NovelToon NovelToon
Two Bad

Two Bad

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Selingkuh / Murid Genius / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Bad Boy
Popularitas:577
Nilai: 5
Nama Author: Aalgy Sabila

"Yang kalian lakukan salah."

Baik Meyra maupun Fero tidak mempedulikan apa yang mereka lakukan itu salah atau benar. Yang mereka tau ialah mereka senang dan puas karena melakukan hal yang mereka inginkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aalgy Sabila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bad Destiny

...—...

...Apa yang lo rasain saat lo kehilangan orang yang lo sayangi? —Mayra Azzahra ...

...Hancur. —Fero Erlangga ...

...Itulah hidup gue. —Mayra Azzahra ...

...—...

"Oke. Thanks Fer," ucap Mayra sambil menepuk bahu Fero.

"Masuk gih."

Mayra mengangguk dan melambaikan tangan.

Fero masih di tempatnya—memastikan kalau Mayra sudah masuk rumah.

Namun tak lama kemudian setelah Mayra masuk, sesuatu terdengar di lempar dan pecah lalu disusul dengan teriakan yang memekakan telinga. Luasnya taman yang menjaraki pagar dan rumah tak membuat suara teriakan itu teredam. Apakah pita suaranya tidak putus berteriak sekencang itu?

Motor yang masih menyala Fero matikan dan memilih untuk melihat kelanjutan dari kejadian di dalam rumah itu.

Tak lama kemudian Mayra muncul dengan wajah yang kalut namun lebih didominasi amarah. Masih dengan penampilan yang sama seperti tadi bersamanya.

Mayra tersentak kaget melihat keberadaan Fero yang masih ada di depan pagarnya. Ia kira Fero langsung pergi setelah ia masuk ke rumah.

Tak lama kemudian seorang bocah laki-laki seumuran anak Smp keluar dengan kesal.

Sayup-sayup Fero mendengar bocah itu berucap, "Pergi kak, Bunda lagi gak mood."

Setelah mengucapkan itu, Fero melihat dengan remang ekspresi putus asa dari bocah ingusan itu.

Mayra hanya mendengus sebal.

Bocah ingusan yang ternyata adik tiri Mayra itu menarik pergi kakaknya dari depan pintu sebelum ada seseorang yang kembali mengamuk.

Darren—ya, nama bocah itu Darren. Ia membawa Mayra ke hadapan Fero. Mayra mendelik tajam.

"Kakak temennya Kak May kan? Tolong bawa pergi Kak May ya Kak," ucap Darren seenak jidat.

Fero mengangkat satu alisnya.

Sedangkan Mayra berusaha melepaskan cekalan tangan Darren di tangannya.

"DARREN!"

"Nenek Sihir udah ngamuk lagi, cepetan Kak bawa Kak May pergi sebelum Kak May dikutuk jadi gila."

Mayra menoyor pelan kepala Darren dengan satu tangannya yang bebas. Dalam seperti ini Darren sempat-sempatnya berkata seperti itu.

"Ayo," ajak Fero akhirnya.

Mayra menatpnya bimbang. "Lo pulang aja."

Darren berdecak, "Cepetan Kak May. Tuh kan udah teriak-teriak lagi Nenek Sihir." ucap Darren begitu mendengar teriakan ibunya lagi.

"Tapi—"

"Cepetan." Darren mendorong Mayra keras sampai Mayra hampir terjungkal dibuatnya. Untungnya Fero menggapai tubuh Mayra sebelum terjatuh.

"Ayo," ajak Fero, lagi.

"Gue bukan orang kayak gitu Darren, biasanya juga gue lawan."

"Bukan waktunya Kak May, cepet get out!"

Mayra mendesis kesal dan menoleh pada Fero.

"Ayo," ajak Fero, lagi.

Mayra menggapai bahu Fero sebagai tumpuan. Saat sepenuh tubuhnya sudah duduk di jok belakang motor Fero, motor yang satu merk seperti motor Fero berhenti di dekatnya.

"Sial!" gumam Mayra.

Fero akan menancap gasnya kalau sapaan dari pengendara itu menghentikannya—bukan sapaan lebih tepatnya, tapi tuduhan.

"Ngapain lo di sini?"

"Fero?"

Mayra mendekatkan dirinya pada Fero dan berbisik, "Jangan ditanggepin, orang sinting dua-duanya."

Dentuman musik keras menemani Fero dan Mayra. Mereka berdua kini duduk di kursi bar. Tak memesan apapun. Lagipula club yang biasa mereka datangi ini masih sepi. Karna ini baru menjelang malam. Belum benar-benar malam untuk pergi ke club.

Fero tak tahu ingin membawa Mayra kemana. Ia tak berpengalaman dalam menghibur perempuan yang sedang bersedih. Eh, memangnya Mayra sedang bersedih? Fero tak tahu.

Mayra sendiri yang menyuruh membawanya ke club. Fero hanya menurut. Mayra tak menyuruhnya untuk menemaninya, namun Fero yang berinisiatif sendiri. Takutnya hal yang tak diinginkan terjadi. Seperti saat malam itu, saat Mayra mabuk dan menciumnya. Ralat, bukan Mayra yang menciumnya namun Fero yang mencium Mayra—Oh sial! Kenapa ingat saat adegan itunya sih!

Yang pasti Mayra dan Fero saat ini sedang melamun dan sibuk dengan pikirannya masing-masing.

"Lo pernah gak kehilangan orang yang lo sayangi?" tanya Mayra tiba-tiba.

"Pernah."

"Apa sih yang pertama lo pikirin waktu kehilangan dia."

Fero menerawang ke masa lalu. "Yang pasti gue ngerasa hidup gue hancur."

Mayra mengangguk dan bergumam. "Berarti hidup gue emang udah ancur dari lahir."

"Maksud lo?"

Mayra menghela napas. "Ibu gue meninggal waktu gue lahir."

"Sorry."

"It's okay. Gue sendiri yang mau ngomong. Lo bisa gak jadi pendengar gue buat malam ini?"

Fero bergeming. Dan Mayra menganggapnya sebagai persetujuan.

"Ibu gue meninggal waktu ngelahirin gue. Gue sama kakak tinggal bareng nenek semenjak ibu gue meninggal. Waktu gue kelas dua Sd, nenek gue meninggal. Akhirnya gue tinggal bareng ayah sama keluarga barunya. Awalnya gue bahagia. Dan ya itu berjalan sebentar.

"Gue dulu cupu, gak menarik. Cuman punya otak pinter. Tapi hidup gue bahagia. Kadang gue kesel sama takdir, kenapa sih orang yang gue sayangin ninggalin gue satu persatu? Pertama ibu gue, nenek, terus kakak. Walaupun kakak gue gak bener-bener ninggalin gue—dia pergi buat mengejar mimpinya."

Fero diam.

"Gue punya satu harapan lagi, ayah. Lagi-lagi, dia ninggalin gue. Walaupun dia ada di hadapan gue, tapi gak pernah menganggap gue ada. Ayah cuman peduli sama keluarga barunya. Gue gak pernah dipeduliin sama mereka. Gue ragu kalau ayah cinta sama mama, kayak omongan nenek—dia nikah lagi setelah mama meninggal dua bulan dan mereka langsung punya anak yang berarti adik gue. Dan gue punya adik dua. Yang pertama cewek, yang kedua cowok.

"Yang cewek namanya Hasna yang tadi sama si Aldi di depan gerbang."

"Hasna?"

"Lo kenal sama dia?"

"Kita satu sekolah."

"Berarti lo satu sekolah juga sama Aldi."

Fero mengangguk.

"Aldi itu mantan gue waktu smp. Dia orang yang gue sayangi setelah keluaga gue. Singkat cerita adik gue yang cewek itu ngerebut pacar gue. Lo pasti gak percaya sama yang gue omongin karna Hasna itu baik kan?"

"Iya."

"Gue juga gak nyangka. Waktu gue pertama tinggal bareng ayah mereka semua baik banget—bunda, Hasna, Darren. Lama kelamaan mereka nunjukin sifat asli mereka, kecuali Darren. Mereka memang gak pernah nyakitin gue secara fisik, tapi secara mental. Mereka selalu ngatain gue seenaknya. Gue ngadu sama ayah, tapi apa? Ayah gak percaya dan malah ngejauhin gue dari keluarga barunya itu.

"Gue down dan mulai ngelampiasin segalanya lewat kelakuan gue. Di sana hidup gue mulai berantakan; selalu bolos sekolah, clubbing, gak pulang-pulang ke rumah. Pokoknya gue ngelakuin hal-hal yang gak gue lakuin sebelumnya. Itu kenapa gue jarang pulang ke rumah. Seperti kejadian tadi itu. Darren selalu ngebela gue, tapi gue gak mau. Kalau Darren bela gue, dia pasti kena imbasnya."

"Kakak lo?"

"Kakak gue dokter. Dulu dia dapet beasiswa ke luar negeri, tapi di sekarang udah balik ke Indo. Namanya Vida, tunangannya bang Sultan—abangnya Varidza.

"Sekitar satu tahun yang lalu kakak gue pulang dan gue nyeritain segalanya ke dia. Dia langsung marah dan ngedatengin ayah, tapi gue tahan. Percuma, kita berdua itu kayak batu kerikil yang ngehalangin jalan ayah. Kak Vida nawarin tinggal bareng, gue setuju. Tapi ayah nggak. Kalau gak nganggap ngapain nahan-nahan gue 'kan?"

Fero mengangguk.

"Gue kenal Varidza dan dia nawarin buat tinggal bareng sama dia di apartmentnya yang sekarang. Gue gak peduli lagi kalau ayah gak setuju. Jadi gue kadang pulang ke rumah, cuman buat tidur. Tapi gue lebih sering di apartemen."

Keduanya terdiam.

"Jangan pernah nganggap hidup lo hancur Mayra. Lo punya banyak orang yang peduli sama lo." ucap Fero pelan.

Fero tak tahu harus menanggapi bagaimana dengan cerita kehidupan Mayra, jadi ia mengatakan itu.

Mayra mengangguk.

Ponsel Fero bergetar. Menampilkan pesan dari sang seseorang.

Fero terdiam.

"Lo mau ikut gue ke suatu tempat?"

1
Curtis
Terharu...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!