Arden membenci wanita gendut yang merupakan teman masa kecilnya. Permusuhan itu semakin menjadi ketika Kayla bertunangan dengan pria bernama Steve. Selain kebencian, ada yang aneh dari sikap Arden ketika bertatapan dengan Kayla. Hasrat untuk memiliki wanita itu timbul dalam benaknya.
Sekuel dari Istri Rasa Simpanan.
Follow IG : renitaria7796
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon renita april, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Harus Bicara
"Makanan ini enak meski kita sedikit terlambat memulai makan malam," ucap Arden.
"Untungnya Elise dan Mark bergabung bersama kita," timpal Kayla.
"Kami melihat adegan itu. Jadi, apa kalian sudah bersama?" tanya Mike.
Elise berbisik di telinga Kayla, "Kalian sangat panas."
Kayla tersentak, ia memandang Arden sekilas, lalu menunduk. Memang apa yang mereka lakukan tadi sangat panas dan jika tidak diganggu oleh cacing-cacing di dalam perut yang meronta kelaparan, entah apa yang akan terjadi.
"Ya, kami pasangan." Arden mencondongkan tubuh, lalu mengecup bibir Kayla.
Mike tertawa. "Selamat untuk kalian."
"Selamat Kayla, Arden. Kami turut senang," ucap Elise.
Kayla tersenyum memandang Arden. Pasangan? Entah apa yang Arden maksudkan dari pilihan kata itu. Kayla tidak ingin serius menjalin hubungan percintaan, apalagi memiliki komitmen untuk melangkah lebih jauh.
"Sudah malam, aku rasa kita harus kembali," kata Kayla.
"Ini masih terlalu awal. Bagaimana kalau kita minum dulu?" tawar Mike.
"Oh, Mike. Ingat umurmu, Sayang," ucap Elise. "Minuman bukan satu-satunya pelarianmu."
"Kamu sudah tau apa yang terjadi pada Mike?" tanya Kayla.
Elise tersenyum. "Aku adalah bawahan Mike. Aku tau dia mencintai istrinya, tapi aku juga mencintainya. Ini rumit bagiku. Sungguh aku tidak bermaksud untuk merebut Mike dari Sandra."
"Maaf, Elise. Kurasa itu pilihan buruk," sela Arden. "Umurmu masih muda dan pria di luar sana sangat banyak."
"Ini memang tindakan buruk, tetapi ini pilihan," ucap Mike.
"Ya, itu pilihan kalian yang menjalankan. Kami tidak ingin menghujat karena tidak berada dalam posisi kalian. Ini masalah hati," tutur Kayla.
Satu cerita yang baru bagi Kayla. Mike mencintai istrinya, tetapi memilih selingkuh bersama Elise. Kemudian dirinya yang bermesraan bersama Arden. Kayla harus memikirkan ini. Apa yang telah ia lakukan bersama sahabat kecilnya? Ia tidak tahu mengapa mudah hanyut dalam setiap kata dan permintaan pria itu.
"Sepertinya aku harus kembali. Besok kita akan sampai di Jamaica. Di sana aku ingin menghabiskan waktu di pantai pasir putih. Aku tidak ingin mataku berubah menjadi mata panda," tutur Kayla beralasan.
"Baiknya begitu. Aku akan mengantarmu ke kabin," kata Arden.
"Kita cukupkan sampai di sini. Sampai bertemu di kapal lagi," ucap Mike.
Arden mengangguk, lalu merangkul Mike serta Elise. Begitu juga Kayla yang mengecup pipi Mike sebagai tanda persahabatan dan Elise. Mereka berpisah dengan kembali ke kamar masing-masing.
"Jadi, ini kamar dari Tuan Putri?" ucap Arden.
"Tidak sebagus kamarmu, tetapi sangat nyaman," sahut Kayla.
"Kamu bisa tidur di kamarku."
"Semalam aku sudah tidur di kamarmu," kata Kayla.
Arden menatap Kayla. Tiba-tiba saja atmosfernya berbeda dari yang tadi. Kecanggungan melanda di antara keduanya. Arden tidak tahu harus apa karena Kayla sepertinya enggan mengharapkannya untuk tinggal lebih lama.
"Oke! Aku balik ke kamarku," kata Arden.
Kayla mengiakan permintaan Arden, lalu mereka terdiam sesaat. Padahal saat di aula pesta, kamar dan restoran mereka tidak canggung, lalu kenapa sekarang malah merasa asing? Lagi pula Arden dan Kayla tidak mabuk tadi.
Arden memeluk Kayla, mengecup lembut kening wanita itu. "Sampai jumpa besok pagi."
Kayla memaksakan senyum terbit di bibirnya. "Iya, sampai besok."
Arden mengacak-acak rambut Kayla, lalu keluar dari kamar. Segera saja Kayla mengunci pintu. Ia bersandar di baliknya sembari menarik napas panjang berkali-kali. Detak jantungnya berdegup kencang. Kayla mengusap wajahnya dan kembali mengingat potongan adegan yang ia lakukan bersama Arden.
Kayla melangkah menuju kamar mandi. Ia membasuh wajah, lalu menepuk-nepuk pipi hingga memerah.
"Gila! Ini sungguh tidak waras. Aku bersama Arden. Oh, ya ampun! Kamu sudah hilang akal, Kayla," ucapnya pada diri sendiri yang sembari menatap wujudnya di depan cermin.
Kayla mengusap bibir yang sudah beberapa kali dijamah oleh Arden. Lipstiknya saja memudar karena Arden terus saja menyesapnya tanpa akhir.
"Apa aku harus bicara pada Arden?" gumam Kayla. Ia menepuk kembali kedua belah pipi. "Aku bingung."
Kayla melepas gaun yang ia kenakan. Menggantinya dengan pakaian tidur warna pink. Baiknya Kayla mengistirahatkan diri. Untuk masalah Arden, ia akan memikirkannya nanti.
...****************...
Arden merasa cuaca sangat berbahagia malam ini. Langit malam begitu pekat. Kerikil kecil yang bersinar di atas sana begitu banyak. Bulan juga tengah asik menyinari bumi. Mungkin juga bidadari tengah mengadakan pesta bersama pengawalnya. Laut begitu teduh, angin malam sangat nyaman menerpa tubuh bidangnya.
Bagi Arden ini juga malam bahagianya. Ia berhasil memiliki Kayla. Memeluk, mengecup bibir wanita itu secara langsung. Arden puas. Ralat! Ia tidak begitu puas. Arden ingin terus mengecup bibir lembut itu. Lalu tadi. Astaga! Mengingatnya membuat tubuh Arden tegang.
Mereka hampir melakukan adegan yang selama ini Arden inginkan. Ia dan Kayla bersama di satu tempat tidur dan melakukan hubungan manis yang terlarang.
"Sial! Aku malah tegang. Terpaksa harus pakai sabun dulu, deh," ucap Arden, lalu lekas berjalan menuju kamar mandi.
Keran air dihidupkan. Arden membuka habis pakaian yang menutupi kaki panjangnya. Lalu, menuangkan sabun cair di telapak tangan, dan mulai menggerakannya maju mundur.
"Kayla, aku ingin kamu yang melakukannya," gumam Arden. "Aku ingin kamu, Sayang."
Lima belas menit berlalu, Arden selesai menuntaskan geloranya. Ia membasuh diri dengan air dingin. Malam ini, sungguh luar biasa, dan Arden tidak sabar untuk memulainya besok pagi.
...****************...
Sudah banyak pengunjung yang turun dari kapal demi menjelajahi negara Jamaica. Kebanyakan nanti akan berada di pantai karena memang negara itu berada di Kepulauan Karibia.
Arden juga tidak menyia-yiakan liburan selama tiga hari di sana. Ia sudah menyewa kamar hotel di dekat resort. Tentunya hanya satu kamar karena Arden ingin mengajak Kayla bersamanya.
"Di mana dia? Kenapa di kamar sudah tidak ada?" Arden mengacak-acak rambutnya. Arden kesiangan bangun. Ia lekas mencari Kayla di kabin, tetapi wanita itu tidak ada di sana. Lebih tepatnya Arden tidak bisa masuk karena dikunci. "Aku cari di restoran saja. Siapa tahu Kayla tengah sarapan."
Arden berjalan cepat ke restoran. Arah matanya tetap memperhatikan satu per satu tamu yang turun dari kapal. Arden berjalan memutar, ia tidak ingin ke restoran, melainkan ke arah tangga.
Ia tidak salah mengenalnya. Kayla memang hendak turun, tetapi wanita itu menggandeng tangan seorang pria. Lekas Arden berlari sebelum Kayla menjejakkan kakinya di anak tangga.
Arden menerobos antrian penumpang yang ingin turun. Ia menarik Kayla dan hal itu membuat tamu mengumpat serta kru kapal menegurnya. Arden tidak peduli akan itu semua.
"Mau ke mana? Kita sudah berjanji untuk pergi bersama," ucap Arden.
"Dia bersamaku," ucap pria itu.
"Siapa kamu? Beraninya berebut wanita denganku!" ucap Arden.
"Tenanglah, Arden! Dia Alex. Temanku di kapal. Dia yang semalam memakai topeng burung," sahut Kayla.
"Kamu ingin pergi bersamanya?" tanya Arden.
"Kita perlu bicara," ucap Kayla.
Bersambung