kisah cinta anak remaja yang penuh dengan kejutan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cilicilian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perbuatan Zian
Jantung Dara berdebar semakin kencang. Matanya menatap lekat wajah Andra yang masih tersenyum tipis, senyum yang membuat perutnya terasa berputar-putar seperti ada kupu-kupu yang bertebaran. Ada getaran aneh yang menjalari tubuhnya, perasaan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya saat berada di dekat Andra.
Fokusnya kini tertuju pada Andra sampai suara deheman Andra menyadarkan dirinya, dengan cepat ia mengelengkan kepalanya guna menghilangkan rasa aneh yang ada di dalam hatinya.
Dara memutuskan untuk segera meninggalkan ruang UKS. Ia perlu menenangkan dirinya, perlu menetralkan detak jantungnya yang terasa mau copot. Ia perlu menenangkan pikirannya yang terasa kacau, sepertinya ia sudah kehilangan kewarasannya.
Andra yang melihat tingkah Dara, memekik gemas. Sangat gemas, sampai senyum lebar di wajahnya menatap kepergian Dara.
Begitu keluar dari ruang UKS, Dara menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan, mencoba untuk menenangkan dirinya. "Ra! Lo kenapa sih?! Gue malu banget sumpah, masa iya gue bisa bicara gagap kayak tadi," gumamnya, merutuki kebodohannya sendiri.
Kedua tangannya menepuk-nepuk kepalanya, frustasi dengan tingkahnya yang tadi terlihat seperti orang hilang kendali saat berada di dekat Andra. Ia merasa sangat malu dengan sikapnya yang canggung tadi dan merasa sangat bodoh karena telah bersikap kikuk di depan Andra.
Ia bertanya-tanya dalam hati, kenapa ia bisa segugup ini? Padahal Andra terlihat biasa saja, tenang, dan bahkan tersenyum, namun Dara merasa jantungnya hampir mau meloncat keluar dari dadanya.
Saat Dara berjalan sambil merutuki kebodohannya, tiba-tiba saja lenganya di tarik dengan kencang. Tubuhnya terhuyung, ikut serta terbawa oleh tarikan orang tersebut.
"Lepasin gue Zian!" Dara berteriak, memberontak berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Zian yang menarik lengannya dengan kasar.
Percuma saja Dara memberontak, Zian terlihat acuh pada Dara. Zian sama sekali tidak mengidahkan teriakan Dara yang ingin dilepaskan dari cengkraman Zian.
Zian membawa Dara ke arah belakang sekolah. Sesampainya di tempat yang sepi, Zian menghempaskan tangan Dara dengan kasar dan membawa tubuh Dara ke dalam dekapannya.
"Ra, aku sayang sama kamu, aku nggak mau kamu deket-deket sama siapapun itu," ucap Zian, suaranya terdengar lirih namun penuh emosi.
Rasa cemburu dan takut kehilangan menyelimuti hatinya. Rasa ingin memiliki Dara dan menjadikan Dara satu-satunya di dalam hatinya sangatlah dalam.
Dara terus memberontak di dalam pelukan Zian, merasakan rasa tidak nyaman dan ketakutan yang sangat besar. Rasanya sangat takut dan pikiranya kalut, takut kalau Zian akan bertindak berlebihan dan di luar batas.
"Stop Zian! Gue pengap! Lepasin gue!" Dara memberontak sangat keras sampai Zian terpaksa melepaskan pelukan itu.
Napas Dara tersengal-sengal, tatapan matanya tajam menatap Zian. "Lo kenapa sih Zian! Tangan gue sakit! Lo kenapa main tarik gue aja sih!" teriaknya, memegang pergelangan tangannya yang memerah Karena tarikan Zian yang kasar. Ia merasa sangat marah dan kesal.
Zian menatap Dara dengan rasa bersalah. "Ra, maafin aku, kalau nggak kaya gini pasti kamu nggak mau ikutin aku," ujarnya, menunjukkan alasannya mengapa ia bertindak seperti itu.
Ia merasa bahwa ia terpaksa melakukan hal tersebut karena Dara tidak mau mendengarkannya. Rasa cinta dan takut kehilangan Dara, membuat dirinya nekat untuk melakukan perbuatan seperti ini pada Dara. Pikiranya sangat kalut, melihat Dara yang terus menerus menjauh darinya.
Tangan Zian hendak menyentuh wajah Dara, namun dengan cepat Dara menepisnya. "Tapi jangan pake cara kaya gini! Gue nggak suka sentuhan fisik apalagi sampe lo peluk gue kaya tadi! Itu termasuk pelecehan Zian!" Mata Dara memerah, air matanya mulai menetes.
Dara sangat kecewa pada Zian, apa yang sudah Zian lakukan saat ini membuat harga dirinya sangat hina. Bagaimana mungkin orang yang sangat ia benci tiba-tiba saja memeluknya dan membawanya ke tempat sepi.
"Ra, maafin aku. Maaf karena sudah memperlakukan kamu kaya gini," ujar Zian, suaranya terdengar penuh penyesalan. Ia sangat menyesali perbuatanya yang ternyata membuat Dara terluka.
Dara terus menangis, tatapannya tajam menusuk Zian. Baru kali ini Zian bertindak seenaknya dan membuatnya ketakutan. "Lo keterlaluan Zian! Gue kecewa sama lo!" ucapnya dengan suara tangisan, pergi meninggalkan Zian.
Rasanya Dara sangat membenci Zian, perlakuan Zian kepadanya sungguh membuatnya sangat kecewa. Beberapa kali Dara membiarkan Zian untuk mengejarnya selagi itu wajar, tetapi setelah peristiwa ini, Dara tidak akan membiarkan Zian untuk mengejarnya kembali dan dia tidak ingin bertegur maupun berbicara pada Zian.
Zian mengejar Dara, rasa bersalah menyelimutinya. "Ra, berhenti Ra. Tolong maafin aku!" teriak Zian mengejar Dara yang sepertinya Dara terus mempercepat langkahnya.
Dara terus berjalan sambil menangis sesenggukan, ia berjalan tanpa memperdulikan tatapan orang yang melihatnya. Sedangkan Zian terus mengejar Dara.
Dari kejauhan Andra melihat Zian yang berjalan sambil menangis, rasa khawatir menyelimuti hatinya dan memilih untuk berjalan menghampiri Dara. "Ra, hei kamu kenapa Ra?" Suara Andra menghentikan langkah Dara. Ia melihat Dara menangis dan terlihat baru saja datang dari arah belakang sekolah. Ia merasa khawatir terhadap Dara.
Dara terus menangis sesenggukan, tidak menjawab pertanyaan Andra. "Ra, tatap aku! Kamu kenapa Ra?" Andra menangkup wajah Dara, membuat Dara menatapnya.
Terlihat wajah Dara sudah basah dengan air mata yang terus mengalir. Tatapan Andra sangat khawatir ketika melihat keadaan Dara yang tidak bisa dibilang baik-baik saja.
"Ra, dengerin penjelasan aku, aku minta maaf sama kamu," Zian menghampiri Dara yang sedang bersama Andra, mencoba untuk menjelaskan dan meminta maaf kepada Dara.
Dara menghempaskan tangan Zian yang mencoba menyentuhnya. Andra yang melihat itu, menatap Zian dengan tatapan tajam. Andra sudah paham keadaan Dara seperti ini pasti karena Zian.
Tubuh Dara dibawa oleh Andra ke belakang tubuhnya seakan melindungi Dara dari Zian. Andra maju menatap tajam pada Zian, tangannya meremat kerah baju Zian dengan kuat. "Lo apain Dara, sialan?!" suaranya terdengar bergetar karena amarah. Ia ingin sekali tahu apa yang telah Zian lakukan kepada Dara dan jika Zian berbuat berlebihan pada Dara ia pastikan akan menghukum Zian tanpa ampun.
Zian, tanpa sedikit pun rasa takut, membalas tatapan Andra yang tak kalah tajam. Ia tersenyum remeh, menunjukkan sikap angkuh dan sombongnya "Lo nggak perlu tahu!" ujarnya, lalu mencoba memukul wajah Andra.
Namun, dengan gerakan cepat dan tepat, Andra menangkis pukulan Zian dan sekaligus memutar tangan Zian ke belakang tubuhnya. Gerakan Andra begitu cepat dan terlatih sehingga Zian tidak dapat berbuat apa-apa. Zian meringis kesakitan karena tangannya dipelintir oleh Andra. Ia merasa kesakitan yang luar biasa.
"Gue udah peringatan lo buat jangan deket-deket Dara lagi! Tapi lo seakan-akan meremehkan gue!" ujarnya, nada bicaranya menunjukkan kemarahan yang tertahan. Ia tidak akan segan-segan untuk melukai Zian jika Zian terus mengganggu Dara.
Andra semakin mengeratkan cengkeramannya di lengan Zian, membuat Zian meringis lebih keras. Wajah Zian memerah menahan sakit. Ia tidak menyangka Andra memiliki kekuatan dan kecepatan seperti itu. Ia menyesal telah meremehkan Andra.
Tubuh Zian terus memberontak, mencoba untuk melawan Andra. Tetapi semakin ia memberontak semakin Andra memelintir tanganya dengan kuat. "Lepasin gue, sialan!" teriaknya, suaranya tercekat karena Menahan sakit. Tangannya terasa seperti mau patah.
Andra, dengan raut wajah yang dingin dan menakutkan, mengeratkan cengkeramannya. "Gue nggak main-main sama omongan gue Zian! Kalau lo sampe nyakitin Dara! Lo bakal tinggal nama!" Ancaman Andra terdengar mengerikan, menunjukkan keseriusannya. Ia tidak akan segan-segan untuk melukai Zian jika Zian terus mengganggu Dara.
Setelah beberapa saat, Andra akhirnya melepaskan Zian dengan kasar. Zian terhuyung ke belakang, menahan rasa sakit yang luar biasa di tangannya. Ia terduduk di tanah, meringis kesakitan.
Andra, tanpa berkata apa pun, membawa Dara menjauh dari Zian. Andra akan menenangkan Zara, saat ini Dara keadaannya pasti tidak baik-baik saja.