NovelToon NovelToon
Dinikahi Duda Mandul!!

Dinikahi Duda Mandul!!

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Romantis / Janda / Duda / Romansa / Chicklit
Popularitas:7.2k
Nilai: 5
Nama Author: Hanela cantik

Kirana menatap kedua anaknya dengan sedih. Arka, yang baru berusia delapan tahun, dan Tiara, yang berusia lima tahun. Setelah kematian suaminya, Arya, tiga tahun yang lalu, Kirana memilih untuk tidak menikah lagi. Ia bertekad, apa pun yang terjadi, ia akan menjadi pelindung tunggal bagi dua harta yang ditinggalkan suaminya.

Meskipun hidup mereka pas-pasan, di mana Kirana bekerja sebagai karyawan di sebuah toko sembako dengan gaji yang hanya cukup untuk membayar kontrakan bulanan dan menyambung makan harian, ia berusaha menutupi kepahitan hidupnya dengan senyum.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hanela cantik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 18

Sudah hampir empat hari Kirana libur bekerja dan hari dan hari ini dia sudah bekerja lagi. Arka kembali bersekolah dan Tiara dia titip sebentar pada mbak Rita.

"Emangnya Tiara udah membaik mbak, makanya mbak kerja lagi" tanya Kiki yang baru datang karena dia memang shif siang.

"Alhamdulillah, udah ki. Mbak juga ngga enak lama-lama ngga kerja." jelas kirana.

Padahal Bu Rina, pemilik toko, sempat menawarkan Kirana untuk libur lebih lama sampai kondisi Tiara benar-benar pulih. Namun Kirana memang tidak terbiasa memanfaatkan kebaikan orang lain berlebihan.

“Syukurlah kalau Tiara sudah sembuh, Ra,” suara Bu Rina terdengar dari belakang. Wanita paruh baya itu baru saja masuk sambil membawa tas tangannya.

“Hehe, iya Bu,” jawab Kirana sambil menunduk sopan.

Bu Rina membuka laci kasir, lalu mengeluarkan beberapa amplop cokelat.

“Oh ya, ini sekalian. Gaji kalian sudah waktunya,” ujarnya sambil menyerahkan satu amplop pada Kiki dan satu lagi pada Kirana.

Kirana menerima amplop itu dengan kedua tangan. “Terima kasih banyak, Bu.”

“Sama-sama. Kamu jaga kesehatan juga ya, Ra. Jangan dipaksakan kalau capek,” pesan Bu Rina tulus.

Menjelang sore, Kirana pamit lebih dulu karena jam kerjanya sudah selesai. Namun kali ini ia tidak langsung pulang ke rumah. Setelah keluar dari toko, ia memanggil ojek online dan menyebutkan tujuan yang jaraknya sebenarnya tidak terlalu jauh dari pabrik tempat Yuda bekerja.

Sesampainya di depan gerbang pabrik, Kirana berdiri sedikit ke samping, menunggu. Ia menarik napas dalam-dalam, lalu meraih ponselnya.

Jemarinya sempat ragu, tapi akhirnya ia menekan tombol panggil.

Di sisi lain, Yuda baru saja keluar dari ruang kantor kecilnya. Ia sudah mengenakan jaket dan memegang helm, siap pulang. Ponselnya bergetar di tangan.

Nama Kirana muncul di layar.

Yuda langsung berhenti melangkah.

“Assalamualaikum, Mas,” suara Kirana terdengar pelan di seberang sana.

“Wa… waalaikumsalam,” jawab Yuda terbata, dadanya tiba-tiba terasa sesak oleh debar yang tidak biasa. “Ada apa, Mbak?”

“Mas Yuda… saya sekarang ada di depan pabrik. Saya mau ketemu sebentar. Kalau Mas nggak sibuk… apa bisa?”

Yuda menelan ludah. Otaknya mendadak kosong.

Kirana? Di depan pabrik? Sekarang?

“I-iya,” jawabnya akhirnya, sedikit terlalu cepat. “Bisa, Mbak. Tunggu sebentar ya. Saya keluar sekarang.”

Telepon ditutup. Yuda berdiri mematung beberapa detik sebelum tersadar.

“Ya Allah… kenapa jadi deg-degan begini sih,” gumamnya pelan sambil merapikan jaket, lalu melangkah cepat menuju gerbang pabrik.

Yuda melangkah cepat keluar dari gerbang pabrik. Begitu matanya menangkap sosok Kirana yang berdiri tak jauh dari pos satpam, langkahnya spontan melambat. Wanita itu berdiri dengan tas selempang sederhana, mengenakan hijab warna lembut.

“Mbak Kirana…” sapa Yuda sambil mendekat.

Kirana menoleh. “Mas Yuda. Maaf ya, saya tiba-tiba datang begini.”

“Nggak apa-apa, Mbak. Saya juga baru mau pulang,” jawab Yuda jujur. “Ada apa ya, Mbak? Kayak nya Penting?”

Kirana menarik napas dalam-dalam. Ia merogoh tasnya, lalu mengeluarkan sebuah amplop putih yang terlihat cukup tebal.

“Mas… ini,” ucapnya pelan. “Saya mau mengembalikan uang biaya rumah sakit Tiara kemarin. Saya baru bisa hari ini karena baru terima gaji.”

Yuda tertegun. Wajahnya langsung berubah serius. Refleks ia menggeleng.

“Tidak, Mbak. Nggak usah.”

“Tapi, Mas,” Kirana tetap menyodorkan amplop itu. “Itu bukan uang sedikit. Saya nggak enak… sungguh. Saya nggak mau punya utang sebesar itu.”

Yuda mendorong perlahan tangan Kirana kembali ke arahnya.

“Saya bantu Mbak bukan buat dibalikin,” kata Yuda serius. “Waktu itu kondisi darurat. Dan saya ikhlas.”

Kirana menggeleng cepat. “Tetap saja, Mas. Ini tanggung jawab saya sebagai ibunya Tiara. Saya nggak tenang kalau belum balikin.”

“Kalau Mbak balikin,” suara Yuda sedikit meninggi meski nadanya tetap lembut, “berarti Mbak anggap saya nolong setengah-setengah.”

“Mas Yuda… saya—”

“Sudah, Mbak,” potong Yuda pelan tapi mantap. “Simpan saja. Saya ikhlas bantu. Uangnya buat beli kebutuhan Mbak sama anak-anak. Buat Tiara, buat Arka. Anggap saja… ini rezeki yang Tuhan titipkan lewat saya.”

Hening sejenak. Kirana menunduk, jari-jarinya menggenggam amplop itu erat-erat.

“Terima kasih, Mas,” ucapnya lirih. “Saya benar-benar nggak tahu harus bilang apa lagi.”

Yuda tersenyum kecil. “Nggak usah bilang apa-apa.”

Kirana menghela napas panjang, lalu menyimpan kembali amplop itu ke dalam tasnya.

“Kalau begitu… saya pamit pulang dulu ya, Mas. Terima kasih sudah mau menemui saya.”

Yuda mengangguk. “Hati-hati, Mbak.”

Kirana melangkah pergi beberapa langkah, namun tiba-tiba Yuda memanggilnya lagi.

“Mbak Kirana.”

Kirana menoleh.

“Kalau boleh… pulang bareng aja,” ujar Yuda, sedikit ragu tapi tetap memberanikan diri. " Sekalian aja mbak saya juga mau pulang ini. Kebetulan saya juga mau beli titipan ibu, tapi saya kurang tahu mbak yang seperti apa. Jadi apa mau mbak temani saya beli titipan ibu"

Kirana akhirnya mengangguk setelah berpikir sejenak.

“Baiklah, Mas… tapi sebentar saja ya,” ucapnya pelan.

Yuda tersenyum lega. “Iya, Mbak. Nggak lama.”

Mereka singgah di minimarket tak jauh dari pabrik. Yuda mengambil beberapa barang titipan ibunya, sementara Kirana menunggu di dekat kasir. Sesekali Yuda melirik ke arahnya, memastikan wanita itu masih disana.

Setelah semua selesai, Yuda juga menambahkan beberapa camilan anak-anak ke keranjang biskuit cokelat, susu kotak, dan wafer kesukaan anak kecil.

Motor kembali melaju, membelah jalanan sore yang mulai lengang. Tak lama kemudian, motor Yuda berhenti di depan rumah Kirana.

Lampu teras sudah menyala. Dari balik pintu, Arka dan Tiara tampak berdiri mengintip begitu melihat motor berhenti.

“Bunda pulang!” seru Tiara riang sambil berlari kecil.

Arka ikut mendekat, wajahnya cerah. “Bun!”

Kirana turun lebih dulu. “Iya, iya… Bunda pulang,” katanya sambil tersenyum dan merangkul kedua anaknya.

Yuda ikut turun sebentar. Mengambil sebuah kantong plastik dari jok motornya.

“Ini… ada sedikit buat Arka sama Tiara,” ucapnya sambil berjongkok dan menyerahkan kantong itu.

Mata Tiara langsung berbinar. “Om Yuda!” serunya senang.

Arka menunduk sopan. “Terima kasih, Om.”

“Sama-sama,” jawab Yuda sambil tersenyum hangat

Tiara mengangguk cepat, memeluk kantong camilan itu seolah harta karun.

“Terima kasih banyak ya, Mas. Sudah nganter dan… ini juga,” katanya tulus.

Yuda menggeleng ringan. “Nggak apa-apa, Mbak. Saya senang.”

Ia melirik jam tangannya. “Saya pamit dulu ya.”

“Iya, Mas. Hati-hati di jalan,” jawab Kirana.

Yuda melangkah kembali ke motornya. Sebelum masuk, ia menoleh sekali lagi melihat Kirana berdiri di teras bersama Arka dan Tiara. Pemandangan sederhana itu entah kenapa terasa begitu menenangkan.

Mobil Yuda perlahan menjauh, sementara Kirana masih berdiri sejenak, menatap ke arah mobil itu sampai benar-benar hilang dari pandangan.

1
Ds Phone
marah betul tak ada ampun
Ds Phone
orang kalau buat baik balas nya juga baik
Ds Phone
baru bunga bunga yang keluar
Ds Phone
mula mula cakap biasa aja
Ds Phone
terima aja lah
Ds Phone
orang tu dah terpikat dekat awak
Ds Phone
orang berbudi kitaberbads
Ds Phone
dia kan malu kalau di tolong selalu
Ds Phone
tinggal nikah lagi
Ds Phone
terlampau susah hati
Ds Phone
dia tak mintak tolong juga tu
Ds Phone
orang tak biasa macam tu
Ds Phone
senang hati lah tu
Ds Phone
dah mula nak rapat
Ds Phone
emak kata anak kata emak sama aja
Ds Phone
dah mula berkenan lah tu
Ds Phone
itu lah jodoh kau
Ds Phone
kenapa kau tak bagi dia balik
Ds Phone
anak yang kau pinjam wang nya
Ds Phone
makan nasi dengan mee insten campur telur
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!