Dikhianati sahabat itu adalah hal yang paling menyakitkan. Arunika mengalaminya,ia terbangun di kamar hotel dan mendapati dirinya sudah tidak suci lagi. Dalam keadaan tidak sadar kesuciannya direnggut paksa oleh seorang pria yang arunika sendiri tak tahu siapa..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EkaYan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mulai Penyelidikan
Pramudya menatap Nika dengan tatapan serius, namun ada kelegaan di matanya. Ia tidak tahu mengapa, tapi ia percaya pada Nika. Instingnya mengatakan ada kebenaran dalam perkataan Nika.
"Baiklah, Nika," kata Pramudya, suaranya lebih tenang. "Aku percaya padamu. Jangan khawatir, aku akan mencari tahu siapa pelakunya."
Di luar ruang perawatan intensif, Shila dan Roy masih duduk dalam keheningan yang mencekam. Roy menoleh saat pintu terbuka dan melihat Pramudya keluar dengan wajah yang masih tampak tegang, namun ada sedikit kilatan tekad di matanya.
"Bagaimana Nika, Pram?" tanya Roy, segera berdiri.
Pramudya menghela napas. "Dia sudah sadar. Dan dia bilang... dia tidak pernah minum obat peluruh kandungan itu."
Shila dan Roy saling pandang, terkejut.
"Dia bilang ada kurir yang mengantar makanan atas namaku kemarin siang," lanjut Pramudya. "Ayam goreng crispy. Dia bilang itu satu-satunya makanan dari luar yang dia makan kemarin."
"Jadi... ada orang yang sengaja mencelakai Nika?" tanya Shila, menutup mulutnya dengan tangan.
Pramudya mengangguk. "Itu yang aku pikirkan. Dan aku akan mencari tahu siapa pelakunya." Ia menatap Roy.
"Roy, gue tahu lu lelah, tapi gue butuh bantuan lu."
"Apa pun, Pram. Katakan saja," jawab Roy tanpa ragu.
"Malam ini, gue yang akan menjaga Nika," kata Pramudya. "Kalian pulang saja. Elu harus istirahat, Roy. Besok pagi, gue butuh elo untuk pergi ke apartemen Nika. Minta pihak apartemen memberikan akses CCTV. Kita harus cari tahu siapa kurir itu, siapa yang mengirimnya, dan siapa yang ada di balik semua ini."
Roy mengangguk, menyadari pentingnya tugas itu. "Baik, Pram. Gue akan melakukannya. Elu hati-hati di sini."
Shila mendekati Pramudya. "Kami akan pulang. Jika ada apa-apa, langsung hubungi kami ya, Pram."
Pramudya tersenyum tipis. "Pasti. Terima kasih banyak, Shila, Roy."
Roy dan Shila pun berpamitan. Setelah keduanya pergi, Pramudya kembali masuk ke ruang perawatan Nika. Ia duduk di samping tempat tidur Nika, memegang tangannya yang terasa dingin. Meskipun hatinya masih dipenuhi kecemasan dan kemarahan, kini ada secercah harapan. Ia akan melindungi Nika dan bayinya, dan ia akan mencari tahu siapa yang tega melakukan kejahatan ini.
Roy Memulai Penyelidikan: Rekaman CCTV Apartemen
Keesokan paginya, setelah memastikan Shila dan Mey baik-baik saja, Roy bergegas menuju apartemen Nika. Semalam ia tidak bisa tidur nyenyak, pikiran tentang siapa yang mungkin mencelakai Nika terus menghantuinya.
Setibanya di sana, ia langsung menemui manajer apartemen dan menjelaskan situasinya, meminta akses ke rekaman CCTV untuk hari kemarin.
Awalnya, manajer apartemen sedikit ragu karena alasan privasi, tetapi setelah Roy menjelaskan urgensi dan potensi bahaya yang menimpa penghuni, manajer tersebut akhirnya setuju untuk membantu. Roy kemudian duduk di depan monitor keamanan, matanya fokus pada rekaman.
Ia menyaring rekaman dari siang hari, mencari momen ketika makanan itu diantar. Tidak butuh waktu lama, ia menemukan klip yang sesuai. Sebuah kurir pria terlihat masuk ke lobi apartemen Nika, membawa kantung kertas dengan logo restoran ayam goreng crispy yang familiar. Roy memperbesar gambar untuk melihat detail wajah kurir dan logo di seragamnya.
Wajah kurir itu tidak terlalu jelas, tetapi logonya adalah dari salah satu aplikasi pesan antar makanan yang populer. Roy segera memfoto layar CCTV dengan ponselnya, memastikan ia punya bukti visual yang kuat.
Yang lebih mencurigakan, kurir itu tidak langsung pergi setelah mengantar makanan. Ia terlihat berdiri di sudut lobi, berbicara dengan seseorang di telepon, dan sesekali melirik ke arah pintu apartemen Nika. Beberapa menit kemudian, sebuah mobil hitam mewah tanpa tanda khusus melaju dan berhenti di depan lobi. Kurir itu masuk ke mobil tersebut, dan mobil itu segera melaju pergi.
Roy mengerutkan kening. Ini jelas bukan prosedur standar pengiriman. Kurir yang dijemput oleh mobil pribadi dan tidak langsung pergi setelah pengiriman? Ada yang tidak beres. Ini bukan sekadar pengiriman makanan biasa; ini adalah aksi yang direncanakan.
Roy segera menghubungi Pramudya.
"Pram, gue sudah di apartemen Nika," kata Roy, suaranya tegang. "Gue sudah cek CCTV."
"Apa yang lu temukan, Roy?" tanya Pramudya, terdengar cemas.
"Ada kurir yang mengantar makanan itu. Dia dari aplikasi pengiriman makanan X. Tapi yang aneh, setelah mengantar, dia tidak langsung pergi. Dia dijemput mobil hitam mewah dan langsung cabut," jelas Roy. "Ini bukan pengiriman biasa, Pram. Ini sengaja. Gue yakin pelakunya ingin Nika memakan makanan itu dan mengira itu dari lo."
"Mobil hitam?" Pramudya bergumam, pikirannya bekerja keras. "Coba cek plat nomornya, Roy, kalau kelihatan."
"Tidak terlihat jelas dari sudut ini, tapi aku sudah foto wajah kurir dan seragamnya. Gue akan coba melacak kurir ini melalui aplikasi pengiriman," kata Roy. "Ini adalah titik awal yang bagus. Setidaknya kita tahu ini bukan kecelakaan."
"Oke, Roy. Terima kasih banyak," kata Pramudya. "Gue akan tunggu kabar dari lu . Gue masih di sini bersama Nika. Dia butuh banyak istirahat."
Setelah menutup telepon, Roy kembali ke manajer apartemen. Ia meminta salinan rekaman CCTV tersebut. Dengan rekaman di tangan dan informasi awal tentang kurir, Roy tahu bahwa ia berada di jalur yang benar. Namun, ia juga tahu bahwa ini hanyalah permulaan. Ia harus menemukan siapa di balik semua ini dan mengapa mereka ingin mencelakai Nika dan bayinya.
Setelah mendapatkan salinan rekaman CCTV, Roy langsung menghubungi bagian customer service dari aplikasi pengiriman makanan X yang tertera pada seragam kurir. Ia menjelaskan situasinya secara hati-hati, menekankan adanya dugaan percobaan pembunuhan dan penggunaan identitas kurir mereka.
Awalnya, pihak aplikasi enggan memberikan informasi detail kurir karena kebijakan privasi, tetapi setelah Roy menyebutkan bukti CCTV dan ancaman akan melaporkan ke polisi jika mereka tidak kooperatif, akhirnya mereka setuju untuk membantu.
Roy diminta untuk mengirimkan foto tangkapan layar kurir dari CCTV dan informasi mengenai pesanan yang dimaksud. Beberapa jam kemudian, ia mendapat balasan. Pihak aplikasi mengonfirmasi bahwa pesanan ayam goreng crispy ke alamat Nika memang ada, dan kurir yang mengantarkannya adalah seorang pria bernama Andi.
Namun, ada satu hal yang janggal: pesanan itu dibatalkan di menit terakhir oleh pemesan, tetapi Andi tetap mengantarkannya. Lebih lanjut, aplikasi menunjukkan bahwa Andi telah menonaktifkan akun kurirnya segera setelah pengiriman itu, sebuah tindakan yang sangat tidak biasa.
Ini mengindikasikan bahwa Andi kemungkinan besar adalah kurir palsu atau sengaja direkrut untuk melakukan pekerjaan ini. Informasi ini semakin memperkuat kecurigaan Roy bahwa ini adalah rencana terorganisir.
Roy tidak membuang waktu. Dengan informasi nama dan nomor telepon Andi yang diberikan oleh aplikasi, Roy melacak keberadaannya. Ia berhasil menemukan alamat rumah Andi di pinggiran kota Jakarta Barat. Tanpa ragu, Roy mendatangi rumah tersebut.
Andi terkejut melihat Roy berdiri di depan rumahnya, apalagi setelah Roy menunjukkan foto dirinya dari CCTV dan menyebutkan soal pengiriman ke apartemen Nika. Wajah Andi langsung pucat. Ia mencoba mengelak dan berdalih, tetapi Roy mendesaknya dengan pertanyaan tajam dan ancaman laporan polisi yang serius. Akhirnya, Andi menyerah.
Dengan suara bergetar, Andi mengaku bahwa ia disuruh oleh seorang pria yang menawarkan sejumlah besar uang tunai untuk sebuah "pengiriman khusus." Ia tidak tahu apa isi paket itu, hanya diperintahkan untuk mengantar makanan tersebut ke alamat Nika dan mengatakan itu dari "Pram". Setelah mengantar, ia harus menunggu di lobi hingga dijemput oleh sebuah mobil hitam.
"Siapa wanita itu, Andi? Bagaimana ciri-cirinya?" desak Roy.
Andi mengingat-ingat. "Dia... dia pria yang tinggi , rapi , tapi sayangnya pria itu menggunakan masker jadi saya tidak tahu pasti wajahnya seperti apa . Suaranya agak tinggi, tapi tegas." Andi menambahkan, "Dia minta saya menonaktifkan akun aplikasi saya setelah itu. Dia bilang itu untuk 'keamanan'."
"Apakah kamu melihat mobil yang menjemputmu? Plat nomornya?" tanya Roy.
"Tidak terlalu jelas, Pak. Tapi mobilnya itu... mobil mewah, warnanya hitam mengkilap. Saya tidak fokus ke platnya," jawab Andi ketakutan.
Roy merasa frustrasi karena kurangnya detail, tetapi petunjuk tentang "pria, tinggi,rapi " itu sedikit membuka pikirannya. Siapa yang memiliki motif dan sumber daya untuk melakukan hal sekeji ini? Dan mengapa targetnya Nika? Roy berterima kasih kepada Andi, memberinya peringatan keras untuk tidak melarikan diri, dan berjanji akan melaporkan semua ini ke polisi jika Andi berani macam-macam.
Dengan informasi baru ini, Roy segera menghubungi Pramudya. "Pram, gue sudah bicara dengan kurir itu," kata Roy. "Namanya Andi. Dia bilang dia disuruh oleh seorang pria tinggi,rapi tapi sayangnya pria itu tidak menunjukkan wajah karena ia menggunakan masker. Dia disuruh bilang makanan itu dari kamu."
Pramudya terdiam di ujung telepon. "Pria tinggi dan kaya...?" gumamnya. Seketika, bayangan wajah seseorang melintas di benaknya, seseorang yang selama ini ia coba hindari dan lupakan. "Roy... Gue rasa gue tahu siapa pelakunya," kata Pramudya, suaranya dipenuhi amarah dan kekecewaan. "Hanya ada satu orang yang punya motif sekeji ini dan sumber daya untuk melakukannya."