Jiwanya tidak terima di saat semua orang yang dia sayangi dan dia percaya secara bersama-sama mengkhianatinya. Di malam pertama salju turun, Helena harus mati di tangan anak asuhnya sendiri.
Julian, pemuda tampan yang berpendidikan dibesarkan Helena dengan penuh cinta dan kasih sayang. Tega menghunuskan belati ke jantungnya.
Namun, Tuhan mendengar jeritan hatinya, ia diberi kesempatan untuk hidup dan memperbaiki kesalahannya.
Bagaimana kisah perjalanan Helena?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisy hilyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Siapa Tuan Muda?
"Siapa yang kau sebut sebagai tuan muda? Tuan muda di sini hanya satu! Julian, tidak ada yang lain!" ucap ibu mertua yang datang dengan keadaan marah.
Helena memperhatikan tak jauh dari mereka, dia ingin melihat apa yang akan dilakukan wanita tua tersebut.
Plak!
Ibu mertua menampar pelayan yang menemani Keano, menatap tajam penuh amarah. Helena mengepalkan tangan geram dengan sikap semena-mena ibu mertuanya.
"Perlu kau ingat, anak dari keluarga ini hanyalah Julian. Cepat atau lambat dia akan meninggalkan rumah ini. Apa kau mengerti?" hardik ibu mertua menunjuk Keano tanpa perasaan.
"Aku anak yang diangkat ibu, selain ibuku tidak ada siapapun yang bisa mengusirku dari sini!" balas Keano tanpa rasa takut sama sekali.
Dia bahkan berani menatap tajam pada ibu mertua. Wajah tua itu menegang, urat-uratnya mengeras, tak terima dibentak oleh anak sekecil Keano. Di tempatnya, Helena tersenyum puas. Keano harus menjadi anak yang kuat dan tak mudah ditindas.
"Kau! Beraninya kau melawan orang tua!" geram ibu mertua seraya mengangkat tangannya hendak menampar Keano.
"Berani Ibu menyentuhnya sedikit saja, aku tidak akan segan terhadap Ibu," ucap Helena yang datang menghampiri mereka.
Suaranya yang tegas menghentikan tangan ibu mertua di udara. Wanita tua itu menghentak tangannya yang mengepal. Berpaling dari Helena yang tak diharapkan kedatangannya.
"Ibu!" Keano berlari dan memeluk Helena, mengangkat wajahnya menatap sang ibu menunjukkan bahwa dirinya adalah anak yang kuat dan tak mudah ditindas.
Helena mengusap wajah Keano sambil tersenyum bangga padanya. Melihatnya kuat seperti tadi dia tidak perlu terlalu khawatir akan kehidupannya di masa depan.
"Kau tidak apa-apa? Mereka tidak menyakitimu, bukan?" tanyanya dengan suara lembut mendayu.
Keano menggeleng dan menjawab, "Tidak, Ibu. Anakmu tidak mudah ditindas."
Helena tersenyum sambil mengangguk-anggukkan kepala. Ia mengangkat pandangan menatap pelayan di belakang Julian yang berdiri dengan kepala tertunduk.
"Kenapa Ibu mengatakan hanya Julian anak di rumah ini? Apa Ibu tidak menganggap Keano sama sekali?" tanya Helena masih dengan nada lembutnya.
Ibu mertua berpaling, mendengus kesal. Tentu saja dia tidak akan menganggap Keano sebagai cucunya.
"Aku tidak akan pernah mengakui anak itu sebagai cucuku. Cucuku hanya Julian seorang, tidak ada yang lain!" tegas ibu mertua dengan angkuh. Dia bahkan tidak menatap Helena sama sekali.
"Oh, tapi tuan muda di rumah ini harus berada di bawah namaku. Dia yang tidak terdaftar sebagai anakku, tidak akan pernah bisa menjadi tuan muda di rumah ini. Apalagi menjadi pewaris tahta di dalam keluarga." Helena tersenyum tegas.
Ibu menoleh dengan mata melebar, tak menyangka Helena akan menggunakan kekuasaannya untuk menindas mereka.
"Kau! Ibu tidak mau tahu Julian harus menjadi anak angkat kalian. Tidak masalah berdua dengan anak itu, tapi Julian harus menjadi anak pertama di rumah ini!" sahut ibu mertua tak kalah tegas.
Helena tertawa kecil, menghela napas kemudian. Kepalanya menggeleng pelan, melihat kebodohan sang ibu mertua.
"Bagaimana dia bisa menjadi anak sulung sementara usianya di bawah Keano. Lagi pula, Ibu sendiri yang ingin mengangkatnya sebagai cucu dan ... apa Ibu lupa? Bukankah Ibu sendiri yang akan merawatnya, bukan aku. Aku hanya akan menjadi ibu untuk Keano, bukan untuk dia!" Helena tersenyum puas saat melihat wajah pucat ibu mertuanya.
"Kau! Ibu tidak terima!" ketusnya tak mau mengalah.
"Aku tidak peduli," desis Helena, kemudian matanya berputar menatap pelayan di belakang Julian.
Ibu mertua membelalak, tapi tak dapat berkata-kata.
"Kau berani memarahi anakku di saat aku tidak ada di sisinya. Apa hakmu di sini sehingga kau begitu berani meninggikan suaramu di hadapan anakku!" bentak Helena membuat pelayan itu seketika terduduk penuh sesal.
"Maafkan saya, Nyonya. Saya menyesal. Saya berjanji tidak akan mengulanginya. Tolong, jangan pecat saya, Nyonya,"ucapnya hampir menangis.
Helena menghela napas panjang, dia bukan orang yang kejam. Lagipula selama ini mereka bekerja dengan sangat baik dan tidak pernah mengecewakannya.
"Baiklah. Aku harap kau menepati janjimu. Jika aku tahu sekali saja kau menindas anakku, maka aku tidak bisa mentolerir dirimu lagi!" tegas Helena yang diangguki pelayan itu dengan cepat.
"Baik, Nyonya. Terima kasih banyak, saya akan mengingatnya," jawab pelayan tadi seraya berdiri dari lantai setelah melihat isyarat yang diberikan Helena.
"Jangan menyalahkan mereka, dia hanya membela Julian yang ditindas oleh anak itu," ujar ibu mertua membela pelayannya. Julian menganggukkan kepala dengan wajah yang menyedihkan.
"Oh, benarkah?" Helena menatap tajam wanita tua itu. Ia berjongkok, berhadapan dengan Keano.
"Bisa kau ceritakan kepada Ibu apa yang sebenarnya terjadi?" pinta Helena dengan pelan.
Keano berbalik, menatap Julian dingin. "Dia merebut mainanku, aku hanya mempertahankannya saja. Dia selalu merebut apa yang aku ambil, aku hanya memberinya pelajaran sedikit saja agar dia mengerti yang dilakukannya itu adalah salah," ucap Keano dengan tegas dan jelas.
Helena menarik udara, matanya berputar menatap Julian yang tertunduk ketakutan. Perlahan, dia berjalan ke belakang tubuh ibu mertua, berlindung di sana.
"Bagaimana, Julian? Apa kau sudah mengerti?" tanya Helena tak terduga.
"Helena, kau jangan hanya menyalahkan Julian. Dia masih kecil, wajar saja jika berebut mainan. Anak itu saja yang sepertinya tidak ingin berbagi," ucap ibu mertua masih saja membela cucunya itu.
Helena tersenyum sinis, pantas saja dulu Julian menjadi seorang penjahat sekaligus pengkhianat. Lupa pada jasa orang yang sudah menjadikannya manusia. Dia diasuh oleh orang-orang serakah dan tamak serta mau menang sendiri.
"Jangan pernah mentolerir kenakalan anak-anak, Ibu. Apalagi hal itu dilakukannya berulang-ulang. Itu akan membuatnya menjadi seorang penjahat di masa depan. Ibu, didiklah anak itu dengan kebaikan agar kelak bermanfaat untuk Ibu. Jangan pernah membenarkan kesalahannya!" tutur Helena seraya membawa Keano pergi bersama dengan pelayannya.
Ibu mertua mendengus kesal, lagi dan lagi dia kalah berdebat dengan Helena.
Entah apa yang terjadi pada wanita itu, kenapa dia sekarang berubah.
"Nenek!" Julian merengek memeluk ibu mertua.
Dasar anak ini, bisanya hanya menangis dan merengek saja. Lama kelamaan menyusahkan aku.
dan kekuatan sekali jika itu adalah ayah kandungnya si Keano 👍😁
Tapi kamu juga harus lrbih berhati” ya takutnya mereka akan melakukan sesuatu sama kamu dan Keano 🫢🫢🫢