Lamanya waktu bersama tidak menjamin sebuah ikatan langgeng dan bahagia. Bahkan meski hampir 20 tahun Elara Nasution menghabiskan hidupnya bersama sang suami Ares Dawson Atmaja. Semua terasa tidak berarti untuk pria itu. Ditambah dengan belum adanya buah hati di antara mereka membuat hubungan suami istri itu menjadi semakin renggang.
Kehadiran orang ketiga yang dibawa secara sadar oleh Ares menjadi awal dari keruntuhan rumah tangga yang telah susah payah Elara bangun. Elara pun menyerah, melepaskan cintanya yang telah mati dan tergantikan oleh sosok baru yang mengasihinya lebih dari siapa pun. Penyesalan selalu datang terlambat, dan itu semua dirasakan Ares saat Elara bukan lagi miliknya.
Apa yang akan dilakukan Ares untuk mendapatkan kembali cinta Elara?
Apakah Elara akan menerima Ares atau menjalin kasih dengan pria idaman lain ?
follow my ig @ismi_kawai
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ismi Kawai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 29
Author POV
Sebuah rekaman CCTV berputar menerangi ruangan gelap malam itu. Sudah 10x rekaman itu diputar, menyisakan perasaan mengganjal. Ares tidaklah buta, ia tau jika Elara tidak melakukan hal yang dimaksudkan Sophie. Mendorongnya dari tangga.
Semua itu memuluskan niatnya untuk menceraikan istrinya, karenanya pria itu diam. Namun semua rencananya berantakan setelah surat perceraian itu ditanda tangani Elara, dia tidak menyangka jika mantan istrinya itu akan menikah lagi. Bahkan dalam waktu dekat.
Ia tau sepenting apa Atmaja untuk Elara, sepenting apa posisi Nyonya Atmaja untuk wanita itu... hingga dia pikir tidak apa-apa menceraikan Elara, karena pasti wanita itu akan menunggunya untuk menjadikannya Nyonya Atmaja kembali. Tapi semua menguap begitu saja... ketika dengan lantang Elara mengumumkan rencana pernikahan ke-2nya dengan pria lain.
Ares hanya menginginkan bayi itu, penerusnya... tanpa tahu jika Elara tersiksa dengan keegoisannya. Tanpa peduli jika telah melukai hati wanita yang selalu berjuang untuknya.
"Kenapa kau tidak mengerti?" gumamnya pada sebuah bingkai kecil yang dipegangnya. Bingkai yang menampilkan sosok Elara.
Ares dengan harga dirinya yang begitu tinggi, dengan gengsinya yang merajai hingga sulit untuk pria itu mengakui kesalahan. Bahkan sulit untuk mengucapkan maaf. Keras hati, membuat di matanya hanya keputusannya lah yang benar.
Dimasukkan kembali bingkai itu ke dalam laci meja kerjanya, beranjak dari kursi menuju balkon kamar. Alih-alih ingin menghangatkan tubuh dengan segelas wine, Ares malah membiarkan dirinya diterpa angin malam. Dinginnya tidak sedingin hatinya, beku seperti es.
Suara dering ponsel menarik atensinya pada langit tanpa bintang, kelam bagai kubangan hitam. Menatap datar pada nama yang tertera di gawainya kemudian menggeser simbol hijau menerima panggilan itu. Ares terdiam menyimak semua yang disampaikan seseorang di seberang sana hingga sambungan pun terputus.
Dahinya mengerut memikirkan sesuatu sebelum dirinya kembali masuk ke dalam ruang kerjanya. Menyalakan laptop dan memeriksa email. Matanya menajam sesaat dengan rahang yang mengetat. Dia menutup laptop dengan kasar.
"Apa aku terlalu membebaskannya hingga dia lupa diri?" monolognya sambil mengepalkan tangan.
Ares meraih ponselnya lalu menghubungi seseorang yang tadi menghubunginya.
[Selidiki dia,] hanya itu yang pria itu katakan sebelum akhirnya ia memutuskan panggilan.
🍁🍁🍁
Elara POV
Kediaman Satya Nasution
Aku memasuki kamar dengan tergesa membuat Martha yang melihatku menatap heran.
"Nyonya, anda kenapa?"
Aku tersadar akan keberadaan Martha dan memilih menunduk, aku tidak mau dia melihat penampilanku yang kacau.
"Aku tidak apa-apa, Martha... bisa tinggalkan aku sendiri?"
"Nyonya yakin?"
Aku berjalan membelakangi gadis itu dan mengangguk. Martha yang sadar akan sikap ganjilku memilih meninggalkan kamar, tapi sebelum itu dia mengingatkanku terlebih dahulu.
"Jika Nyonya butuh sesuatu, Nyonya bisa memanggilku."
Aku menghela nafas lega setelah mendengar pintu kamarku tertutup. Aku melemparkan asal quilted bag ke ranjang, melangkah menuju wastafel kamar mandi. Aku menatap diri yang sudah semrawut. Menggigiti kuku jari gelisah. Apa yang sudah aku lakukan, aku dengan terang-terangan mencumbu Charles. Sepertinya aku sudah gila, aku terbawa suasana hingga terlena.
Apakah aku masih sanggup untuk berpapasan dengan pria itu? Rasanya malu sekali, aku menciumnya di Restaurant dan tadi aku mengikuti permainannya tanpa menolak. Aku menjambak rambutku membuat penampilanku semakin mengerikan.
Aku butuh berendam, tapi ini sudah tengah malam. Aku memilih hanya mencuci muka asal tanpa ritual perawatan dengan berbagai cream malam.
Aku menelusup ke dalam selimut, mataku memandang ke arah guling yang kemudian berubah menjadi sosok Charles. Pria itu tersenyum dengan bertelanjang dada.... memperlihatkan otot kekar menggoda. Aku tertegun hingga tanpa sadar aku menyentuhnya. Sosok itu menghilang, digantikan dengan penampakan guling putih tulang. Aku meremas guling itu sambil memejamkan mata.
Pria itu sudah merusak otakku! Aku tidak bisa tidur, Aaarrrggg!!!
🍁🍁🍁
Author POV
Kediaman Evans Scoot
Hal yang serupa pun dialami oleh Charles. Pria itu sulit memejamkan matanya karena terus terbayang Elara yang mencumbunya. Wanita itu sudah membangunkan singa yang telah tertidur lama sekali. Tidak pernah Charles menginginkan seorang wanita seperti dirinya yang menginginkan Elara.
Rasanya seperti satu abad menunggu pernikahannya yang diundur hingga bulan depan. Charles benar-benar tidak sabar.
"Aku ingin segera memiliki mu, Ara" gumamnya.
Charles memeluk erat guling seolah itu Elara, mencium dan mendekapnya. Berharap jika dengan begitu, rindunya akan terobati. Tidak lama pria itu pun berkelana di dunia mimpi.
Ternyata... pria itu bisa tertidur pulas juga. Bahkan mendengkur dengan keras. Berbanding terbalik dengan Elara yang masih terjaga dengan mata melotot sepanjang malam. Bagai lampu neon di pinggir jalan, terang benderang.
Keesokan harinya Charles bangun dengan tubuh segar. Tidurnya sangat nyenyak membuatnya bersemangat. Rencananya, siang ini ia akan mengajak Ara lunch bersamanya. Berharap kejadian kemarin terulang lagi, wajah mesumnya tersenyum mengganggu Evans yang sedang sarapan pagi.
Pria paruh baya itu melempar satu helai roti tawar ke wajah Charles.
"Kondisikan wajahmu, aku sampai tau kau sedang memikirkan apa di pagi hari begini. Dasar cabul!" geram Evans. Bibirnya menyeruput kopi buatan istrinya.
"Ayah! Aku sudah mandi!" Charles meraih helaian roti yang mengenai mukanya. Menaruhnya di piring dan mengolesinya dengan mentega.
"Aku tau kau sudah mandi, aku bilang atur wajahmu agar aku tidak tau apa yang kau pikirkan," teriaknya gemas.
"Memangnya aku memikirkan apa, Ayah?"
"Sesuatu yang seronok!"
"Memang seronok, seronok, seronok," Charles memperagakan salah satu karakter animasi upin ipin. Dia melahap roti dengan taburan gula pasir. Dia tidak suka mesis, karena sering tertinggal di giginya. Seperti bocah saja.
"Kau ini! Merusak selera makanku, sana pergi ke kantor!" usir Evans pada putera semata wayang yang membuatnya pening tujuh keliling.
"Baik Kak Ros," dia berlari menghindari serangan Evans yang melemparnya dengan tongkat saktinya. Pria itu malah tergelak dan berlenggang pergi dengan hati riang.
Widiawati datang menghampiri suaminya yang mengelus dada. "Ada apa seh pagi-pagi udah ribut sekali?"
Evans menarik istrinya hingga duduk di pangkuannya. "Ayo kita buat anak, sayang! Dengan begitu aku bisa mengirim bocah itu ke panti asuhan."
Widiawati hanya bisa menggeleng melihat Ayah dan anak yang selalu tidak akur ini. Bagai anjing dan kucing.
🍁🍁🍁
Elara POV
Perusahaan Uniclever
Aku datang dengan mata panda, tubuhku pegal dan aku menguap di sepanjang jalan. Semua ini karena aku kurang tidur. Aku melangkah gontai menuju lift ruanganku namun, suara seseorang menghentikan langkahku. Aku melihat ke arah suara.
"Nyonya!"
"Sebastian?"
Pria itu menghampiri dan memelukku, aku yang belum mencerna situasi malah terdiam karena terkejut. Sebastian berbisik di sela pelukannya.
"Ijinkan saya tinggal di sisi anda, Nyonya..."
"Eh?" aku mengeryit mendengar ucapan Sebastian.
"Tolong, lepaskan calon istriku!" suara bariton yang ku kenal membuatku terperanjat.
Aku mengurai pelukan dari Sebastian, aku menoleh pada orang yang berkata tadi. Wajahnya merah padam dengan matanya yang tajam. Aku menelan saliva dengan kasar.
"Charles," aku seperti orang yang ketahuan selingkuh. Padahal aku tidak melakukan apapun.
Charles berjalan ke arahku dan membawaku ke dalam pelukannya. Aku mencium wangi parfum yang selalu di pakainya, membuat kepalaku pusing karena teringat kembali mejadian tadi malam.
Bukan saatnya memikirkan itu, Ara!
Aku berusaha melihat situasi aneh ini, Sebastian dan Charles yang saling melempar tatapan menusuk. Apa yang harus aku lakukan?
Tbc.
Please rate, vote dan likenya yach!
Sertakan comment kalian agar aku lebih baik lagi, Enjoy!
Aku ketiduran... hahahah... gomen! 🙏🙏🙏
alur ceritanya jg Ter atur. love u thor 🥰🥰🫰
gita " tapi malu... "