Aulia, gadis sederhana yang baru saja bekerja sebagai office girl di kantor megah milik CEO ternama yang dikenal kaku dan sulit didekati, tiba-tiba menjadi pesuruh pribadinya hanya karena kopi buatan Aulia.
Hayalannya menjadi karyawan yang baik dan tenang hancur seketika akibat bosnya yang tukang suruh-suruh hal yang tidak-tidak semakin membuatnya jengkel.
Sifatnya yang ceria dan kelewat batas menjadi bulan-bulanan bosnya. Akankah ia mampu bertahan demi uang yang berlimpah? Atau...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alensvy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sakit tapi tetap ngebabu
...****************...
Di kantor, Aldiano baru saja menyelesaikan meeting dan kembali ke ruangannya. Seperti biasa, ia menunggu kopi yang biasa diantarkan Aulia, tetapi sampai jam makan siang, kopi itu tidak datang juga.
Ia menekan interkom dan berbicara pada sekretarisnya. "Di mana Aulia?"
Sekretarisnya tampak sedikit ragu sebelum menjawab, "Aulia izin tidak masuk hari ini, Pak. Katanya dia sedang sakit."
Aldiano mengerutkan kening. "Sakit?"
Sekretarisnya mengangguk. "Ya. Sepertinya cukup parah sampai tidak bisa masuk kerja."
Aldiano terdiam sejenak sebelum mengangguk pelan. "Baiklah."
Namun, entah kenapa, pikirannya tetap tertuju pada Aulia.
Sore harinya, Aulia masih tidur di kosnya terkaget tiba-tiba mendengar ponselnya bergetar. Dengan mata setengah terbuka, ia meraih ponselnya dan melihat nomor tidak dikenal menelepon.
Tanpa berpikir panjang, ia mengangkatnya. "Halo…?"
"Aulia."
Suara datar itu langsung membuat Aulia terlonjak kaget. Aldiano?!
"Kenapa Bapak menelepon saya?" tanyanya dengan suara masih serak.
"Apartemen. Sekarang."
Aulia mengerutkan kening. "Hah? Untuk apa?"
"Aku lapar."
Aulia menatap ponselnya dengan ekspresi tidak percaya. Orang ini waras, nggak, sih?!
"Bapak tahu tidak kalau saya sedang sakit?" katanya kesal.
"Tahu."
"Terus kenapa masih menyuruh saya datang?!"
"Aku lapar," ulang Aldiano dengan nada santai, seolah itu jawaban yang paling masuk akal sedunia.
Aulia menutup wajahnya dengan bantal, menahan diri agar tidak berteriak frustasi.
"Tidak bisa! Saya masih lemas!" protesnya.
Ada jeda sebentar sebelum Aldiano berkata, "Kalau begitu, aku akan datang ke kosmu."
Aulia langsung terduduk. "Hah?! Jangan!"
"Datang atau aku yang ke sana."
Aulia menatap langit-langit dengan pasrah. Kenapa hidupnya harus selalu diganggu oleh bos nyebelin ini?!
...****************...
Dengan langkah gontai, Aulia akhirnya sampai di apartemen Aldiano. Badannya masih lemas, tapi demi menghindari bosnya yang mungkin benar-benar akan datang ke kosnya, ia terpaksa menyeret diri ke sini.
Saat pintu apartemen terbuka, Aldiano berdiri di depan pintu dengan ekspresi seperti biasa—datar dan tidak menunjukkan rasa bersalah sedikit pun.
"Masuk," katanya singkat.
Aulia mendengus, tapi tetap melangkah masuk. "Bapak tidak punya hati, ya? Saya ini sakit, tahu."
Aldiano menutup pintu dan berjalan santai ke ruang tamu. "Kalau masih bisa jalan ke sini, berarti tidak separah itu."
Aulia menatapnya dengan tatapan menusuk. Dasar bos psikopat!
Ia masuk ke dapur dan membuka kulkas. Setelah melihat bahan yang ada, akhirnya ia memutuskan untuk membuat sup ayam hangat.
Sementara itu, Aldiano duduk di meja makan, memperhatikan Aulia yang memasak sambil sesekali bersin dan mengelap hidung dengan punggung tangannya.
"Kamu yakin tidak akan jatuh pingsan di dapur?" tanyanya datar.
Aulia mendelik sambil mengaduk panci. "Kalau saya pingsan, bapak mau nolongin?"
"Tidak."
"…Kurang ajar sekali."
Aldiano hanya mengangkat bahu.
Setelah beberapa menit, sup ayam akhirnya matang. Aulia menuangkan ke dalam mangkuk dan meletakkannya di depan Aldiano.
Aldiano menatap sup itu sebentar, lalu menatap Aulia yang duduk di seberangnya dengan kepala bertumpu di meja.
"Kamu tidak makan?" tanyanya.
Aulia mendengus lemah. "Tidak. Saya tidak punya energi untuk makan setelah dipaksa ke sini."
Aldiano mengambil sendoknya dan mulai menyuap sup. Saat merasakannya, ekspresinya sedikit berubah—ada kilatan kejutan di matanya.
Aulia yang memperhatikan itu langsung menyipitkan mata. "Kenapa? Tidak enak?"
Aldiano diam sejenak sebelum menjawab, "Enak."
Aulia tertegun. Eh?
Tapi sebelum ia sempat meresapi kejutan itu, Aldiano tiba-tiba menggeser mangkuknya ke tengah meja.
"Kamu makan juga."
Aulia mengangkat alis. "Hah?"
"Kamu sakit. Sup ini lebih berguna untukmu."
Aulia menatap bosnya dengan curiga. "Ini jebakan, ya?"
Aldiano tidak menanggapi. Ia malah berdiri dan berjalan keluar dapur.
Aulia masih terpaku. Barusan… bos nyebelin ini perhatian?!
Ia akhirnya mengambil sendok dan mulai menyeruput supnya. Saat rasa hangat menyebar ke tenggorokannya, ia mendesah lega.
Ya sudahlah. Yang penting sekarang dia bisa makan dan tidak dikejar-kejar bos aneh itu lagi.
.
.
Next👉🏻
Dalam dunia kerja, tidak ada adaptasi dengan dikasih waktu berkeliling. Perusahaan manapun waktu adalah uang, dan mereka tidak mau yang namanya rugi.
kalo diterima itu artinya sudah siap langsung bekerja. perkara tidak tahu, biasanya diminta untuk bertanya pada senior/pegawai yang sudah lama bekerja. itu logik bukan hujatan ya.
Tolong riset dulu ya biar logik ceritanya
dibandingkan temui, pilih kata 'menghadap' karena ini lingkungan kerja. Ada SOP jelas yang harus diperhatikan dan ditaati pegawai.
"Silahkan langsung menuju lantai lima belas. Kamu menghadap ke Pak Edwin bagian HRD," jawabnya bla bla
"Permisi. Saya Aulia, Office Girl yang baru. Mau lapor dulu nih, biar dibilang rajin," ujarnya