Ratih yang tidak terima karena anaknya meningal atas kekerasan kembali menuntut balas pada mereka.
Ia menuntut keadilan pada hukum namun tidak di dengar alhasil ia Kembali menganut ilmu hitam, saat para warga kembali mengolok-olok dirinya. Ditambah kematian Rarasati anaknya.
"Hutang nyawa harus dibayar nyawa.." Teriak Ratih dalam kemarahan itu...
Kisah lanjutan Santet Pitung Dino...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom young, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17. Tuan Zacky
Pak Lurah masih berusaha menenangkan Sinta, tapi dia tidak bisa menghilangkan rasa curiga yang ada di dalam hatinya. Dia tahu bahwa Sinta tidak seperti biasanya, dan dia tidak bisa membantu merasa bahwa ada sesuatu yang tidak beres.
"Sin, aku tahu kamu tidak seperti biasanya," kata Pak Lurah, suaranya lembut. "Apa yang terjadi? Kamu bisa cerita pada Paman." Tatapan pak lurah, penuh intimidasi.
Sinta menatap Pak Lurah, dan untuk sekejap, Pak Lurah melihat kilatan ketakutan di matanya. Tapi kemudian, Sinta menundukkan kepalanya dan menggelakkan tangannya.
"Tidak apa-apa, Paman. Aku hanya sedikit lelah saja," kata Sinta, suaranya tidak meyakinkan.
Pak Lurah tidak percaya, tapi dia tidak ingin memaksa Sinta untuk bercerita. Dia tahu bahwa Sinta akan bercerita pada saat yang tepat.
"Aku akan pergi sekarang, Sin. Kamu harus beristirahat dan jangan lupa makan," kata Pak Lurah, sambil berdiri.
Sinta mengangguk, dan Pak Lurah meninggalkan ruangan. Tapi ketika dia sudah berada di luar, dia tidak bisa menghilangkan rasa curiga yang ada di dalam hatinya. Ada sesuatu yang tidak beres, dan dia akan mencari tahu apa itu.
Sementara itu, Ratih masih bersembunyi di tempat persembunyiannya, menunggu waktu yang tepat untuk melakukan aksinya lagi. Dia tahu bahwa Sinta masih hidup, dan dia tidak akan berhenti sampai Sinta membayar atas apa yang telah dia lakukan.
Ratih tersenyum, mata yang dingin dan tanpa emosi. Dia tahu bahwa Sinta tidak akan bisa melawan kekuatannya, dan dia akan menjadi pemenang dalam permainan ini. "Ini barusaja permulaan Sinta..." Ratih terseyum puas saat membayangkan Sinta kesakitan setiap saat karena ulahnya.
Ratih malah semakin menunda balas dendamnya ia berniat akan melakuka itu besok pada malam jumat kliwon.
.
.
Malam harinya saat itu sedang purnama, Tuan Zacky sedang di jemput oleh kedua anak buah Sinta yang mengabarkan Sinta sakit tidak bisa makan dan minum, bahkan wajahnya sampai pucat pasi.
Sementara Bude Sukma mentraktir Ratih makan Bakso di perempatan jalan karena Suami Bude Sukma baru saja gajian.
"Enak ngak Tih, baksonya?" Tanya Bude Sukma, sambil menyeruput kuah bakso.
Ratih mengagguk, sambil menikmati bakso itu. Beberapa saat kemudian kendaraan itu melewati gerobak bakso.
Mobil yang sama seperti yang ia lihat tempo hari. Ratih tersedak, matanya melebar dengan tidak percaya. Dia tidak bisa percaya bahwa Tuan Zacky, laki-laki yang sudah bertahun-tahun tidak ia lihat, sekarang keluar dari dalam mobil itu, tepat berhenti di bangunan lawas.
"Tuan... Tuan Zacky?" Ratih berbisik, suaranya bergetar. Dia merasa seperti kembali ke masa lalu,
Ratih tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Tuan Zacky. Dia masih terlihat sama, dengan wajah yang tampan dan mata yang tajam, hanya saja rambutnya nampak beberapa sudah ada yang memutih. Tapi, ada sesuatu yang berbeda, sesuatu yang membuat Ratih merasa tidak nyaman.
Tuan Zacky tidak melihat Ratih, dia terlalu sibuk berbicara dengan Sinta. Tapi, Ratih tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Tuan Zacky. Dia merasa seperti tertarik ke dalam masa lalu, ketika dia masih memiliki harapan dan impian.
Ratih merasa napasnya tersengal-sengal, dia tidak bisa percaya bahwa Tuan Zacky masih hidup. Dia telah mengira bahwa Tuan Zacky telah mati, bahwa dia telah meninggalkan Ratih sendirian.
"Tuan Zacky... ternyata suaminya Sinta." Ratih masih tidak bisa percaya.
"Tih, kamu kenapa?" Bude Sukma langsung memberikan Ratih segelas air karena Ratih nampak tersedak.
Ratih terbatuk beberapa kali, sampai wajahnya memerah. Ratih langsung meraih gelang yang diberi Bude Sukma.
"Kamu kenapa sampai tersedak? kaya liat setan saja?" Bude Sukma mengusap pungung Ratih.
Ratih langsung mengusap ujung bibirnya yang basah. "Mboten nopo Mba. (Tidak apa Mba)" Ratih menarik nafas dalam, ia berusaha tenang.
Setelah baso yang mereka pesan sudah habis mereka berdua langsung beranjak pulang. Ratih terus memperhatikan rumah itu saat mereka lewat berdua.
Ratih dan Bude Sukma berjalan pulang, tapi Ratih tidak bisa mengalihkan pandangannya dari rumah Sinta. Dia masih tidak bisa percaya bahwa Tuan Zacky masih hidup, dan bahwa dia adalah suami Sinta.
"Tih, kamu masih memikirkan itu?" Bude Sukma bertanya, suaranya lembut.
Ratih mengangguk, masih tidak bisa berbicara. Dia merasa seperti berada dalam mimpi, dan bahwa dia akan bangun dan menyadari bahwa semua ini hanya ilusi.
Bude Sukma mengusap punggung Ratih, suaranya lembut. "Tih, kamu harus tenang. Kamu tidak bisa membiarkan perasaanmu menguasai kamu." Kata Bude Sukma, karena ia fikir Ratih masih kepikiran almarhum Sati.
Ratih mengangguk, tapi dia tahu bahwa itu tidak akan mudah. Dia telah memiliki dendam yang besar terhadap Sinta, dan sekarang dia tahu bahwa Tuan Zacky masih hidup.
Ratih dan Bude Sukma sampai di rumah, dan Ratih langsung masuk ke dalam kamar. Dia merasa seperti perlu waktu untuk sendiri, untuk memproses semua yang telah terjadi.
Bude Sukma menatap Ratih, suaranya lembut. "Tih, aku ada di sini untuk kamu. Jangan lupa itu."
Ratih mengangguk, dan Bude Sukma pulang kerumahnya. Ratih duduk di atas tempat tidur, masih tidak bisa percaya bahwa Tuan Zacky masih hidup.
Ratih benar-benar tidak nyenyak tidur, bayangan Tuan Zacky dan Sinta sedang bercengkrama di teras depan tadi benar-benar membuat dadanya sesak.
"Haruskah aku cemburu!" Ratih bertanya pada dirinya sendiri.
Masalalu ia dan Tuan Zacky sudah lama, dan itu semua tidak akan bisa kembali atau terulang lagi, tapi yang membuat Ratih heran, kenapa kehidupan malah mempertemukan ia dengan Tuan Zacky lagi? bahkan menjadi suami dari orang yang sudah membunuh anaknya.
"Apakah semua ini ada kaitanya dengan Tuan Zacky? tapi untuk apa!" Ratih bertanya-tanya, karena ia begitu bingung dengan apa yang terjadi padanya.
"Haruskah aku mencari tahu terlebih dahulu atau langsung saja kubuat tewas Sinta!" Ratih memandang nanar, tanganya mencengkram kuat bantal guling yang ada dalam pangkuannya.
Ratih juga mengingat tempo hari Sinta pernah bermain gila dengan kelima pengawalnya, bahkan kelima pria itu tampa busana Sinta digarap seorang diri, mendesah liar, wajahnya penuh kenikmatan! saat itu Ratih benar-benar jijik, ia ingin melaporkan hal itu pada warga tapi sayang ia malah tidak sengaja menyenggol Vas bunga.
"Andai saja kau tahu Tuan Zacky! binatangnya kelakuan istrimu! merendahkan marwahnya sebagai istri, hanya untuk melampiasan hasratnya sesaat." Ratih terseyum sinis, ia merasa telah mengenyam bukti kebusukan Sinta matang-matang.
Malam Ini Ratih tidak bisa tidur ia kembali bermeditasi, menggangu Sinta dalam tidurnya, karena membuat Sinta sakit adalah tujuan utamanya.
Ratih bersekutu dengan ilmu hitam untuk membalas rasa sakit hatinya, ia bisa menyakiti targetnya melalui mimpi, dan sekarang ia datang kemimpi Sinta bahkan kembali memporak porandakan isian perut Sinta.
pelan pelan aja berbasa-basi dulu, atau siksa dulu ank buah nya itu, klo mati cpt trlalu enk buat mereka, karena mereka sangat keji sm ankmu loh. 😥