Kisah seorang wanita yang mencari kebahagiaan setelah perceraian.
Kara Gantari seorang gadis yang menikah dengan Adi Saputro karena permintaan sang kakek disertai ancaman tidak akan mendapatkan warisan. Setahun kemudian Kara diceraikan oleh Adi karena sudah mendapatkan warisannya.
Pertemuannya dengan seorang CEO yang gesrek, pecinta dangdut, melokal luar dalam, membuat Kara pusing tujuh keliling tapi Rayden adalah pria yang sangat memuja Kara. Kehidupan keduanya pun diuji dengan tragedi.
Apakah Kara dan Rayden akan menemukan kebahagiaannya?
Cerita ini murni halu milik author
Follow Ig ku di hana_reeves_nt
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bandar Djakarta
Rayden turun ke lantai satu dengan bersiul-siul bahagia karena ilmu kemodusannya berhasil lagi dengan Kara sedangkan istrinya hanya memasang wajah datar setelah tadi harus meladeni suami meshumnya.
"Wah masak enak nih!" ucap Rayden setelah sampai di meja makan.
"Iya tuan. Kan nyonya yang masak" ucap Bu Sumi.
Rayden menatap wajah datar istrinya yang masih manyun karena mandi lama membuat masakannya agak dingin lalu melirik jari manis istrinya dimana tidak ada cincin kawin dan tunangannya. Jari Kara benar-benar polos.
"Kara, cincin mu kemana?" tanya Rayden yang membuat Kara tersentak.
"Masih di kamar, kan tadi aku masak takut bau bawang dan daging" jawab Kara.
"Ambil, pakai dulu" pinta Rayden lembut namun terdengar tegas. Kara pun mengangguk dan berjalan ke lantai dua menuju kamar tidur mereka. Tak lama Kara pun datang dengan cincin di jari manisnya.
Rayden yang melihatnya langsung mencium tangan Kara yang sudah melingkar cincin di jari manisnya.
"Kalau gini kan cantik paripurna" ucap Rayden sambil tersenyum.
Kedua pasutri itu pun makan malam sambil membicarakan acara penggalangan dana bulan depan. Rayden tak henti-hentinya menatap istri cantiknya dan berharap selalu seperti ini selamanya.
***
Weekend ini Kara harus masuk kantor karena ada penerimaan pegawai baru dan Sophia beserta Kara harus menyeleksi. Rayden sendiri menemani istrinya yang masuk kerja dengan menunggu di longue sembari menikmati kopi dan novel Tom Clancy. Rayden meniru Kara yang suka membaca novel karena lebih sehat matanya dibandingkan bermain game di hp.
"Lama ya nunggunya mas?" sapa Kara yang sudah selesai kerja dan duduk di depan suaminya.
"Nggak kerasa soalnya novelnya seru" jawab Rayden.
"Mau pulang sekarang?" tanya Kara.
"Yuk! Aku bayar dulu" Rayden pun berdiri dan membayar pesanannya lalu menggandeng Kara mesra.
***
"Kemana kita mas?" tanya Kara sesudah keduanya masuk mobil.
"Jalan-jalan yuk mumpung weekend" ajak Rayden.
"Kemana?"
"Bandar Djakarta gimana? Aku pengen seafood."
Kara melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul satu siang.
"Boleh deh, sekalian jalan-jalan" ucap Kara.
"Kamu pengen maem apa nanti?" tanya Rayden.
"Kepiting!" cengir Kara.
Rayden hanya melengos. "Kepiting kok makan kepiting. Iya benar zodiac kamu Cancer tapi kan nggak dimakan juga kepiting nya."
"Tadi mas Ray nawarin, ta jawab malah aku disalahkan. Gimana sih? Ikhlas nggak? Kalau nggak, ya udah ga usah!" gerutu Kara sebal.
"Eh ikhlas kok, digodain gitu aja ngambek ih" kerling Rayden.
Kara hanya manyun sambil bersidekap. "Jangan manyun gitu dong Bu Rayden, tambah keriput lho!"
Kara mendelik dan langsung membuka cermin yang ada di sun vissor.
"Duh iya, ada keriput ih" ucap Kara dramatis.
"Alamat skincare kamu harus ganti tuh" kekeh Rayden. "Atau jangan judes-judes sama suami tampanmu ini."
"Lha mas yang bikin perkara. Ngajak gelut" cebik Kara.
"Kalau ngajak gelut, jangan disini Kara, nggak enak. Susah eksplorasi" kerling Rayden dengan wajah yang sudah sangat dihapal Kara.
"Modus maning" gerutu Kara yang dijawab dengan tawa Rayden.
"Kamu tahu, sayang. I'm so happy marry you" ucap Rayden bersungguh-sungguh.
"Really? Why?" tanya Kara dengan hati berdebar-debar.
"First, I fall in love with you, kedua kamu tuh menerima kelokalan aku apa adanya meskipun terkadang bikin otakmu traveling kan? Ketiga kita pasangan yang cocok baik soal receh dan soal ranjang."
Kara melongo. "Kok yang ketiga kayak gimana gitu."
"Lho salah satu yang membuat kehidupan rumah tangga seru itu adalah kebutuhan biologisnya selalu terjadi apalagi dengan pasangan halal yang sama-sama bisa saling memuaskan satu sama lain."
Kara memang mengakui suami meshumnya jago urusan ranjang, apa mungkin karena bule juga atau karena dia tidak memiliki perbandingan karena pernikahan sebelumnya, dia sama sekali tidak disentuh oleh Adi.
"Memang urusan ranjang bukan hal yang utama, Kara tapi itu melengkapi kebahagiaan dalam berumahtangga selain saling mencintai dan menyayangi."
Kara tersenyum melihat suaminya sedang dalam mode serius. "Aku setuju itu mas. Tumben suamiku bisa serius seperti ini, jadi tambah ganteng deh."
"Baru tahu kalau suamimu ini ganteng paripurna?" cengir Rayden. "Jadi sekarang waktunya kita mendengarkan campursari!"
Kara melongo. Ya Allah, melokalnya nggak hilang-hilang.
Aku seng nduwe ati
Koe rasah ngrusohi
Aku seng nduwe rasa
Koe rasah suloyo
Aku seh tetep tresno
Senajan dunyo ra trimo
Urusono uripmu
Timbang suwe suwe lambemu tak tuku
Kara hanya bisa memegang pelipisnya. Karepmu Wis maaasss!
***
Rayden dan Kara tiba di bandar Djakarta dan langsung memilih tempat duduk yang dekat dengan laut. Beruntung hari ini cerah membuat suasana enak dan nyaman ditambah dengan angin sepoi-sepoi. Kara sampai harus mengikat rambutnya supaya tidak berantakan.
"Kamu cantik dengan rambut diikat sembarangan begitu tapi mau gimana pun tetap cantik tapi paling cantik kalau sedang bercin... Adduuhhh!" Rayden mengelus tulang kering kakinya yang kena tendang Kara.
"Sehari saja mas, sehariiiiii nggak meshum itu bisa nggak sih?" pinta Kara gemas dan sebal.
"Nggak bisa sayang, karena memang kamu..." suara Rayden terhenti ketika melihat siapa yang datang.
"Ada apa mas?" tanya Kara.
"Kamu pindah sebelahku, Kara. Please?" pinta Rayden.
Kara pun memenuhi permintaan suaminya dan duduk di sebelah Rayden lalu dia melihat ke arah tempat mata abu-abu suaminya memandang.
Adi dan Irene.
"Kita cuek saja ya sayang" bisik Rayden dengan menempelkan hidungnya di atas telinga Kara.
"Iya mas. Aku juga jengah melihat mereka."
Rayden dan Kara pun berlagak tidak tahu ada kedua mantan mereka masing-masing. Ketika pesanan mereka datang, Rayden dengan telaten membukakan lobster dan menyuapkan daging lezat itu ke mulut Kara yang diterima dengan senang hati.
Keuwuan mereka pun tidak luput dari tatapan tajam Adi dan Irene yang merasa panas melihatnya.
***
"Lebay!" cebik Irene yang melihat Kara dan Rayden makan sambil mengobrol dengan dekat.
Adi hanya menatap dengan rasa tidak rela mantan istrinya bersama suaminya sekarang karena dia melihat Kara semakin cantik.
Menyesal aku dulu menyia-nyiakan dirimu Kara. Ternyata kamu kalau dandan semakin cantik.
( Monggo dijitak online berjamaah )
"Kamu mau nggak memisahkan mereka berdua?" hasut Irene.
"Supaya kamu mengambil Rayden kembali?" sindir Adi dingin dan sinis.
"Bukannya kamu mau ambil lagi si udik itu?" sarkasme Irene.
"Dia sudah tidak udik. Lihat saja dia jauh lebih cantik dari dirimu, Ren" kekeh Adi menghina partner biologisnya.
"Brengseeeekkkk kau Di! Awas! Kau akan mendapatkan ganjarannya!" Irene pun berdiri meninggalkan Adi yang masih duduk disana sambil memandang Kara yang tetap mesra dengan Rayden.
Sebentar lagi kebahagiaan kalian akan sirna. Tunggu saja tanggal mainnya.
Adi tersenyum smirk.
***
Yuhuuu Up Malam Yaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote n gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
