Terpaksa menikah dengan CEO tampan? Rasanya tak mungkin. Siapa yang tidak ingin dinikahi CEO tampan? Mungkin tidak ada wanita yang akan menolak.
Tapi menjadi istri kedua dan hanya untuk menjaga keutuhan rumah tangga sang CEO dengan istri pertamanya? Hanya untuk melahirkan keturunannya? Hanya untuk diabaikan dan direndahkan? Siapa yang akan bersedia?
Allena, benar-benar terpaksa menikah dengan CEO tampan itu. Dan mulai menjalani hidup sebagai istri kedua yang diabaikan dan harus melahirkan keturunan sang CEO.
Apakah Allena bisa bertahan menjalani rumah tangga yang penuh derita itu atau beralih pada CEO lain yang juga tampan dan tulus mencintainya?
Sebuah karya untuk Lomba Menulis bertema
#Berbagi Cinta
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alitha Fransisca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 30 ~ Terulang Lagi ~
Allena mendorong punggung Valendino yang sejak tadi pamit pulang namun tak kunjung pergi. Tiba-tiba laki-laki itu membalik badan dan langsung mengecup bibir Allena. Membuat gadis itu langsung termangu. Valendino pun pergi dengan senyum di bibirnya tinggal Allena yang termenung. Merasa berdosa pada pernikahannya karena membiarkan laki-laki itu mengecupnya.
Berdiri di depan jendela karena merasa syok dengan sikap Valendino yang masih saja terlihat mengharapkannya. Allena kembali kaget saat tiba-tiba dipeluk dari belakang dan ada yang mencium pipinya. Allena mengira Valendino yang kembali ingin menggodanya namun yang datang justru suaminya.
Zefran kaget karena Allena memanggil dirinya dengan panggilan untuk Valendino. Zefran langsung merasa cemburu.
"Valen datang ke sini dan dia juga melakukan ini, memeluk dan menciummu?" tanya Zefran.
Allena terpaku tak bisa menjelaskan. Laki-laki itu kesal, membalik badan dan ingin beranjak pergi. Allena langsung menahan tangan suaminya.
"Lepaskan aku!" ucap Zefran dengan sorot mata yang tajam.
Allena menggeleng dengan mata yang telah berkaca-kaca. Tidak rela membiarkan laki-laki itu pergi begitu saja, membawa kesalahpahaman dan meninggalkannya.
"Aku mempercepat meeting-ku di kantor demi menemuimu tapi apa yang aku dapatkan? Kenyataan bahwa istriku yang sedang sakit masih saja mencari kesempatan untuk bertemu dengan selingkuhannya," ucap Zefran.
Allena semakin menggelengkan kepalanya kuat untuk menepis tuduhan Zefran.
"Bukannya Kakak sendiri yang memberi tahu kak Valen kalau aku dirawat di sini? Karena itu dia datang menjengukku?" tanya Allena masih menahan tangan Zefran.
"Kamu ini bodoh atau bagaimana? Kamu tahu kalau aku tidak suka kamu bertemu dengannya lalu bagaimana mungkin aku yang memberitahukannya kalau kamu dirawat di sini!" ucap Zefran sambil menunjuk kening Allena.
Mata Allena yang tadinya berkaca-kaca kini telah mengalirkan air matanya. Perlakuan Zefran yang mendorong kening dengan telunjuk itu telah menyakiti hatinya. Allena melepaskan tangan Zefran.
"Ya, aku memang bodoh karena itu aku tidak mengerti. Bagaimana Kak Valen bisa tahu aku ada di sini. Aku tidak memintanya untuk datang, aku juga tidak mungkin mengusirnya. Saat dia bilang kak Zefran yang memberitahunya aku percaya. Siapa lagi yang memberitahunya kalau aku ada di ruangan ini?" jawab Allena terisak-isak dan pasrah dituduh suaminya.
Zefran tercenung, ucapan Allena memang benar.
Tapi bukan aku yang memberitahunya Allena. Itu karena dia sendiri yang menolong dan membawamu ke rumah sakit ini. Kenapa Valen mengatakan kalau aku yang memberitahunya? batin Zefran.
Allena menunggu jawaban, Zefran hanya diam. Tiba-tiba gadis itu terhuyung ke belakang, Zefran ingin segera meraihnya namun Allena menolak. Gadis itu memilih berpegangan pada tepian jendela. Hatinya menolak ditolong oleh orang yang telah menghinanya.
"Tidak usah aku baik-baik saja, tidak perlu peduli gadis bodoh sepertiku. Maaf aku sudah mengganggu jadwal kerja Kakak," ucap Allena.
Gadis itu memejamkan mata membuat air matanya mengalir deras membasahi pipinya lalu terkulai lemas. Zefran segera meraih tubuh Allena dan memeluknya. Wanita itu kembali jatuh pingsan.
Zefran berteriak memanggil tenaga medis. Mereka segera memeriksa keadaan gadis itu. Seorang dokter memberikan arahan, perawat lain memasang kembali selang infus. Segera memberi obat dengan cara disuntikkan melalui infus ke pembuluh darah vena.
Zefran hanya bisa memandang paramedis yang bekerja cepat menangani kondisi istrinya. Laki-laki itu menitikkan air mata menyesal atas ucapan dan perbuatannya. Allena kembali terbaring pingsan. Setelah semua tindakan medis dilakukan, dokter pun menemui Zefran.
"Sepertinya sore ini nyonya Allena belum bisa pulang Tuan. Nyonya Allena mengalami tekanan darah rendah atau hipotensi akut yang bisa mengancam nyawa. Kami sudah menyuntikkan obat untuk menyempitkan pembuluh darah sehingga bisa meningkatkan tekanan darahnya agar bisa memicu kerja jantung dalam memompa darah untuk menghindari henti jantung. Saat pemeriksaan tadi pagi kondisinya jauh membaik. Pasien minta izin untuk pulang lebih cepat tapi melihat kondisinya sekarang ini sepertinya permintaan Nyonya Allena belum bisa dipenuhi Tuan. Hipotensi yang dialami nyonya Allena bisa terjadi karena kehamilan, dehidrasi dan stress yang dialaminya. Untuk itu kami sarankan agar Nyonya Allena tetap dirawat di rumah sakit dan hindari stress," jelas dokter itu panjang lebar pada Zefran.
Laki-laki itu hanya bisa menganggukkan kepalanya. Berterima kasih pada dokter yang telah menangani istrinya. Setelah memberi pengarahan pada perawat-perawatnya dokter itu pamit meninggalkan ruangan.
Para perawat memastikan sekali lagi kondisi pasien, memeriksa infus dan merapikan selimut kemudian pamit meninggalkan ruangan. Tinggal Zefran yang terpaku menatap istrinya yang kembali diam memejamkan mata dengan wajah yang pucat pasi.
Maafkan aku Allena, maafkan aku. Kenapa aku selalu menyakitimu? Di saat membencimu atau mencintaimu tetap saja membuat aku menyakitimu. Maafkan aku Allena, maafkan aku sayang, jerit hati Zefran.
Laki-laki itu hanya bisa menangis di samping ranjang istrinya. Berharap agar kondisi wanita yang dicintainya itu segera membaik, bangun dan menatapnya. Zefran ingin segera meminta maaf padanya. Namun, Allena tak kunjung siuman.
Laki-laki itu bertekad akan menemani istrinya hingga benar-benar sembuh. Zefran tidak ingin lagi meninggalkan istrinya sedetik pun. Menjelang malam Allena membuka mata, perlahan menoleh ke arah jendela. Gadis itu menghembuskan nafas berat. Mengingat hari ini dirinya batal pulang ke rumah. Merasa sedih saat teringat harinya akan terasa sepi di ruangan luas, mewah namun sepi itu.
Allena terkejut saat melihat Zefran yang tertidur bertopang lengan menghadap ke arahnya. Sejenak kemudian gadis itu tersenyum, tangannya bergerak menepis helaian rambut yang menutupi mata laki-laki itu.
Kenapa tidur di sini? Aku pikir Kakak tidak bisa tidur di sembarang tempat. Ternyata bisa nyenyak begitu. Mungkin dia kelelahan, kalau begitu harusnya pulang. Aku kesepian di sini tapi kalau menyusahkan orang aku tidak mau. Kak, bangun, pulanglah, tidur yang nyenyak di rumah, jerit hati Allena membangunkan Zefran.
Allena bergerak menghadap ke arah laki-laki itu, memandanginya lekat-lekat.
Kenapa selalu seperti ini? Setelah menyakitiku kakak bersikap perhatian padaku? Apa seperti itu caranya mendapat perhatian darimu? Tapi Nyonya Frisca pasti tidak suka kalau Kakak di sini terus, batin Allena.
Allena membelai pipi suaminya, membuat laki-laki itu terbangun. Langsung menatap Allena yang tersenyum ke arahnya.
"Kamu sudah bangun? Kenapa tidak beritahu aku, aku akan panggilkan dokter," ucap Zefran hendak pergi dari ruangan itu namun tangannya ditahan oleh Allena.
Gadis itu menggenggam tangan suaminya sambil tersenyum. Zefran urung melangkah dan kembali mendekati Allena.
"Aku baik-baik saja, Kakak jangan pergi," ucap Allena pelan.
Zefran memeluk Allena, laki-laki itu menangis di bahu wanita itu. Allena membalas pelukan itu dengan sebelah tangannya.
"Kakak kenapa? Kenapa menangis?" tanya Allena.
"Aku bersalah padamu, aku selalu menyakitimu. Aku selalu bersikap kasar padamu. Allena, apa kamu lupa? Apa yang telah aku lakukan padamu?" tanya Zefran.
"Aku mengerti, aku yang salah. Aku yang membuat Kakak bersikap seperti itu. Mungkin aku memang pantas diperlakukan seperti itu," ucap Allena mengusap punggung suaminya.
"Tidak, kamu tidak pantas diperlakukan seperti itu. Aku yang salah, aku keterlaluan. Sikapku buruk padamu, maafkan aku. Aku tidak bisa menahan emosiku, maafkan aku sayang," ucap Zefran semakin mempererat pelukannya.
Allena menoleh dan mengecup leher laki-laki itu, Zefran langsung melepaskan pelukannya dan menatap wajah istrinya dari dekat. Heran dengan sikap Allena yang bertindak seolah-olah begitu mudah melupakan sikap jahatnya pada gadis itu.
"Kamu tidak marah padaku?" tanya Zefran.
"Aku sedih tapi tidak bisa marah. Kalau Kakak menyesal aku justru merasa iba. Aku tidak bisa membenci apalagi membuat Kakak pergi. Aku lebih memilih memaafkanmu daripada kehilanganmu," lirih Allena.
Zefran terenyuh mendengar ucapan gadis itu. Kembali laki-laki itu memeluknya erat dan membenamkan bibirnya ke bibir gadis itu. Namun, Allena mendorongnya, Zefran mengira Allena menolak ciumannya.
"Lidahku terasa pahit, jangan sampai Kakak ikut merasakannya," keluh Allena.
"Tidak sayang, aku tidak merasakan pahit sedikit pun. Apa sangat pahit? Apa yang harus kulakukan?" tanya Zefran bingung.
Zefran langsung keluar begitu saja, membuat Allena menyesal mengucapkan itu.
Harusnya aku diam saja, sekarang Kakak malah pergi, batin Allena menyesal.
Tak lama kemudian Zefran kembali dan duduk di hadapan Allena
"Dokter bilang dehidrasi bisa membuat mulut terasa lebih pahit saat sakit. Stres berat dan gangguan kecemasan bisa menyebabkan adanya kelainan sensasi pengecapan termasuk mulut terasa pahit. Ini bisa terjadi pada ibu hamil di trimester pertama. Umumnya, mereka akan mengalami kondisi mulut yang pahit. Penyebabnya adalah hormon yang cenderung naik-turun selama kehamilan" jelas Zefran.
Allena tertawa mendengar penjelasan Zefran.
"Lama-lama Kakak bisa jadi dokter juga kalau mengingat semua penjelasan dokter," ucap Allena masih tertawa.
"Tadinya aku cuma bertanya kondisimu tapi malah diberi penjelasan panjang lebar itu sementara penanganan mulut pahit dari dokter hanya dikhususkan bagi pasien yang mengalami keluhan dalam jangka panjang," jelas Zefran lagi.
"Lalu?" tanya Allena sambil tertawa, senang melihat wajah panik suaminya.
"Oleh dokter cuma disuruh makan permen mint bebas gula," ucap Zefran sambil membuka bungkus permen itu dan memakannya.
"Loh kok Kakak yang makan sih," protes Allena saat melihat Zefran justru memakan permen itu untuk dirinya sendiri.
Zefran tersenyum lalu perlahan mendekati istrinya. Zefran menempelkan bibirnya ke bibir istrinya. Bersama-sama mereka memainkan permen di rongga mulut Zefran. Tanpa disadari Allena menarik tubuh Zefran lebih dekat sambil sesekali tertawa. Allena berusaha merebut permen itu dari mulut Zefran namun laki-laki itu mempertahankannya.
"Aku tidak akan memberikannya untukmu," ucap Zefran.
"Kenapa? Itu permen untukku," protes Allena.
"Kalau aku beri, kamu tidak akan membaginya bersamaku," ucap Zefran.
"Tapi yang merasa pahit itu mulutku," protes Allena lagi.
"Aku tidak peduli, ayo rebutlah," ucap Zefran sambil mengulurkan permen dari mulutnya.
Langsung menyedot permen itu saat Allena menempelkan bibirnya. Allena tertawa sambil memeluk leher suaminya.
Tertawalah sayang, mulai sekarang jangan stress lagi. Kamu harus tetap ceria agar cepat sembuh, batin Zefran.
Tersenyum sambil mengulurkan kembali permen itu untuk memancing Allena.
"Nanti keburu habis," protes Allena lagi.
"Aku masih punya banyak," celetuk Zefran sambil menggoda istrinya.
Allena kembali memeluk suaminya dan menyatukan bibir mereka. Zefran dan Allena bisa melakukannya semalaman jika petugas tidak datang dan mengganggu kemesraan mereka.
"Ini makan malamnya dan ini obat-obatnya. Di habiskan ya," ucap ibu petugas pengantar makanan itu sambil tersenyum melihat tingkah pasangan mesra itu.
Bergegas ibu itu keluar dari ruangan itu setelah menyusun nampan berisi makanan pasien dan obat-obatannya di atas overbed table.
"Kakak pulanglah, makan malam dan istirahat di rumah," ucap Allena.
"Meninggalkan istriku sendirian di sini?" tanya Zefran.
"Aku baik-baik saja, setelah makan, aku akan istirahat dan tidur lagi," ucap Allena menenangkan Zefran.
"Aku tidak percaya, nanti kamu bohong lagi. Kamu kesulitan tidur karena kebanyakan tidur siang. Taunya tak bisa tidur karena merindukanku," ucap Zefran mengulang ucapan Allena.
"Kali ini aku serius, aku janji akan istirahat dan tidur malam ini," janji Allena.
"Baiklah aku akan pulang setelah makan malammu habis tapi jangan marah kalau aku kembali," ucap Zefran sambil mengambil piring makan Allena.
Gadis itu menggeleng dan meminta diambilkan obat anti mual. Zefran mengambilkan kotak kecil berisi obat-obatan. Allena langsung meminum obatnya.
"Kak, besok harus kerja. Jangan kembali lagi,.istirahatlah di rumah. Satu jam lagi aku baru bisa makan, nanti aku makan sendiri saja. Sekarang kakak pulanglah nanti di cari Mommy dan Nyonya Frisca," ulang Allena.
"Lebih baik tidak usah kerja daripada membiarkan istriku sendirian di rumah sakit," keluh Zefran.
"Kakak ...," ucap Allena tidak setuju.
"Baiklah aku pulang kalau aku tidak datang nanti berarti besok aku kemari, mengerti?" ucap Zefran.
Allena mengangguk. Zefran mengecup bibir istrinya dan berlalu dari tempat itu. Meski rasanya tidak rela namun demi memenuhi permintaan Allena laki-laki itu akhirnya berangkat pulang.
Allena tidak boleh stress dan bersedih, aku harus menahan diri jangan sampai menyakitinya. Aku juga harus hati-hati menjaga perasaan Frisca agar dia tidak menyalahkan Allena, jerit hati Zefran.
Sepanjang jalan berpikir demi kebaikan kedua istrinya. Saat tiba di rumah sedikit kecewa karena Frisca yang ingin dijaga perasaannya oleh Allena justru tidak berada di rumah.
Zefran dan Ny. Mahlika hanya makan malam berdua. Ny. Mahlika bertanya tentang keadaan menantunya. Zefran menceritakan apa yang terjadi dengan raut wajah menyesal.
"Benarkah? Harusnya hari ini sudah boleh pulang?" tanya Mahlika dan dibalas anggukan oleh Zefran.
"Dia tidak boleh bersedih apalagi mengalami stress," tutur Zefran.
"Apa kita harus memberitahu ibunya?" tanya Mahlika.
"Benar juga, mungkin jika ibu Vina ada di sisinya dia lebih gembira. Lagipula Allena belum memberitahu perihal kehamilannya pada Bu Vina," ucap Zefran.
Ny. Mahlika mengangguk.
"Kalau begitu besok aku akan menjemputnya dan bersama-sama menjenguk Allena," ucap Zefran bersemangat.
Dan besoknya seperti yang telah direncanakan. Zefran memilih tidak bekerja dan mendatangi ibu mertuanya. Ibu Vina sangat terkejut melihat kedatangan Zefran seorang diri.
Ibu itu bahkan sempat berpikir buruk, Zefran ingin menceraikan putrinya atau mengabarkan berita buruk tentang putrinya. Namun sikap Zefran justru tidak menunjukkan hal buruk akan terjadi. Menantunya itu justru memeluk dan mencium tangannya. Ibu Vina semakin heran dengan sikap Zefran. Ibu Vina merasa risih dipeluk dan dicium oleh laki-laki mentereng itu.
"Jadi Allena telah hamil," teriak Vina.
"Iya Bu tapi kondisinya kurang bagus dia tidak bisa mengatasi rasa mualnya" cerita Zefran.
"Oh, Allena pasti sangat merepotkanmu nak" ucap Vina.
"Bukan itu masalahnya, saya sama sekali tidak merasa repot. Allena tidak suka merepotkan orang lain tapi saya pikir jika ibu mau menjenguknya mungkin Allena akan merasa senang," jelas Zefran.
"Bolehkah ibu menjenguknya?" tanya Vina tak percaya.
"Tentu Bu, kenapa tidak boleh?" tanya Zefran.
Mendengar ucapan Zefran secepatnya ibu Vina bersiap-siap untuk berangkat ke rumah sakit. Ibu itu merasa sangat tersanjung saat Zefran membukakan pintu mobil untuknya. Bersama-sama mereka mengunjungi Allena.
Keduanya terkejut saat masuk ke dalam ruangan, melihat begitu banyak buket bunga memenuhi ruangan itu. Raut wajah Zefran yang tadinya ceria, langsung berubah. Apalagi setelah membaca kartu ucapan yang terselip di buket-buket bunga itu.
Zefran mengepalkan tangannya, jika ibu Vina tidak berada di situ. Zefran mungkin sudah mengobrak-abrik seluruh rangkaian bunga dari Valendino itu. Zefran menatap tajam pada Allena, sementara gadis itu menatapnya dengan wajah khawatir dan merasa bersalah.
...~ Bersambung ~...
kau surve 1000 pembaca lelaki
aku yakin 100% tidak akan ada mau punya istri kayak Alena
*istri tapi gampang meladeni pria lain
*istri tapi gampang kontak fisik (pelukan dengan pria lain, sudah tidak terhadap berapa kali Alena pelukan dengan pria lain
*istri yang tidak bisa menjaga perasaan suami dari cemburu
*istri yang lebih menentukan perasaan pria lain dari pada perasaan suaminya
*istri munafik suaminya cemburu dibilang cemburu buta tapi dia sendiri cemburu juga
*istri makan ada masalah sedikit pergi dari rumah, sudah dua kali Alena buat suaminya hampir mati karena kelakuan laknatnya
*fakta zebran sudah berkali makan hati dan mengeluarkan airmata karena Alena, dan sudah berap kalian zefran diremehkan dan direndahkan pria lain
*Alena istri yang tidak bisa menjaga harga diri suaminya didepan pria lain
wanita kayak gini yang kalian bangga kan
aku yakin 100% tidak akan ada lelaki yang mau punya istri kayak Alena
dan mirisnya novel ini membela dan membenarkan semua kelakuan Alena dan valen
jadi doaku semoga author dapat suami yang sifatnya kayak alena dan semoga author punya sahabat wanita yang sifat dan baiknya kayak valendino yang selalu baik dan perhatian pada suami author, amin
*saat Alena cembur 100% kesalahan zefran karena tidak bisa menjaga dan peka terhadap perasaan dan hati istrinya
kecemburuan Alena kalian benarkan, dan kalian menghujat zefran
*tapi saat zefran cemburu tetap 100% kesalahan zefran karena kalian anggap cemburu buta, tidak percaya istrinya,
otak egois kalian, kalian hanya pikir perasaaan Alena tapi kalian tidak sadar zefran juga punya perasaan.
suami mana tidak cemburu melihat istrinya dekat dengan pria lain bahkan sampai sering kontak fisik,
sadar tidak kelakuan Alena yang terlalu dekat pada lelaki lain itu juga melukai perasaan suami, ingat suami kalian juga punya perasaan
Thor pakai otak sedikit saja tempat kan lah salah ya salah benar ya benar jika zefran salah ya salah jika kelakuan Alena salah ya salah, jangan kalian selalu membela dan membenarkan kelakuan alena
salam akal waras wanita