Serka Davis mencintai adiknya, hal ini membuat sang mama meradang.
"Kamu tidak bisa mencintai Silvani, karena dia adikmu," cegah sang mama tidak suka.
"Kenapa tidak boleh, Ma? Silvani bukan adik kandungku?"
Serka Davis tidak bisa menolak gejolak, ketika rasa cinta itu begitu menggebu terhadap adiknya sendiri, Silvani yang baru saja lulus sekolah SMA.
Lalu kenapa, sang mama tidak mengijinkan Davis mencintai Silvana? Lantas anak siapa sebenarnya Silvana? Ikuti kisah Serka Davis bersama Silvani
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32 Davis Berhenti Pendekatan
Davis segera keluar dari area swalayan, langkahnya menuju parkiran motor. Davis menaiki motornya, tapi tidak segera menyalakannya, ia kepikiran dengan tingkah Rara yang membuatnya dongkol setengah mati. Bisa-bisanya dia dipermainkan oleh anak ingusan seperti itu.
"Dewa kurang ajar, malah mau tumbalin aku sama anak ingusan yang sukanya morotin cowok," dumelnya kesal dengan Dewa.
"Kak Davis, tunggu Kak." Sialnya Rara justru mengejar Davis sampai parkiran motor. Davis memukul setang, bodoh banget kenapa dia justru tidak buru-buru memacu motornya tadi.
Davis segera menyalakan motornya dan bermaksud pergi, sayang Rara justru memegang setang motornya. Hal ini membuat Davis geram. Dalam situasi seperti ini Davis ada dalam keadaan serba salah, dia yang merasa tertipu, tapi kenapa seakan dia yang tertekan. Andai saja dia tidak sedang menggunakan seragam tentara atau minimal bukan seorang anggota, bisa jadi dengan kasar ia langsung menepis tangan Rara yang menahan setangnya.
"Ada apa sih, kamu, Dek? Kenapa nahan setang kakak? Sudah cukup tas itu kamu miliki, kan? Menyingkirlah, kakak mau lewat." Davis berusaha mengusir Rara, tapi Rara tidak mau. Dia justru merengek minta diantar sampai rumah.
"Antar dulu aku, Kak, sampai rumah," rengeknya.
"Tidak bisa, kakak mau ke kantor. Ayo menyingkirlah. Atau kembalikan tas kamu, biar kakak ambil lagi dan kakak berikan sama pacar kakak yang sesungguhnya," ujar Davis membuat Rara tersentak.
"Pacar? Lalu aku apa? Kalau Kakak sudah punya pacar, kenapa mau jalan sama aku?" tanya Rara kecewa.
"Ya, tidak apa-apa, tadinya kakak hanya selektif saja. Mau menilai kamu seperti apa. Tapi, setelah kakak lihat, rupanya kamu bukan kriteria kakak. Kakak hanya suka perempuan sederhana, yang tidak nodong sembarangan berbelanja, padahal kita belum pacaran. Bagaimana kalau kakak saat ini tidak punya uang, kamu akan tetap memaksa kakak untuk membayar tas itu?" curah Davis mengungkapkan kekecewaannya saat tadi tiba-tiba harus membayarkan tas yang dipilih Rara.
"Ih, dasar pelit. Kirain banyak duitnya, cuma harga tas segitu saja perhitungan," ejek Rara sambil meraih kembali tas yang dipegang Davis.
"Ya sudah, kalau kamu mau cari om-om royal, cari saja gadun yang kaya dan banyak duit," balas Davis seraya menyalakan motornya dan melaju meninggalkan parkiran.
"Ihhh, ditinggal gue. Dasar tentara kere. Gue bilangin sama Kak Dewa baru tahu rasa," ancamnya seraya berjalan dengan menghentak-hentak kaki di aspal parkiran dengan kesal.
Davis melajukan motornya menuju kantor, sepanjang jalan ia sangat dongkol dengan kelakuan Rara. Untung saja dia belum jadian, kalau sudah, bisa bahaya. Sebab tipe perempuan seperti Rara, sepertinya perempuan pemaksa.
Untuk itu, Davis harus segera temui Dewa dan menceritakan hal yang sebenarnya kenapa ia tidak bisa melanjutkan pendekatan terhadap Rara.
"Wa, aku minta maaf, karena tidak bisa melanjutkan pendekatan dengan sepupumu. Aku tadi habis ditodong. Dia tiba-tiba minta dibayarin beli tas yang tidak murah. Tadinya aku pikir si Rara memang serius mencari barang untuk keperluan MOS, belain aku ijin siang masuk ke kantor. Sepertinya kamu sengaja mau numbalin aku ke si Rara. Gila kamu," lapor Davis kepada Dewa yang saat ini sedang santai.
"Serius?" Dewa tersentak dan tidak percaya dengan apa yang dikatakan Davis.
"Darius alias dua rius. Masa aku bohong? Lain kali aku tidak sudi, ya, kamu kenalkan dengan perempuan manapun. Belum jadi pacar sudah berani morotin. Untung saja aku tadi masih ada uang di ATM, kalau tidak, bisa-bisa aku dipermalukan sama Rara." Davis melanjutkan laporannya tentang Rara.
"Aku minta maaf, Bro. Aku pikir si Rara sudah berubah," ucap Dewa terlihat menyesal.
"Maksudmu si Rara memang pernah begini juga sama laki-laki lain?" tanya Davis mencari tahu. Dewa mengangguk. Dia merasa menyesal sudah mengenalkan Rara yang ternyata sifatnya masih suka morotin cowok, padahal masih baru kenal.
"Ya sudah, aku minta maaf. Aku janji, aku tidak bakal kenalin kamu lagi sama perempuan manapun. Jadi bujang lapuk juga, aku terserah," pungkas Dewa seraya berlalu.
"Sialan, aku tidak akan jadi bujang lapuk. Sebelum usiaku 27, aku pasti dapat jodoh," balas Davis percaya diri.
"Ahahaha, paling dapat janda tua. Tuh di sebrang wisma itu, banyak janda tua menanti jodoh, kamu bisa pilih satu per satu, kali saja ada yang cocok," goda Dewa sembari terkekeh.
"Sialan."
"Tuing, tuing." Sebuah notif WA tiba-tiba terdengar dari Hp Davis. Davis segera meraih Hpnya.
"Davis, kalau kali ini tidak ke rumah, kamu artinya sudah tidak sayang mama lagi. Pulang kerja langsung ke rumah. Mama ada yang ingin disampaikan. Jangan bantah kalau tidak ingin durhaka," perintah dari Mama Verli.
Davis meringis takut. "Ada-ada saja mama ini. Mending kalau aku mau dikasih imbalan Silva. Buat apa aku ke rumah kalau aku harus menghindari Silva? Mama-mama, kadang mama ini menyebalkan," rutuknya pada sang mama.
Siangnya, setelah pulang dari kantor, Davis terpaksa memenuhi panggilan WA sang mama. Davis tidak mau dicap anak durhaka.
Tiba di rumah, kedatangannya sudah disambut Mama Verli dan Papa Vero.
Mama Verli menadahkan tangannya di depan Davis. "Mana oleh-oleh buat mama? Buat perempuan muda tadi bisa, kok untuk mama tidak bawa apa-apa?" todong Mama Verli, cukup membuat Davis tersentak.
Davis berpikir keras, sepertinya sang mama tahu kalau dia tadi pagi jalan dengan Rara. Jangan-jangan sang mama menyewa mata-mata untuk mengawasinya.
"Perempuan muda, maksud mama?" Davis berusaha mengelak.
"Ngaku saja, tadi pagi kamu belanjain apa gadis tidak punya attitude itu? Jangan-jangan kamu sudah diporotinya. Masih baru, sudah royal dan belanja-belanja. Masa depan kamu itu masih panjang, tidak hanya sekedar asal senang jalan lalu bayarin belanjaan dia. Mama tidak suka, kalau mau cari istri carilah yang benar, jangan kayak perempuan itu," cecar Mama Verli langsung ke inti masalah. Dan anehnya lagi sang mama seakan tahu apa yang Davis lakukan tadi, todongannya tepat banget.
"Mama ini bicara apa sih, Ma? Davis ini kan sedang penjajakan dan mencari istri. Kalau yang ini tidak boleh itu tidak boleh, lantas Davis kapan mau dapat istrinya? Atau Mama senang kalau Davis jadi bujang lapuk?" balik Davis kurang suka.
"Maksud mama, mama menentang keras kamu punya hubungan dengan perempuan muda tadi yang mama pergoki di swalayan samping ULD. Jujur saja, sejak dia menendang kaki mama saat di kafe Delicious, mama mulai tidak suka dengan dia. Dia attitudenya jelek. Kamu tidak tahu, saat mama meringis kesakitan, perempuan itu tidak merasa bersalah atau minta maaf, dia malah pergi dan berlari kecil melanjutkan langkahnya," ungkap Mama Verli lagi geram.
Davis tersenyum dalam hati, sepertinya tentangan sang mama sangat kebetulan banget, disaat dirinya sudah memutuskan tidak lagi melanjutkan pendekatan terhadap Rara. Tapi, Davis tidak mengakui kalau ia sudah mengakhiri pendekatannya dengan Rara.
"Mama ini ada-ada saja. Saat Davis mulai mencari pasangan, kini Mama larang dan tidak setuju. Sudah, mulai sekarang, Mama atau Papa, tidak perlu melarang Davis jalan dengan siapapun, termasuk dengan perempuan yang Mama maksud tadi," balas Davis telak, membuat Mama Verli meradang.
"Tapi tidak perempuan itu. Carilah yang baik-baik. Kalau firasat mama mengatakan dia tidak baik, maka itu tidak baik. Tolong ngerti ketakutan mama, Dav." Tatap Mama Verli menyiratkan kekhawatiran, sehingga Davis ingin tertawa tapi berhasil ditahannya.
akhirnya direstui juga...
nunggu Davis tantrum dulu ya ma
berhasil ya Davis 😆😆😆👍👍