantik. Dua gunung yang tidak terlalu besar namun sangat berisi terpang-pang jelas di depan matanya. Eil memegang dua gunung kembarnya. Dia tersenyum saat mengingat betapa gila nya Nathan saat sedang me re mas dan juga meng hi sap aset berharganya itu. Wajahnya kian memerah, tubuhnya meremang. Eil buru-buru menepis pikiran kotornya supaya dia tidak berhalusinasi tentang sesuatu.

Eil membaringkan tubuhnya di samping sang suami, dia menarik lengan Nathan lalu membenamkan kepalanya di dada bidang Nathan. Perlahan matanya terpejam. Eil tidur sambil memeluk sang suami.

Eil mengerajapkan matanya saat sebuah tangan besar mengelus kepalanya perlahan.

"Nathan!" gumam Eil saat dia membuka mata dan melihat Nathan sedang duduk di pinggiran ranjang sambil tersenyum ke arahnya. Nathan sudah rapi dengan setelan kerja juga dasi yang melingkar di leher kokohnya. Eil hendak bangun, namun Nathan menahan bahunya lalu kembali menyelimuti Eil sampai ke dada.

"Tidurlah kalau masih mengantuk! aku akan berangkat kerja sebentar lagi. Aami sudah menyiapkan sarapan untuk kita. Kau hanya perlu menghangatkannya ketika kau ingin makan."

Eil mengangguk. "Apa kau sudah sarapan?"

"Hmmm... " Nathan merapikan anak rambut yang menghalangi wajah istri cantiknya.

"Maaf aku tidak membangunkan mu tadi," ucap Eil merasa bersalah.

"Tidak apa. Aku bisa mengurus diriku sendiri. Kau sudah cukup repot dengan pekerjaanmu. Aku tidak ingin kau kewalahan karena harus mengurusku juga. Cup... Nathan mengecup kening Eil lalu berdiri dan hendak pergi.

"Nathan!" panggil Eil sambil melambaikan tangannya. Nathan mencondongkan tubuhnya supaya bisa lebih mendekat pada Eil.

Setttttt... Eil menarik dasi yang di kenakan suaminya lalu mengecup bibir Nathan sekilas.

"Pergilah!" ucap Eil sambil tersenyum.

...To Be Continued....

...Hai reader jangan lupa like dan komennya ya. Thank You....