Revisi PUEBI
Diminta oleh orang tuanya untuk menyelesaikan persoalan hutang keluarga serta harus mengganti rugi dari kerusakan mobil yang Aruna tabrak.
Manakah takdir yang dipilih untuk menyelesaikan persoalannya. Menjadi istri muda Broto sebagai pelunasan hutang atau menjalani One Night Stand dengan Ben agar urusan ganti rugi mobil selesai. Juga cinta Alan pada Aruna yang terhalang status sosial.
Manakah pilihan yang diambil Aruna ? Dengan siapakah Aruna akan menjalani hidup bahagia penuh cinta. Ben atau Alan ? Ikuti terus kisah Aruna
Cerita ini hanya kehaluan author untuk hiburan para pembaca. Silahkan ambil pesan yang baik dan tinggalkan yang buruk.
ig : dtyas_dtyas
fb : dtyas auliah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gara-gara Bakso
Una mengakhiri panggilan dan, "Aaghhh, Ommm." Desah*an keluar dari mulut Una
Tanpa Una sadari saat menerima panggilan telpon dari Huda, Ben sudah membaringkan tubuhnya di sofa dan asyik menelusuri leher Una.
Una mendorong tubuh Ben, lalu memukulinya dengan bantal sofa. Ben hanya terbahak sambil menerima pukulan Una.
"Om ini, kalau tadi kak Huda dengar gimana coba?"
"Itu hukuman sayang, karena kamu pergi tanpa seijin aku," ujar Ben. Lalu mendekati Una dan memagut lembut bibir Una.
Una tidak menolak, mengalungkan kedua tangannya pada leher Ben, membuat lidah Ben semakin dalam dan aktif bermain di mulut Una.
"Om, aku lapar," sahut Una setelah Ben melepaskan pagutannya.
"Ayo, mau makan di mana?"
"Pesen online aja om, aku masih mau rebahan"
"Mau makan apa?" Ben mengeluarkan ponselnya membuka salah satu aplikasi pesan antar makanan.
"Terserah"
"Kalau aku, mau makan kamu aja, boleh?"
"Ishhh, aku pulang ya om, ngantuk nih. Semalam aku bareng Kak Huda begadang, keliling daerah Bandung."
"Tadi bilang lapar sekarang ngantuk. Makan dulu setelah itu aku antar pulang."
***
Jam makan siang, Una dan rekan sudah berada di kantin. Asyik mendengarkan Abil bercerita tentang kenakalan saat dia remaja. Una duduk bersisian dengan Rahmi, sedangkan Abil dan Vino yang ikut bergabung duduk di depan Una dan Rahmi. Menikmati menu makan siangnya sambil sesekali terkikik karena cerita Abil, Una tidak menyadari Ben dan Bian duduk bersebelahan dengannya.
Melihat hal itu, beberapa manager ikut bergabung di meja tersebut, termasuk Dimas dan Bara.
Melihat Abil yang mengedipkan mata seperti memberi kode agar dia menoleh, Una terkejut karena Ben dan Bian duduk disebelahnya.
Sepertinya mereka sedang membicarakan tentang pesta pernikahan Bian, di mana Bian menyampaikan semua yang hadir harus membawa pasangan.
"Kalau yang sedang jomblo, bagaimana pak? Masa harus pinjam pasangan orang," ujar Dimas
"Terserah Pak Dimas, makanya sekarang cari pasangan biar nggak jomblo lagi, Pak Ben juga hadir dengan pasangan ya pak?"
"Iya, saya akan ajak calon istri," jawab Ben
"Uhuk uhuk" Aruna tersedak mendengar Ben akan membawa calon istrinya, siapa wanita yang dimaksud oleh Ben ?
Ben memberikan air mineral milik Una, "Pelan-pelan aja kalau makan" ucap Ben. Una menerima botol air yang disodorkan Ben sedangkan yang lain terdiam melihat moment tersebut.
"Kemarin sore makan bakso, sekarang makan bakso lagi, menu makan kamu kurang sehat," ucap Ben. Mendengar itu, Una hampir tersedak kembali saat meneguk air mineralnya. Abil menjatuhkan sendok setelah menyuapkan nasi ke mulutnya. Rahmi menutup mulut dengan tangannya sedangkan Vino hanya berdehem. Bara dan Dimas menoleh ke arah Una dan Ben, Bian terkekeh mendengar ucapan Ben.
"Na, kemarin kan kamu ke Bandung, jauh amat makan bakso di Bandung," ucap Vino.
"Berisik pak, makan bakso di Papua juga nggak masalah," jawab Una. Ben hanya tersenyum.
"Jadi, Kak Una sebenarnya ke Bandung atau ke Papua? Terus Pak CEO ikut juga ya, kok beliau tau kak Una di sana makan bakso," tanya Rahmi.
Vino dan Bian terbahak, mendengar ucapan Rahmi.
"Sepertinya ada berita menarik untuk diceritakan ke Meisya," ungkap Vino yang mulai memahami bahwa ada sesuatu antara Una dan Ben.
"Oh iya, istrimu berteman dengan Aruna ya?" Tanya Ben
"Betul pak, saya mempunyai info lengkap tentang Aruna termasuk sifat buruknya juga saya tau," jawab Vino
"Sepertinya kita perlu bicara setelah ini," ajak Ben pada Vino.
"Kak, jangan aneh-aneh deh. Jangan sampai Meisya tau ya, ada anak divisi SDM naksir Kak Vino," ancam Una agar Vino tidak membocorkan info tentang dirinya pada Ben. Vino berdecak mendengar ucapan Una.
Drt drt, ponsel Una bergetar. "Hah, Semesta mendukung," kata Una sambil memperlihatkan layar ponselnya pada Vino, panggilan Video Call dari Meisya.
"Hai Sya,"
"Ke mana aja lo, pulang ke Bandung nggak ngasih kabar"
"Ayah sakit. Eh Sya, ada Kak Vino nih, mau tau a little secret nggak?"
"Rahasia apaan sih?"
"Your husband"
"Palingan cewek-cewek yang godain dia"
Vino terbahak mendengar ucapan Meisya, ternyata ancaman Una tidak membuat Meisya khawatir.
Una berdecak, menatap pada Vino.
"Ada juga loe ya Na, putus dari Alan nggak ada sedih-sedihnya. Belum bisa move on ya dari om siapa tuh namanya, yang mobilnya pernah loe tabrak"
"Tau ah, bye"
Vino masih terkekeh, Una menghabiskan air mineralnya.
"Owh, belum bisa move on," seru Ben lalu terkekeh.
Una berdiri, lalu mengajak Rahmi. "Duluan ya Bapak-bapak, silahkan nikmati makan siangnya."
Ponsel Una bergetar saat dirinya sedang konsentrasi memeriksa file laporan keuangan yang dibuatnya.
Om Rese : Aruna, ke ruanganku
Aruna : Maaf pak, saya sedang sibuk
Om Rese : Ck, jam pulang ke sini, tidak ada penolakan.
Aruna : Hmm, lihat nanti
Saat ini sudah lewat dari jam kerja berakhir, Una sedang merapihkan meja kerjanya saat Abil datang menghampiri. Berdiri dengan tangan dilipat di dada, "Gue masih belum ketemu benang merah dari percakapan di kantin tadi siang," cetus Abil.
"Nggak usah dipikirin!"
"Sejak kapan?"
"Apanya?"
"Loe hutang cerita ke gue ya," cetus Abil, "Gue duluan ya"
"Hmmm, iya. Hati-hati"
Setelah mematikan komputernya, Una keluar dari ruangan menuju lift untuk turun ke lantai dasar.
Sudah hampir satu bulan berlalu, hubungan Ben dan Aruna semakin dekat. Meskipun Una belum mengijinkan Ben menemui ayahnya, tapi Ben sudah menemui Huda. Bahkan tanpa sepengetahuan Una, Ben meminta Bian untuk memberikan pekerjaan pada Huda sesuai dengan kemampuannya.
Pagi ini Una tidak membawa motor, dia menggunakan ojeg online untuk berangkat ke kantor. Saat tiba di Lobby dia terkejut melihat Kak Huda di sana menggunakan seragam khas security. "Loh, Kak Huda ngapain di sini?"
"Kerjalah, masa tidur."
"Sejak kapan?"
"Adalah dua mingguan"
"Yang suka dibicarakan kalau ada security baru yang katanya ganteng itu maksudnya Kak Huda kali ya"
"Pastinya"
"Nggak usah tebar pesona, ingat istri juga lagi cari nafkah"
"Ck, iya. Sudah sana kerja yang bener"
Una meletakan tasnya di meja, lalu beranjak ke luar ruangan menuju lift, dia hendak ke ruangan Ben.
"Mbak, Pak Ben sudah datang?" Tanya Una pada Nora.
"Sudah, baru saja masuk"
"Aku masuk ya," ucap Una, Nora hanya mengangguk dan tersenyum.
Una mengetuk pintu, lalu membukanya dan menghampiri Ben yang sudah duduk di meja kerjanya sedang fokus pada tabletnya.
"Pak," sapa Una. Ben yang mendengar dipanggil menoleh ke depan. Ternyata Una sudah duduk di kursi depan mejanya.
"Tumben ke sini tanpa diperintah."
"Kak Huda minta kerjaan ke bapak ya?"
Ben mengernyitkan dahinya, "Bian yang menawarkan"
"Kemarilah!!" Ucap Ben kembali.
Una menghampiri Ben, berdiri di samping Ben yang sedang duduk, "Sabtu ini pernikahan Bian, nanti sore kita ke butik langgananku, ambil pakaian yang sudah aku pesan"
"Hmmm"
"Kapan kamu mau pertemukan aku dengan kedua orangtuamu?" Tanya Ben pada Una, kini mereka sudah dalam posisi berhadapan.
___________
Kapan ya ?
JANGAN LUPA LIKE, KOMENT DAN HADIAHNYA YA
Tunggu kelanjutannya 😄
Perjodohan Arini
Suami absurd
Suami rupa madu mulut racun